day of martin sunat

4.5K 62 41
                                    

"martin, mamak kamu pulang hari ini.. ikut jemput gak dibandara ?" bapak vin mengambil kunci mobil di lemari

gue hanya melamun didalam kamar.. why ? gue masih gak rela kalo nanti sore tytyd gue diambil

"gak pak, aku di rumah aja" aku berkata dengan agak berteriak
"yaudah, bapak berangkat dulu ya" bapak meninggalkanku keluar

--

"martin, kamu beneran sunat nak ?" mamak gebi merangkulku seakan gue ini peraih rekor MURI "lelaki jomblo seumur hidup"

"iya mak, doain martin ya" gue juga membalas pelukan mamak
"oh tentu saja dong, gak akan sakit kok sunat tin" mamak gebi melepaskan pelukannya
"kan martin supermen, martin pasti kuat dong" aku memegang dadaku
"yaudah kamu mandi dulu deh tin" kata mamak gebi lalu keluar
"yaudah deh gue mandi terus ke rumah mbak dua" aku berkata sendiri didepan kaca

--

gue pergi kerumah mbak dua sendirian, karena why ? damian sedang membantu bapaknya menyiapkan acara sunat massal nanti

"mbak dua" gue mengetuk pintu rumah mbak dua, galama kemudian mbak dua keluar dengan kaos kebesarannya dan celana pendek

sexy uh ah

"apa ?" tanyanya datar
"g..g..gue mau ngomong du" aku berkata gugup. kok gugup sih, kan gue bukan martin gagap

"yaudah ngomomg aja" katanya sambil menyilangkan tangan didada
"gue nanti sore bakal sunat, l..lo dateng ya ?" aku berkata dengan tersenyum
"beneran tin ? wah selamat ya" katanya tersenyum kaget
"iya, jadi gimana ?" tanyaku..sumpah ya ini awkward banget
"gue usahain tin" jawab mbak dua tersenyum berbisik
"ah yaudah, gue pulang dulu ya" kataku lalu membalikkan badan dan tersenyum penuh kemenangan

---

14.25

gue sekeluarga sudah sampai di tempat penyunatan, oh sungguh ini pasti sakit

"hey tin" mbak dua ternyata datang

aku tersenyum bahagia

"hey du" sapaku balik
"martin sukses ya" menno dan louis datang sambil memelukku
"tentu dong pasti sukses" jawabku sok tegar
"jangan nangis ya nanti kalo disunat" damian tersenyum smirk kepadaku
aku hanya memutar mata pelan

14,35

aku hanya diam duduk di kursi dengan sarung yang melilit dipinggangku

mamak dan bapakku sedang berbicara dengan keluarga mbak dua dan damian

14.45

"martin ahmad sihlakan masuk" seorang suster datang dan membuat semua orang menengok padaku
"semangat ya tin" dua dan louis mengangkat tangan mereka seakan sedang demo
"tin lo pasti bisa" damian lea dan menno pun takkalah semangatnya mendukungku
"gak sakit kok tin, anak mamak kan pinter" kata mamak gebi

14.50

Aku pun masuk ke ruangan misteri itu. Seketika itu pun jantungku  bergemetar disko. Bagaimana tidak? Pisau tajam nan lancip berjejer di sebuah meja yang dilapisi taplak berwarna biru muda.

"Wah ini ya yang namanya Martin?" kata seseorang yang ada di depanku. Oh ini toh dokternya. Ganteng si tapi masih gantengan gue kok.

"I-iya dok" ucapku gugup.
"Ayo naik" ucapnya sambil tersenyum.

Aku pun naik ke tempat tidur dan segera menyelonjorkan kakiku. Saat aku ngelirik ke arah kanan

"MATI LO MARTIN MATI LO, GILA TU PISAU TAJEM AMAT!" ucapku dalam hati.
"Udah siap belom nih Martin?" ucapnya dan kembali melontarkan senyumannya.
"Aduh gimana ya dok, t-takut ni" ucap aku sambil mewek. Parah untung mba Dua nggak liat.

Martin Mau Sunat [ m.g ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang