Jaemin dan Haechan duduk di bangku pojok sebuah cafe di depan sekolah mereka. Mereka memang berencana pergi ke cafe itu sepulang sekolah karena Haechan ingin mengatakan sesuatu.
"Jadi apa yang ingin kau katakan?" Jaemin bertanya tanpa basa-basi.
"Sebentar, aku akan menjelaskannya setelah dia datang." Ucap Haechan. Jaemin mengerutkan dahinya binging dengan ucapan Haechan. Dia? dia siapa?
"Ah itu dia datang. HYUNG DISINI!" Kata Haechan sambil melambaikan tangannya kepada seseorang.
Eh tunggu, orang itu kan. Jaemin menatap Haechan memastikan apa yang dilihatnya benar. Haechan menatap balik Jaemin lalu menganggukan kepalanya seolah mengerti apa yang dipikirkan Jaemin.
"Kau sudah lama Haechan-ah?" Kata namja tampan yang kini sudah berdiri dihadapan Haechan dan Jaemin.
"Tidak kok Jeno hyung kita baru sebentar." Ya, namja tampan itu adalah Jeno, Lee Jeno teman Mark. Namun bukan orang itu yang membuat Jaemin membelalakkan matanya, orang yang di belakang Jeno lah yang membuat mata Jaemin membola tak percaya.
"Duduklah Jeno hyung, Mark hyung." Mark? Ya, namja di belakang Jeno adalah Mark.
Jaemin hanya menatap Mark dengan pandangan yang tidak dapat diartikan. Lalu ganti menatap Haechan dengan tatapan penuh tanya.
"Jadi apa yang ingin kalian bicarakan?" Itu suara Mark. Marl bertanya karena merasa tidak ada yang akan memulai percakapan diantara mereka.
"Jadi gini. Aku dan Haechan...." Jeno menjeda kalimatnya, mengambil nafas untuk melanjutkan kalimatnya ".....berpacaran."
"HAH/APA?" Kata Jaemin dan Mark kompak dengan mulut yang terbuka dan mata yang menatap Jeno dan Haechan bergantian.
"Iya, aku dan Jeno hyung sudah berpacaran selama sebulan dan kita mengajak kalian kesini untuk meminta maaf karena tidak memberitahu kalian sejak awal."
"Kita membawa kalian kesini untuk mengatakan itu dan mentraktir kalian sebagai permintaan maaf." Ucap Jeno yang diangguki oleh Haechan.
Sedangkan Jaemin dan Mark hanya memandang keduanya dengan pandangan tak percaya.
"Sudah, sudah intinya aku dan Jeno hyung berpacaran dan kalian boleh memesan apapun, Jeno hyung yang bayar." Haechan berkata dengan cengiran dibibirnya.
"Loh? Kok aku bukannya kamu yang bayar?" Tanya Jeno mengerutkan alisnya.
"Ih Jeno hyung kok aku." Haechan dengan mode merajuknya membuat Jeno ingin menelannya.
"Kkkk~ aku hanya bercanda chagi." Kekeh Jeno sambil mencubit pipi Haechan gemas.
"Ish, appo hyung~" Ucap Haechan, mengerucutkan bibirnya lucu.
"Sakit ya? Hyung minta maaf~" Ucap Jeno dengan nada manisnya, mengelus pipi Haechan yang tadi dicubitnya.
"Ehem, jadi obat nyamuk dibayar gak nih." Mark yang merasa diabaikan melipat kedua tangannya di depan dada dan memasang muka sebal.
"Iya nih." Jaemin ikut melipat kedua tangannya dan memasang mode sebal.
"Aduh iya, maaf ya. Oh iya kalian kan belum kenalan." Ucap Haechan menatap MarkMin bergantian.
"Eh?" Jaemin, rona merah sudah menghiasi pipinya. Kenalan? Dengan Mark? Jangan bangunkan Jaemin jika ini hanya mimipi, Tuhan.
"Kau yang tadi itu kan? Kita belum sempat berkenalan tadi. Aku Mark, namamu?" Ucap Mark mengulurkan tangan kanannya yang dibalas oleh Jaemin.
"Aku Jaemin. Na Jaemin." Ucap Jaemin sambil tersenyum manis. Keduanya saling bertatapan, senyum menghiasi bibir keduanya. Tangannya belum terlepas, masih terikat satu sama lain.
"Gantian kita yang jadi obat nyamuk hyung." Kata Haechan-si penganggu yang membuat keduanya terasadar dan melepaskan acara mari jabat tangan itu. Lalu keduanya menggaruk tengkuknya masing-masing dengan senyum kikuk.
Jeno dan Haechan terkekeh melihat ekspresi keduanya yang dianggap lucu.
Setelah itu, mereka mengobrol dengan santai. Tidak ada kecanggungan diantara Mark dan Jaemin. Keduanya mengobrol, tertawa dan bercanda seolah sudah mengenal lama. Dan dari situlah keduanya mulai dekat.
TBC
Gimana? Lanjut gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer [MARKMIN]
FanficKarena setiap orang punya caranya masing-masing untuk mencintai. WARNING! BXB! YAOI! MarkMin