Revan seakan tak merasakan lagi detak jantungnya sendiri. Berita yang beberapa waktu lalu yang kedua orang tuanya kabarkan padanya sukses membuatnya seperti hilang akal.Revan yang tengah mencari Acel dan Vee sontak mengemudi mobilnya dengan kencang menuju rumah sakit yang disebutkan mamanya.
Revan berlarian di koridor Rumah Sakit, mencari dimana keluarganya berada.
"Mas..." Revan berlari ke arah Raffa yang sudah berdiri di depan ruangan operasi bersama beberapa orang.
"Mas? Vee sama Acel mana mas?" Tanya Revan linglung.
"VEE MANA?"
Raffa diam. Tak bisa menjawab Revan karena dirinya sendiri masih shock dengan apa yang terjadi. Sedangkan Rania masih menangis dipelukan Akbar.
"Ya Allah...."
"Ya Allah..."
"Maaf..."
"Ya Allah..." Tangis Revan pecah.
"Mereka pasti baik-baik aja Van" Amel menepuk pelan bahu adik iparnya.
"Ya Allah..."
Bahkan Revan tak sadar, bukan hanya keluarganya yang disana. Ada Jessica juga kedua orang tua gadis itu, dan juga sahabat-sahabatnya yang baru saja sampai di rumah sakit.
Entah siapa yang memberi kabar, dan kapan mereka datang, tapi sekarang semua berkumpul di sana.
David maju mendekat ke arah Revan dan menepuk pelan bahu sahabatnya.
"Van..."
"Vee, Dav. Ini semua salah gue."
"Acel Ya Allah..."
"Harusnya nggak kayak gini Dav. Ini semua salah gue." Lagi-lagi Revan terisak. Air matanya menetes tanpa bisa di cegah.
Katakan sekarang Revan banci karena terus meneteskan air matanya. Tapi dia tidak akan peduli. Dua orang yang berarti dalam hidupnya, dua orang yang sangat ia cintai. Sedang berbaring diruangan berpintu putih itu, tanpa Revan tau bagaimana keadaan keduanya.
"Jangan salahin diri lo Van. Ini kecelakaan." Kali ini Ibam mencoba menenangkannya.
"Enggak, ini semua salah gue! Gue yang bikin Vee jadi kayak gini." Teriak Revan.
"Tenang Van!" Raffa memegang pundak adiknya.
"Gimana gue bisa tenang mas? Hah??"
"Gue yang bikin mereka kayak gini. Gue yang bikin Vee sakit. GUE MAS. GUE!!" Revan terus berteriak membuat semua orang terperangah.
Jessica melihat Revan diam. Jessica tau Revan sangat menyayangi Acel lebih dari siapapun. Melihat Revan menyalahkan dirinya atas kecelakaan yang dialami kedua adiknya membuat Jessica ikut sedih.
"Van, Tenang! Kita dirumah sakit."
"Tenang? Tenang mas bilang? Gimana gue bisa tenang kalo anak gue ada didalem sana? Gimana gue bisa tenang, sementara gue nggak tau keadaan anak gue kayak apa?"
"Anak?" Ucap Jessica pelan namun bisa didengar oleh semua orang yang berada di sana. Karena keadaan hening setelah Revan meneriakan kata-kata yang membuat semua orang terperangah kaget.
"Apa maksud lo?" Tanya Raffa.
David menutup matanya saat sahabatnya itu mengakui hal selama ini menjadi rahasia terbesarnya.
Revan melangkah mendekati Rania serta Akbar yang berdiri mematung karena mendengar perkataannya.
Revan bersujud dikaki kedua orang tuanya. Menangis dibawah kaki sang mama.
"Acel anak Revan ma, Acel anak Revan. Acel anak Vee sama Revan ma." Rania dan Akbar terbelalak kaget mendengar pengakuan anak laki-lakinya itu. Amel menutup mulut dengan telapak tangannya kaget.
Sementara orang-orang yang disekitar mereka diam tak mengerti.
"Maksudnya apa Bar?" Tanya Bagas melangkah mendekat.
"Bukannya Rachel anak kamu? Terus kenapa Revan?" Bagas kebingungan.
"Van, apa maksud lo?" Raffa berdiri disamping Revan yang menunduk dan masih bersimpuh dikaki kedua orang tuanya.
Revan diam.
"Van jawab gue!" Sentak Raffa keras.
"Mas..!" Amel mencoba menenangkan suaminya.
Sementara David, Ibam, Reza, Chintya, Jessica serta kedua orang tuanya terdiam melihat apa yang terjadi.
"Jawab gue Revan!" Desis Raffa tajam.
"Gue..."
"Acel anak gue mas." Kata Revan terbata.
____________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Secret (Re-upload)
Fiksi Umum"Sampai mati gue bakalan benci sama lo!" "Gue gak pernah punya abang bejat kaya lo!" "Gue benci banget sama lo!"