Tana mengaduk sop kaki sapi yang tersaji di depanya agar daun bawang yang begitu banyak meresapi kuah sop, Reno mengerutkan keningnya melihat tingkah Tana.
"Saya laper." Tana melirik Reno yang hanya menggelengkan kepalanya, setelah acara menontonnya batal Reno dengan sikap diktatornya membawa Tana ke rumah makan.
"Kenapa enggak ikut acara entertaint?"
Baru satu suap nasi masuk ke dalam mulutnya ketika ia harus menjawab pertanyaan Reno. "Males aja."
"Terus nonton sama Alvin nggak males?"
"Beda itu."
"Jadi kalo sama Alvin itu beda? Karena apa? Dia itu istimewa gitu?"
"Bedalah, Alvin itu...," Tana mengerjap bingung. "Kenapa kita bahas Alvin? kok Bapak kayak pacar yang cemburu sih."
"Aren."
Mata Tana menyipit melihat perempuan yang menepuk bahu Reno, perempuan yang tak asing bagi Tana.
"Eh ada Tana juga." dengan bibir yang mengurva perempuan yang Tana kenal itu memandang geli padanya. "Kalian kok bisa makan bareng? jangan-jangan kalian pacaran. Pantes, Aren kan dari dulu emang udah naksir Lo."
Kening Tana mengerut mencerna setiap informasi yang keluar dari mulut Freya, Dari dulu?
"Aren kan sengaja Les sama nyokap Lo di rumah lo, cuman biar bisa ketemu lo." Gadis itu kembali mengudarakan tawanya tanpa menilik ekspresi kedua objek pembicaraannya yang kini memasang wajah kikuk. "Ren... Ren... ternyata Tana bukan sekedar cinta monyet lo yah."
Aren?
"Jangan bilang Lo lupa?" Freya menggeleng tak percaya. "Aren, bocah kriting yang gendut itu Tan."
Mulut Tana terbuka sempurna mendengar penjelasan Freya.
*****
Tana tak cukup banyak bicara setelah mendengar penjelasan Freya, Reno pun tak menjelaskan hal apapun.
Bukan Tana tak peduli dengan fakta yang Freya lontarkan, hanya saja ia tak tahu harus bereaksi seperti apa?
Ia masih tidak percaya jika Bocah Gendut kriting yang selalu mengelap ingus layaknya gerak repentitif itu bermetamorfosis dengan sempurna.
"Bu." Tana menyesap Teh hangat yang baru saja ia buat, malam seperti ini biasanya akan ia sempatkan waktu untuk sekedar bercengkrama dengan ibunya seolah menjadi daily activity yang wajib untuknya. "Inget Aren, anak yang dulu pernah les sama Ibu itu loh?"
"Yang dulu tinggal di blok D itu kan?" Ibunya Tana--Arini, sibuk menonton berita politik yang sedang hangat diperbincangkan.
Tana mengangguk mengiyakan pertanyaan Ibunya. Setahu Tana dulu Aren memang tinggal di Blok D tak jauh dari Blok yang Tana tinggali sekarang, mereka jelas satu komplek hingga rentetan pertemuannya layaknya rotasi bumi yang terjadi.
"Nama lengkapnya Aren siapa yah Bu?"
Tatapan bingung Arini membuat Tana sedikit kikuk, "Kenapa tanya soal Aren tiba-tiba?"
"Aku cuman mau tau aja bu, soalnya tadi aku ketemu Freya. Dan dia cerita soal Aren."
"Albima Mareno, waktu itu dia Les pas kelas 6 SD. Kamu sendiri masih kelas 4 SD, lagi bandel-bandelnya." Tangan Arini menjawil gemas hidung Tana mengingat bagaimana Tana kala itu yang begitu hyperaktif.
Fixed.
Jadi Reno itu adalah Aren, dan Aren adalah Reno. Sekarang Tana justru yang dibuat bingung, artinya selama ini Reno mengenal Tana bukan sekedar hubungan karyawan.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUSHING
Chick-LitSEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN. (7-11-2017) . . Karena kalau memang jodoh, lari kemanapun pasti akan berjumpa kembali. Tana hanya tidak pernah tahu jika jodohnya ternyata tak sejauh yang ia kira, bertemu kembali dengan Albi...