Reno masih diam menatap Tana penuh rasa ingin tahu, kenapa Manajernya selalu datang di saat yang tidak tepat.
"Jadi, masih belum mau ngomong?"
Suara Reno masih datar sedatar dadanya Alvin, Reno menyuruhnya masuk ke ruangannya dengan alibi ada dokumen yang harus ditunjukannya. Setelah bertanya soal kelengkapan dokumen ekspor Reno menginterogasinya soal perkataan Tana dan Alvin.
"Saya udah jelasin soal ekspor itu semua."
"Kamu jelas tau bukan itu yang saya maksud."
Kenapa Tana yang harus terjebak di sini, padahal semuanya berawal dari mulut ember Alvin yang menuduh Manajernya dengan tuduhan anehnya. Tana mana tahu soal mantan pacar Reno, ini sungguh bukan teritorial Tana untuk ikut campur.
"Yang kamu bicarakan tentang saya dengan Alvin?!"
Okay, Tana mulai tersudut dengan tatapan tak bersahabat dari Reno. "Begini, saya sedang menonton MV boyband korea, di sana bias saya lagi menyanyi dengan indahnya."
"Saya rasa itu tidak termasuk dalam hal yang perlu dijelaskan." Reno memotong ucapan Tana yang meracau karena ia merasa linglung. "Langsung pada intinya."
"Alvin curiga kalau Bapak ikut makan siang dengan kami karena Bapak menyukai Mbak Lani, Alvin berpikir begitu karena track record Bapak dalam menjalin kasih. Dia bilang Bapak selalu memilih perempuan yang lebih tua, dan saya pikir Bapak tidak mungkin menyukai Mba Lani. Saya tau Bapak tak semenyedihkan itu hingga harus menggaet istri orang."
Wajah Tana memerah, ia menggigit pelan bibirnya. "Maaf."
Kepala Tana semakin menunduk, ia tidak tahu kenapa rasa malu sekarang menelusup ke dalam hatinya. "Saya pikir Alvin hanya becanda, jadi Bapak jangan terlalu menganggap serius ucapannya."
Masih tak ada respon dari Reno, Tana menghitung detik demi detik yang terlewati. Berapa lama lagi ia harus terkurung dalam suasana yang membuat ia mati kutu seperti ini, kenapa Makhluk seperti Reno harus muncul dalam hidupnya.
"Siapkan data tentang pergerakan Fluktuatif Gross Margin dua bulan terakhir, kita ada rapat bersama direksi dua jam lagi."
Langkah Tana terasa memberat, ia merasa bersalah. Tidak seharusnya tuduhan itu dilayangkan pada Reno, meski bukan Tana yang menuduh Reno tapi tetap saja Reno mendengar tuduhan itu keluar dari mulut Tana.
Tana tidak cukup mengenal Reno, atau mungkin ia tak cukup mau mengenal Reno karena tahu diri. Ketika karyawan perempuan sibuk membicarakan tentang Manajer Keuangan yang baru tepat ketika Reno baru datang, Tana tak ikut seperti mereka.
Baginya tampan atau tidak manajernya tidak masalah, yang penting adalah manajernya mempunyai sifat bijaksana. Lalu, ketika karyawan perempuan banyak memainkan mata hanya untuk menyambut Reno, Tana lebih sibuk dengan boy band idolanya yang baru saja come back.
Sungguh, Tana tidak ingin terlibat terlalu jauh dengan Reno. Ia tahu posisinya berada di mana, jadi selagi bisa Tana tak ingin berinteraksi dengan Reno.
Nyatanya harapannya hanya tinggal harapan, Reno terlalu sering membuat dirinya kesal. Tapi bukan dalam artian yang membuat Tana harus membenci Reno, lalu sekarang ketika tuduhan yang Alvin layangkan pada Reno keluar dengan manis dari mulutnya. Tana merasa lebih buruk dari apa yang seharusnya.
"Kenapa lagi?"
Lani menghampiri Tana, ia bisa membaca dengan jelas dari raut wajah Tana jika gadis itu tengah dalam kondisi yang tak baik.
"Mbak." Tana menarik napas dalam satu tarikan, matanya yang sejak tadi terfokus ke arah layar komputer kini terpusat pada wajah Lani. "Kalo Lo denger tuduhan dari mulut gue, padahal bukan gue yang nuduh Lo kayak gitu. Gimana perasaan lo?"
![](https://img.wattpad.com/cover/99573659-288-k165467.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUSHING
أدب نسائيSEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN. (7-11-2017) . . Karena kalau memang jodoh, lari kemanapun pasti akan berjumpa kembali. Tana hanya tidak pernah tahu jika jodohnya ternyata tak sejauh yang ia kira, bertemu kembali dengan Albi...