"Hai Jaemin." Mark menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
"H-hai kak Mark." Jawab Jaemin dengan nada canggung.
"A-ayo!"
"E-eh?" Jaemin bingung. Kenapa Mark tiba-tiba mengajaknya.
"Jaem, kau pulang dengan Kak Mark ya. Aku dan Jeno ada urusan. Hehe."
Haechan menampilkan cengiran khasnya sambil menggandeng tangan Jeno. Dan dengan itu Jaemin tau bahwa Mark tadi mengajaknya pulang."Dahh Jaemin, Kak Mark. Hati-hati ya."
"Duluan ya Jaem, Mark."
Dan setelah itu Haechan dan Jeno pergi menyisakan mereka berdua yang masih berdiri dengan tatapan yang random. Canggung dan hening menyelimuti mereka berdua. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan.
"Ehm Jaem?" Mark mencoba memecah keheningan.
"I-iya?" Jaemin ragu untuk menjawab.
"Ayo pulang." Tangan Mark mencoba meraih tangan Jaemin, tetapi Jaemin menahannya.
"A-aku bisa pulang sendiri." Senyum terpatri di wajah Jaemin. Namun, Mark tau ada sesuatu dibalik senyumnya itu. Seperti kesedihan? atau kekecewaan? Entahlah.
"Jangan menolak." Mark tersenyum lembut. Tidak ada nada dominasi di kalimatnya tetapi dapat membuat Jaemin menganggukan kepalanya.
Dan kali ini Mark berhasil menggenggam tangan Jaemin. Digenggamnya tangan mungil yang sangat pas dengan tangannya itu lembut seolah tak ingin membuat sang empunya merasa tidak nyaman.
Genggaman tangan Mark terlepas saat Mark mengambil helm. Jaemin hanya menatap tangannya yang tadi di genggam Mark. Ada rasa tidak rela di hati Jaemin saat Mark melepaskan tangannya. Namun rasa itu sementara karena yang dilakukan Mark selanjutnya dapat membuat kupu-kupu dalam perut Jaemin berterbangan.
Mark memasangkan helm di kepala Jaemin. Menariknya agar menaiki motor.
"Sudah?" Pertanyaan Mark dibalas dengan gumaman oleh Jaemin.
"Pegangan." Tak ada jawaban, namun ada pergerakan. Tangan Jaemin menggenggam pinggir bajunya.
Sret
Mark menarik tangan Jaemin. Melingkarkannya di perutnya. Di usapnya punggung tangan Jaemin sebelum ia melajukan motornya.
Sementara Jaemin sedang menahan jantungnya yang dengan seenaknya bekerja lebih cepat dari biasanya. Dan semburat merah muncul begitu saja menghiasi pipi Jaemin.
Mark mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Tak ingin membuat Jaemin dalam bahaya jika ia mengebut. Di tengah perjalanan Mark memikirkan sesuatu.
"Jaem, kita langsung pulang atau makan dulu?" Tanya Mark seraya mengurangi kecepatannya.
Ah, iya Jaemin melupakan sesuatu. Sedari tadi ia belum makan. Salah kan Haechan yang mengajaknya pergi tapi tidak memberi makan. Dan sekarang Jaemin lapar.
Jaemin bingung ingin menerima ajakan Mark atau tidak. Disatu sisi ia lapar, sangat. Tetapi disisi lain ia tak mau berada di dekat Mark cukup lama. Tak baik bagi kesehatan jantungnya. Dan fakta bahwa Mark mengabaikan pernyataannya membuatnya malu dan kecewa.
Kruyuk kruyuk
Tetapi perut selalu menangkan? Suara perut Jaemin mendapat kekehan dari Mark. Dan tanpa persetujuan Jaemin, Mark melajukan kendaraannya menuju tempat makan. Jaemin hanya bisa menyembunyikan kepalanya di punggung Mark menahan rasa malu. Sial perutnya tidak bisa diajak kompromi.
***
Sampai di restoran cepat saji, mereka langsung duduk. Mereka memilih duduk di dekat jendela.
"Kau mau makan apa?" Tanya Mark.
"Samakan saja denganmu." Sebenarnya Jaemin ingin memesan banyak makanan, ia sangat lapar tetapi ia harus menjaga tingkahnya di hadapan Mark agar terlihat anggun.
"Oke."
Setelah Mark memesan makananya dengan Jaemin lagi-lagi susasananya canggung. Keduanya memilih menatap jendela yang menampilkan hiruk pikuk warga Seoul di jalan raya.
"Jaem aku mau bicara." Akhirnya Mark memulai percakapan. Tujuannya mengajak Jaemin kemari adalah karena ia ingin menyampaikan sesuatu. Lebih tepatnya meminta maaf?
"Silakan." Jaemin mengalihkan pandangannya, menatap Mark dengan senyuman di bibirnya.
"Aku mau minta maaf." Seketika senyum Jaemin hilang digantikan dengan raut kekecewaan. Ia tau arah pembicaraan Mark. Ia tahu dengan pasti kenapa Mark meminta maaf.
"Iya tak apa aku mengerti."
Pasti karena surat itu. Pasti karena pernyataannya waktu itu. Karena Mark mengabaikan pernyataannya. Karena Mark tidak bisa membalas perasaannya.
TBC
Hai! Ada yang masih inget cerita ini?
udah pada lupa ya? udah pada hapus di perpustakaan pasti.
Sorry for very very late update.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer [MARKMIN]
FanfictionKarena setiap orang punya caranya masing-masing untuk mencintai. WARNING! BXB! YAOI! MarkMin