Chapter 10

230 16 0
                                    

Perjalananku cukup lama kali ini. Berulang kali aku memastikan sabuk, air minum, dompet, jaket, ponsel, dan kunci sepeda motor sudah berada didalam tas. Aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri dihadapan Kinal dengan tidak memakai sabuk. Sesuatu yang wajib dikenakan jika sudah menggunakan dobok. Meskipun sabuknya hanya warna putih.

Aku sama sekali tidak terlambat. Sinka, Sisil, dan beberapa taekwondoin lainnya bahkan sempat ngobrol seru sebelum latihan dimulai. Semua persiapan hari ini sempurna. Tapi Kinal tidak kunjung datang. Brandon, mahasiswa baru yang katanya sudah berlatih taekwondo sejak usia empat tahun justru berdiri dihadapan kami. Ia meminta kami berbaris sesuai sabuk, memutari hall bela diri enam kali, kemudian memimpin pemanasan selama kurang lebih sepuluh menit. Saat ini, mataku tidak dapat lepas dari pintu masuk, tempat dimana sosok yang kunantikan akan datang. Aku tidak sabar melihat detik-detik kemunculannya dari ketiadaan. Menjadi materi menyejukkan yang bisa kulihat dalam setiap peluh yang menetes selama latihan. Tapi dia tidak kunjung datang, bahkan sampai latihan itu berakhir. Tapi kenapa? Ini kan hari Senin.

-

-

"Bawa mayatnya! Buang kesungai!" kata seorang pria dengan topen diwajahnya.

Aku terdiam sesaat, sebelum melihat apa yang sedang pria itu pegang didalam tangannya. Tubuh Skye yang penuh dengan noda darah dan kaku. Aku seharusnya berteriak dan memaki orang itu, tapi tubuhku melawan perintah. Aku malah mengambil mayat Skye, lalu melemparkannya ke sungai. Membuatnya hanyut bersama tumpukkan sampah.

Pria dihadapanku tertawa, lalu mulai memegang pinggangku. Membawaku kedalam pelukannya. Aku tersenyum, lalu membelai punggungnya. Hangat. Bagaimana mungkin aku memeluk pembunuh Skye? Saat itu, tiba-tiba topeng yang ia kenakan hilang, berganti dengan wajah Kinal yang sedang tersenyum. Tangannya mengelus-elus rambut halus dikeningku, sementara mata kami saling bersitatap. Tapi aneh, sakit. Rasanya sakit sekali. Aku merasakan darah keluar dari wajahku, mengalir hingga jatuh ke tanah. Saat itulah kusadar, kuku Kinal memanjang seperti kucing. Lalu ia mengeong.

Aku berteriak, lalu yang kulihat selanjutnya adalah seorang wanita dengan wajah mengantuk. Tepat pukul 01.30 kini. Di pangkuannya, ada mangkuk berisi air dingin dan kain. Ia mengelus kepalaku, tampak begitu khawatir. Aku sudah kembali berada didalam rumah. Didalam kamarku. Mama sedang meletakkan kain basah ke dalam keningku, mengompresku.

#ternyata eh ternyata hanya mimpi guys wkwk

"Kamu bangun?"

Aku bangkit, lalu segera memeluk tubuh perempuan itu.

"Mama... Nju...Nju jahat sama Skye. Skye marah sama Nju! Nju... jahat! Skye...." tangisku pecah didalam pelukan Mama.

-

-

-

"Ganti jadwal?" ulang seorang lelaki berkacamata dan sedang duduk dihadapan komputer.

Tangannya sibuk menggerak-gerakkan kursor sementara matanya tak beranjak dari hadapan layar monitor. Kami berada didalam ruangan kecil berukuran 3x4m, dengan tulisan Lembaga Pelatihan Bahasa Delta (LPBD) di pintunya.

"Jadwal yang tersisa setiap Selasa jam 21.00-22.30"

"Malam ya? Apa enggak ada jadwal lain? Orang tuaku bisa sangat khawatir kalau aku pulang diatas jam sembilan. Apalagi ini mulainya jam sembilan"

"Ya, yang materinya sesuai dengan kelasmu ya cuma itu. Kecuali kamu mau mengulang dari materi satu dan bayar ulang. Kamu kan tinggal tiga kali pertemuan lagi  beres. Kenapa pindah tiba-tiba"

"Soalnya.... cinta juga datangnya tiba-tiba"

"Hah?"

"......"

Cewek Ceroboh & Cowok EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang