Jam pulang sekolah sudah berbunyi beberapa jam yang lalu. Namun, Jaemin masih duduk di bangku depan kelasnya. Menatap lurus ke arah lantai sambil sesekali menggoyangkan kakinya bosan.
"Kau belum pulang, Jaem?" Suara itu. Suara yang selalu ingin didengar Jaemin. Suara yang selalu membuat hatinya berdesir setiap kali mendengarnya.
"B-belum Mark sunbae." Lagi-lagi Jaemin merasa lidahnya tercekat hingga membuatnya terbata setiap membalas perkataan Mark.
"Kenapa belum pulang?" Mark kini sudah duduk disamping Jaemin.
"Aku sedang menunggu Haechan, sunbae." Jawab Jaemin sopan.
"Haechan? Bukankah dia sudah pulang? Aku lihat tadi dia bersama Jeno menuju tempat parkir."
"Eh?"
Jaemin mengepalkan tangannya geram. Wajahnya sudah memerah menahan rasa marah. Oh rasanya Jaemin ingin mencabik-cabik Haechan. Sudah tau kalau Jaemin tak suka menunggu, tapi disuruh menunggu 1 jam lebih dan apa? Haechan seenaknya saja pulang bersama Jeno tanpa rasa bersalah. Huh, ingatkan Jaemin untuk tidak meminjamkan pr nya untuk Haechan besok.
"Jaem, kau tak apa?" Mark merasa khawatir melihat Jaemin yang hanya diam menatap lurus sedari tadi.
Jaemin yang masih sibuk merutuki sahabatnya itu tidak sadar bahwa orang disampingnya bertanya padanya.
Merasa tidak ada jawaban Mark melambaikan-lambaikan tangannya di depan muka Jaemin. Namun tetap tidak ada respon. Akhirnya Mark menepuk bahu Jaemin.
"Jaemin" ucap Mark sambil menepuk bahu kanan Jaemin.
"Eh, apa?" Jaemin tersentak kaget.
"Kau tak apa?" Mark mengulang pertanyaannya. Raut wajahnya menampakkan kekhawatiran.
"Aku tak apa. Mark sunbe kenapa belum pulang?"
"Ah aku tadi menunggu Yeri, tapi baru saja Yeri mengabariku kalau dia sudah pulang bersama temannya."
Jaemin hanya menganggukan kepalanya tanpa ada niat menjawab. Mendengar Mark mengucapkan nama Yeri membuatnya kesal, hatinya sakit.
"Kau mau pulang? Ayo aku antar."
Hah? Jaemin tak salah dengar kan, Mark mengajaknya pulang? Mimpi apa Jaemin semalam. Oh, apakah ini lanjutan mimpi semalam? Jangan bangunkan Jaemin jika ini hanya mimpi Tuhan. Dan untuk memastikan ini mimpi atau bukan Jaemin akhirnya mencubit pipinya keras.
"Aw"
Ini bukan mimpi. Jaemin mengusap pipinya sambil mengerjapkan matanya masih tak percaya.
Mark terkekeh kecil melihat tingkah Jaemin yang menurutnya menggemaskan itu.
"Jadi pulang tidak?"
Jaemin hanya menatap Mark dengan mode blank nya. Tanpa menunggu jawaban, Mark langsung menarik tangan Jaemin menuju ke tempat parkir.
Mark memegang tangannya? Oh, sial pipi Jaemin memanas. Jaemin menunduk menutupi semburat merah yang menghiasi pipinya.
Setelah sampai di parkiran. Mark segera membukakan pintu mobilnya untuk Jaemin.
"Apa tidak apa-apa?" Tanya Jaemin sebelum masuk. Mark mengernyitkan dahinya.
"Maksudku Yeri? Apa tidak apa? Bagaimana kalau ia salah paham?" Lanjut Jaemin.
"Tidak apa. Aku akan menjelaskannya nanti. Lagian Yeri tahu kalau kau temanku."
Duarrr
Seperti tersambar petir. Hati Jaemin berdenyut mendengar kata
'Teman' batin Jaemin miris. Kini Jaemin semakin sadar bahwa Mark tak akan menganggapnya lebih dari teman.
Jaemin tersenyum tipis dan langsung masuk ke dalam mobil. Mark menutup pintu kursi Jaemin, lalu berjalan memutar menuju kursi pengemudi.
Mark melirik Jaemin yang duduk disampingnya, yang sedang menatap lurus ke depan. Ide jahil untuk mengerjai Jaemin terlintas di otak Mark.
Mark mendekatkan badannya ke Jaemin.
Jaemin yang tekejut dengan tindakan mendadak Mark itupun mencoba menarik kepalanya ke belakang. Namun sayang, kepala Jaemin sudah mentok dengan jok mobil Mark.
Mark semakin mendekatkan dirinya. Mark tersenyum kecil melihat wajah Jaemin yang hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya.
Mark mengulurkan tangannya. Jaemin reflek memejamkan matanya. Mark kembali terkekeh. Tangannya terulur ke sisi kanan Jaemin. Ia berbisik di telinga Jaemin.
"Jangan lupa pakai seatbeltnya."
Kata Mark sebelum menjauhkan wajahnya dari Jaemin dan memasangkan seatbelt Jaemin.Jaemin membuka matanya perlahan. Menghela nafas lega saat mengetahui wajah Mark sudah menjauh.
Baru saja bisa bernafas lega, Jaemin harus kembali menahan nafasnya saat tiba-tiba Mark mendekatkan kembali wajahnya.
Mark tersenyum dengan manisnya tepat di depan muka Jaemin. Jaemin meleleh melihat senyumannya. Senyum Mark sungguh menenangkan membuat Jaemin ingin selalu melihat senyum itu. Tanpa Jaemin sadari ia ikut tersenyum memperhatikan indahnya ciptaan Tuhan.
Mark menjentikkan jari di depan muka Jaemin menyadarkan Jaemin dari lamunannya.
"Dan jangan melamun." Setelah itu Mark benar-benar sudah menjauhkan wajahnya. Lalu mulai menyalakan mobilnya.
"I-iya." Oh, sial kenapa Jaemin jadi gugup lagi. Ia tidak bisa mengendalikan jantungnya yang berdegup sangat kencang. Ia meremas seatbelt mobil Mark dengan kuat untuk mengurangi rasa gugupnya.
Sepertinya ini akan menjadi hari yang melelahkan bagi Jaemin.
TBC
Gimana? Lanjut gak?
Besok full markmin lagi gapapa kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer [MARKMIN]
FanfictionKarena setiap orang punya caranya masing-masing untuk mencintai. WARNING! BXB! YAOI! MarkMin