Bab I

670 24 6
                                    


Bel pulang sekolah sudah berbunyi hampir satu jam yang lalu, tapi dua orang siswa masih berada di ruangan kelasnya, membersihkan kelas alasannya.

Hingga lantai kelas sudah bersih dan kursi juga meja sudah tersusun rapih, mereka menyimpan alat kebersihan di salah satu ruangan kecil. Tepat pukul 9 malam mereka meninggalkan sekolah yang sudah sunyi.

"apa kau setiap hari bisa menghabiskan coklat-coklat itu sendiri?" tanya temannya yang bertubuh lebih pendek darinya.

"aku tidak memakannya" sahut siswa itu sambil menenteng kantung plastik berisi belasan coklat yang ia temukan di loker tempat menyimpan sepatunya yang di ketahui pemberian dari para siswi-siswi aneh yang mengaguminya.

Aneh? Ya, kenapa mereka mau merelakan uang jajan mereka hanya untuk membeli cokelat yang tidak mereka makan dan lebih memilih memberi kepada siswa yang tidak begitu banyak prestasi yang mengagumkan seperti dirinya?

Temannya itu memandang dengan wajah terkejut, apakah coklat yang tampak begitu lezat di buang begitu saja?

"sungguh? Jadi kau membuangnya?"

"tidak, adik-adikku yang menghabiskan cokelat nya" sahutnya. "kau mau? Nih ambil saja, cokelatnya terlalu banyak, kalau di buang berarti sama juga dengan membuang uang"

Temannya itu menggeleng "tidak, kau tidak lihat tubuhku mulai membengkak? aku sedang diet"

Anak laki-laki itu melirik melihat kondisi tubuh temannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tidak ada yang aneh, bentuknya masih seperti saat mereka pertama kali kenal. Termasuk tinggi badan yang masih di bawah tinggi badannya.

"ku rasa kau tidak gemuk, kau hanya kurang tinggi" celetuk anak itu dengan wajah tanpa dosanya.

Temannya itu menatap tak percaya, dengan mata sipit yang ia paksakan untuk terbuka lebar, dia menatap seolah menantang "aku bukan kurang tinggi, kau saja yang tumbuh terlalu cepat. lihat saja nanti aku yang akan lebih tinggi darimu" balasnya tak mau kalah.

"ya terserah" anak itu bergeming dan memutar kedua bola matanya malas. Seakan tidak akan percaya dengan ucapan itu. Karena bagaimana pun dirinya akan lebih tinggi dari temannya itu, kecuali jika dirinya adalah seorang perempuan.

Meski setiap pulang sekolah perjalanan mereka selalu di isi dengan perdebatan kecil yang sama sekali tidak penting, tapi mereka tidak pernah membawa perdebatan itu sebagai masalah. Justru dengan pembicaraan dan kelakuan konyol yang membuat mereka semakin akrab.

Hingga tepat di sebuah pertigaan jalan, perjalanan mereka harus terpisah karena letak rumah mereka yang berbeda. Anak itu berjalan ke arah selatan, sedangkan temannya yang lebih pendek ke arah timur.

Setibanya di rumah, anak itu duduk sebentar untuk meluruskan kakinya dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Sampai sebuah pelukan kecil di punggungnya menghentikan pergerakannya.

"hyung!! Aku rindu" seorang anak kecil menyenderkan kepalanya di atas pundak kakaknya dan menaiki tubuh dan melingkarkan lengannya di leher kakaknya seperti seekor koala. "kenapa hyung pulang terlambat?"

"aku harus membersihkan kelas, Jesper" sahutnya. "dimana ayah dan ibu?"

"mereka sudah tidur"

"lalu Jackson dan Jiwon?"

"Jiwon sudah tidur, Jackson ada di kamar, mungkin sekarang dia sudah tidur"

"lalu kenapa Jesper belum tidur?"

"aku merindukan Taehyung hyung" Jesper menenggelamkan wajah kecilnya di balik bahu besar kakaknya.

Anak laki-laki itu tersenyum mendengar jawaban dari adiknya. Dia melepaskan sepatunya lalu mengambil tasnya dan berdiri sambil menahan tubuh adiknya. Dia tidak melepaskannya pelukan adiknya dan membiarkan dirinya berjalan masuk ke dalam rumah sambil menggendong tubuh adiknya yang padahal sudah tidak bisa disebut dengan anak balita.

We Love You, Hyung... (V-Baek GS) -COMPLETED-Where stories live. Discover now