Beberapa hari berlalu setelah Jaemin yang akhirnya mengaku kepada Mark. Dan beberapa hari itu pula Jaemin tidak pernah bertemu dengan Mark.
Pernah sih, berpapasan tapi tidak ada yang mendahului menyapa. Canggung. Malah saat mata mereka bertemu Mark mengalihkan pandangannya-buang muka.
.
.
.Jaemin Pov
"Hah..." aku membuang nafasku kasar. Menghitung langkah kaki yang membawaku ke rumah.
Aku mempercepat langkahku. Aku ingin segera sampai rumah. Hari ini sangat melelahkan.
*skip
Aku merebahkan diri di kasur. Mataku aku pejamkan.
Sakit. Itulah keadaanku saat ini. Bukan, bukan sakit di kepala ataupun di perut. Tapi di dada. Di dalam dada. Rasanya sakit sekali.
Entah kenapa dadaku seperti tertindih sesuatu yang sangat besar. Sesak. Dan sakit. Sulit untukku menghirup oksigen.
Tadi siang aku bertemu dengan Mark hyung. Bukannya merasa senang aku malah merasa sakit dan-eumm kecewa?
Kita berdua berpapasan. Aku terdiam sebentar yang setelahnya tersenyum kepadanya. Tapi ia-Mark mengabaikan senyuman itu.
Ia terus berjalan, menghiraukan ku yang menunggu senyumnya. Aku mencoba memanggilnya namun bibirku kelu saat tersadar.
Ah jadi begitu, oke aku mengerti.
Batin ku tersenyum miris pada punggung Mark yang semakin menjauh.
Jaemin Pov end
.
.
.
.
.
.
.
.
.Author POV
Ting tong teng tong.....
Bel menandakan berakhirnya palajaran pada hari ini pun berbunyi.
Jaemin segera memasukkan bukunya ke dalam tas dan bergegas pulang sebelum Haechan memanggilnya.
"Jaem!!"
Jaemin hanya menolehkan kepalanya menunggu sahabatnya melanjutkan kalimatnya.
"Temani aku ke toko buku ya? ya?" Kata Haechan sambil memasang puppy eyes nya. Lucu. Ya, jika Jeno yang melihat. Lain halnya dengan Jaemin yang siap menggeplak/? kepala Haechan dengan tangannya.
"Jangan pasang tampang seperti itu. Geli tau. Hii" Jaemin mengedikan bahunya dan menampilkan tampang jijiknya.
Haechan hanya memutar bola matanya malas.
"Tumben. Memangnya Jeno kemana?" Lanjut Jaemin, karena jarang Haechan mengajaknya biasanya setelah pulang sekolah ia langsung pergi dengan Jeno.
Definisi teman memang. Giliran butuh datang. Kemarin-kemarin kemana saja?
"Sedang latihan basket. Minggu depan kan tim basket kita tanding."
Jaemin hanya menganggukan kepala. Tanpa persetujuan dari sang empunya Haechan langsung menggandeng tangan Jaemin.
***
"Sudah?" Jaemin yang jengah karena daritadi hanya dianggurkan akhirnya bertanya.
"Sudah. Makasih ya hehe." Kata Haechan sambil memamerkan gigi giginya.
"Hm" Jaemin hanya bergumam menanggapi.
Drrtt drrtt drtt
Bunyi ponsel memecah keheningan dan sang empunya langsung mengangkatnya.
"Halo?" Terdengar suara seseorang dari seberang ponsel.
"Apa apa Jen? Sudah selesai latihannya." Jawab Haechan kepada Jeno.
"Sudah. Kau dimana?"
"Di toko buku. Sudah akan pulang kok."
"Oh begitu. Aku jemput ya?"
"Tidak usah, aku bersama Jaemin."
"..."
"Yasudah aku tunggu ya."
Tutt tutt
"Kenapa Chan?"
"Jeno mau jemput."
"Lah? Aku bagaimana?"
"Kau tenang saja. Lihat saja nanti."
***
Setelah beberapa menit menunggu Jeno akhirnya datang. Namun ia tidak datang sendiri.
"Jeno dengan siapa itu Chan?"
"Lihat saja nanti." Jaemin mengerutkan dahinya bingung namun hanya sebentar karena setelahnya fokusnya kembali ke orang yang bersama Jeno.
Orang itu memarkirkan motornya disamping motor Jeno. Kemudian membuka helm yang daritadi menutupi wajahnya.
Jaemin semakin fokus melihat orang itu. Hingga helm orang itu benar-benar terlepas dan Jaemin tahu orang itu. Sangat tahu. Orang itu adalah...
"KAK MARK?!?!?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer [MARKMIN]
FanfictionKarena setiap orang punya caranya masing-masing untuk mencintai. WARNING! BXB! YAOI! MarkMin