Eleonora (2)

197 20 0
                                    

Demikianlah dengan begitu jujurnya aku menuturkan kisahku. Namun begitu aku melewati batas waktu, yang terbentuk sejak kepergian kekasihku, lalu berlanjut dengan tahap kedua rangkaian kisah hidupku, semakin kurasakan bayangan gelap menggelayut di benakku dan kewarasanku seperti perlahan memudar. Tapi aku terus berjalan. Tahun demi tahun berlalu dengan begitu berat, dan aku masih bertahan untuk tetap tinggal di Lembah Padang Rumput Beraneka-warna; kali ini perubahan berikutnya pun turut menimpa segala hal. Bunga-bunga berbentuk bintang yang sebelumnya tumbuh di batang pepohonan kini tak lagi tumbuh kembali setelah mereka layu dan mati. Warna hijau rerumputan yang sebelumnya begitu pekat, kini telah memudar. Dan, satu demi satu bunga asphodel berwarna merah-delima perlahan layu dan mati, sebagai gantinya, di tempat yang sama, tumbuh sepuluh bunga violet yang berbentuk seperti mata dan berwarna gelap. Mereka seperti menggeliat dalam kesakitan dan selalu tertutup embun. Kehidupan yang bahagia tampaknya mulai menjauh dari kami; kini para burung flamingo tak lagi memamerkan bulu-bulu merah mereka di hadapan kami, mereka terbang dengan penuh kesedihan dari lembah menuju puncak perbukitan, bersama-sama dengan burung-burung memukau lainnya. Seluruh ikan-ikan berwarna emas dan perak pun memilih untuk berenang menuju lembah gelap dan tak lagi berenang kembali ke sungai kami. Dan nyanyian merdu yang bagaikan dentingan melodi lembut dawai harpa Aeolus, melebihi kelembutan suara Eleonora, kini telah perlahan menghilang hingga aliran sungai itu benar-benar sunyi. Dan kemudian, yang terakhir, gumpalan awan yang memayungi tempat kami semakin melayang tinggi, dan meninggalkan puncak-puncak perbukitan lalu kembali ke wilayah Hesper, tempatnya semula. Awan-awan itu membawa pergi keindahan yang begitu mulia dari Lembah Padang Rumput Beraneka-warna.

Walaupun begitu, sumpahku bagi Eleonora tetap tak terlupakan karena aku dapat mendengarkan suara-suara dentingan alat pembakar wewangian para malaikat; hembusan udara beraroma semerbak di sekitar wilayah lembah, serta kurasakan pula hembusan lembut meyapu tubuhku ketika aku menyendiri dengan dada yang berdegup kencang; suara desiran tak jelas yang memenuhi udara malam, dan sekali - oh, namun hanya sekali! Aku terbangun dari tidurku, karena merasakan bibir seseorang yang tak terlihat menekan kedua bibirku.

Kekosongan di dalam hatiku tampaknya menolak untuk diisi kembali, aku mendambakan cinta yang sebelumnya telah memenuhi relung hatiku. Namun pada akhirnya aku merasakan bahwa lembah ini telah membuatku semakin sakit dengan kenangan-kenangan Eleonora, hingga aku pun memutuskan untuk meninggalkan tempat itu demi menjemput kesombongan dan keagungan tak menentu yang ditawarkan oleh dunia luar.

Aku mendapati diriku berada di tengah kota yang asing, di mana segala hal yang berputar di tempat ini dapat menodai mimpi-mimpi manis yang aku punya di Lembah Padang Rumput Beraneka-warna. Kemegahan dan pemandangan kota yang menakjubkan, serta suara dentingan senjata logam yang menggila, kecantikan para wanita yang memukau, membingungkan serta meracuni benakku. Namun hatiku memegang teguh sumpah yang telah kuucapkan serta tanda-tanda kehadiran Eleonora yang masih dapat kurasakan mampu memberikan ketenangan di malam hari. Tiba-tiba semua ini berhenti, dan dunia perlahan menjadi semakin gelap di depan kedua mataku, aku berdiri dengan penuh ketakutan karena pikiran-pikiran bergejolak yang menganggu telah mengepungku dengan godaan-godaan mengerikan. Ketika itu, datang dari jauh, dari negeri jauh dan tak diketahui, di tengah-tengah istana raja tempat aku bertugas, hadir seorang gadis dengan kecantikan mengagumkan yang mampu membuat jantungku berhenti - di bangku kaki gadis itulah aku membungkuk tanpa perlawanan, dipenuhi gelora dan tunduk bagai tengah memuja cinta sejati. Namun apakah sesungguhnya hasrat sejatiku bagi gadis lembah itu sebanding dengan kuatnya gairah, buaian pesona dan kekaguman memabukkan yang membuncah di dalam hatiku ketika aku terdiam di kaki malaikat Ermengarde dari surga? - Oh, betapa bersinarnya sang malaikat Ermengarde! hingga tak ada lagi yang sanggup memenuhi pikiranku - Oh, betapa agungnya sang malaikat Ermengarde! dan ketika aku menatap dalam-dalam kedua matanya, tak ada hal lain yang memenuhi benakku - hanya dia seorang.

Aku telah menyatu dengannya; - aku tak lagi takut terhadap kutukan yang akan menimpaku; kegetirannya pun tak lagi menghampiriku. Dan sekali lagi - hanya sekali saja dalam kesunyian malam, hadir melalui celah-celah jendela, hembusan suara berdesir lembut yang telah lama meninggalkanku. Sayup-sayup seperti kudengar dari desiran itu, suara yang amat kukenal berucap dengan manis, mengatakan:

“Tidurlah dengan nyenyak! - karena kekuatan Cinta-lah yang utama dan berkuasa, dan karena hasrat hatimu yang begitu besar bagi sang Ermengarde, maka kau terbebaskan, dengan alasan yang akan Eleonora sampaikan sendiri padamu di Surga.”

Edgar Allan Poe 💀 [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang