One

14.2K 172 0
                                    

Hella i'm back.

"Ayolah na, lo kan udah janji sama gue tadi malem. Kalau yang kalah harus nurutin semua kemauan yang menang."bujuk Rachel

"Tapi kan kamu tau kalau aku gangerti tempat begitu dan aku masih 'v'. Pokoknya engga! Kita cari tempat lain aja deh gimana?"mohonnya kepada Rachel.

Rachel menatap Ana dengan wajah yang di melas melasin, biasanya usahanya ini berhasil.

Ana berdecak sebal, ia tak suka jika Rachel sudah menatapnya dengan tatapan melasnya itu. Mau tak mau ia harus menuruti kemauan Rachel.

Ana mengangguk dan Rachel berteriak gembira. Benar bukan? Usahanya itu pasti akan berhasil. "Yauda sekarang cepetan ganti baju! Pake bajunya yang gue kasih tadi ya!!"

Ana mengangguk lemas. Jika saja bukan karena sahabatnya, ia tak akan pernah mau ke tempat 'laknat' itu.

Tak perlu waktu lama, Ana telah siap dengan gaun ketat berwarna merahnya. Bahkan sedari tadi ia mengutuk Rachel yang telah membeli gaun yang menurutnya tidak nyaman dan kurang bahan ini. Bagaimana tidak kurang bahan? Punggung indahnya terekspos dengan jelas. Tak lama
Rachel mengetuk kamarnya.

"Buruan....udah siap belum?" Ana membalas dengan sedikit kesal "sabar dong chel ish." Setelah siap ia membuka pintu kamarnya yang disambut dengan tatapan tak enak dari Rachel.

"Lama banget lo ah, ayo cepet taksinya udah nungguin kita dari tadi" ia mengikuti Rachel di belakang dengan lesu. Jujur ia sangat malas pergi sekarang. Tapi mau begimana lagi?

Rachel terus menatap dirinya di pantulan cermin bedak yang ia bawa. Sedangkan dirinya menatap jalanan yang sedikit padat di malam hari ini.

Sesampai di tempat yang di tuju, aku dan Rachel pun turun. Tak lupa Rachel memberikan selembar uang kepada sopir taksi itu.

Kaki jenjang mereka pun mulai memasuki Club itu yang membuat semua mata terpana ke arah mereka. Oh tidak, lebih tepatnya hampir sebagian menatap ke arah Anastasya yang sangat cantik bagaikan seorang model profesional dengan tubuh yang putih seputih susu, dan tubuhnya yang ideal. Bahkan ada yang secara terang terangan menatap Ana dengan tatapan sinis yang tentunya itu para wanita. Benar benar Ana kali ini sangat menawan.

Gaun merah yang membuat punggungnya terekspos membuat para pria ingin segera memakannya hidup hidup. Ia sangat menggoda.

Dentuman musik yang keras dan aroma alkohol mulai menyeruak di hidung Ana. Ia benci aroma ini. Rachel menuntun Ana agar ia duduk di sofa yang kosong. "Lo mau minum?" Ana menggeleng cepat, "kalau ada air putih, mau."

Rachel tertawa, "goblok...jauh jauh dateng kesini mintanya air putih?" Sungguh Rachel gemas melihat tingkah sahabatnya ini. Benar benar polos.

"Abis kan aku gak suka sama alkohol atau sejenisnya chel." Ana memajukan bibirnya sebal karena Rachel selalu saja mengejeknya.

Tiba tiba ada dua orang pria berpakaian tuxedo menghampiri meja Rachel dan Ana. " hey r'u Rachel?" Rachel mengangguk ragu, karena ia tidak dapat mengenali wajah pria itu dengan jelas. Pria itu terkekeh "gue Edward."

Sontak Rachel berdiri dan langsung memeluk Edward erat. "Gila lo kemana aja? Gimana sekarang? Sukses umm?" Edward tersenyum, "selalu ada kok di hati lo, ya begitulah. As you can see."

Lalu mereka lanjut berbincang hingga lupa disini juga ada Ana dan teman si pria yang bernama Edward itu. Ana berdeham agar mereka berhenti sebentar.

Rachel menepuk dahinya pelan, iya lah pelan kalau keras pingsan dah dia. "Gue lupa, kenalin temen gue Anastasya Costanza." Edward mengangguk lalu menyalami tangan Ana. "Kenalin juga temen gue namanya Liam william permana" Tanpa disuruh Liam langsung menyalami tangan Ana lama dan memandang Ana dalam, kalau bukan karena Edward yang puta pura terbatuk pasti sampa saat ini ia masih bertatap mata dengannya.

Liam mengeram gemas melihat tingkah wanita yang disampingnya ini. Cantik dan manis. Oh lihatlah bibirnya itu, sangat mungil membuat Liam gemas ingin mencium  bibir ranum itu lembut.

"Mau minum? Biar ku ambilkan." tawarnya ke Ana. Ana menengok, "ku mohon jangan tertawa. Kalau ada air putih, aku mau" Liam mau tak mau tertawa juga mendengar kata itu keluar dari bibir mungil wanitanya. Lalu ia mengangguk dan pergi mencari minuman untuk Ana.

"Ana, kami ada urusan sebentar. Kau tak apa kami tinggal?" Ucap Edward

Ana mengangguk sopan, lalu mereka berdua pergi dari hadapan Ana. Ia sendiri, di pojokan ruangan, dan banyak lelaki hidung belang yang sedang menatapnya sekarang. Itu membuat Ana bergidik ngeri. Bayangan buruk langsung terfikirkan olehnya.

Dan benar saja, seorang lelaki datang menghampirinya. Bukan. Itu bukan temannya Edward yang namanya siapa tadi? Umm..Liang? Atau Liam? Ah itulah pokoknya. Ia langsung duduk disamping Ana. "Hey manis sendirian aja? Mau ditemenin? Kita ke kamar yuk." Tawarnya seraya menarik Ana agar mau berdiri.

Ana memohon tidak mau tapi tidak di acuhkan oleh lelaki itu. Tiba tiba Liam datang dan mencengkram bahu lelaki tadi. Karena kaget lelaki tadi menyikut Liam dengan lengan kirinya yang dengan sigap dihindari oleh Liam. Ternyata dia jago juga?

"Jangan pernah mendekati wanitaku. Atau kau tau akibatnya." Seakan tau siapa yang sedang ia lawan. Akhirnya ia pun pergi.

"Hey maafkan aku lama dan hampir membuatmu di 'sentuh' oleh lelaki hidung belang tadi." Liam tersenyum ke arah Ana "nih air putih pesananmu, manis"

Ana langsung mengambil minuman tersebut dan meneguknya hingga abis, "wow tenang, apa sebegitu hausnya dirimu?" Ah ia malu sekali. Kenapa ia sangat bodoh telah mempermalukan dirinya di depan pria yang baru saja ia kenali? Ana terus merutuki dirinya.

Liam yang melihat tingkah Ana semakin gemas, tangannya yang gatal ingin sekali mencubit pipinya.

Karena tak tahan ia pun mencubit pipi Ana pelan. "Kau itu menggemaskan Ana." Lalu terkekeh karena melihat pipi Ana yang sedikit kemerahan, tersipu. Biarpun suasana disini remang remang tetapi Liam masih bisa melihat dengan jelas wajah Ana yang sedang tersipu malu.

Liam tersenyum miring, lalu mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Ana.

Ana menatap Liam kaget, karena tiba tiba saja wajahnya sudah ada di depan wajahnya. "Kaau...m..au apa?" Aku memundurkan kepalaku, takut kalau dia berbuat macem macem.

Liam menghirup aroma tubuh Ana, Vanilla. Like a ice cream huh? Liam tak tahan ingin menyicipi bibir ranum Ana. Akhirnya ia mendekatkan lagi wajahnya dan bibir nya telah menyatu dengan sempoerna. Liam mendekatkan tubuhnya ke arah Ana agar tidak ada jarak yang menghalangi mereka, perlahan tapi pasti Liam mulai melumat bibir Ana dengan lembut dan entah Ana kerasukan setan apa ia malah membalas lumatan bibir Liam yang membuat Liam semangat bukan main.

Liam mengangkat Ana agar duduk dipangkuannya, Ana agak risih karena gaun yang ia pakai semakin naik hingga paha mulusnya sekarang terlihat jelas. Liam seakan tau kalau paha Ana terekspos, ia melepaskan jasnya tanpa melepaskan lumatan bibir mereka dan menutupi paha Ana dengan jasnya. Liam semakin memperdalam lumatannya, tangannya pun mulai tak mau diam. Ia mengusap punggung Ana yang terekpos lalu menarik tengkuk Ana agar ciuman mereka semakin dalam, turun hingga ke payudara Ana yang terasa pas di tangan Liam.

"Oh tuhan.....lihatlah singa buas kita sudah bangun ternyata." Kekeh Edward dan Rachel.

Ana dan Liam langsung melepas ciuman mereka. Karena malu Ana menutupi wajahnya ke dada bidang Liam.

"Kau.....!"ujar Liam seperti akan meledak.


Syukurlah selesai juga untuk part 1 nya.

Sumpah ya ini bener bener hasil karya gue sendiri, gue ganyolong karya dari orang atau dari manapun. So don't judge😭😭

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Marry my CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang