Chapter 1

2.1K 57 2
                                    

Shania PoV

Aku tidak tahu kalau sebuah hari biasa, dengan kejadian yang rutin seperti siklus kalender dapat membuat hidup seseorang jumpalitan seperti pemain sirkus. Memang aku tidak mendapatkan sebuah bubuk aneh yang bisa membawaku menjelajah waktu, atau bertemu alien dan diculik ke luar angkasa sana. Tapi, hanya dengan melihat kedua tanganku yang menggigil, aku tahu sebuah takdir hebat sedang mendatangi.
Aku lumayan peka terhadap kemungkinan-kemungkinan kejadian di masa yang akan datang. Pernah suatu kali aku bermimpi tentang seekor ular yang mati tenggelam di lahar panas. Dan keesokan harinya, Gunung Merapi memang meletus. Beberapa kali aku melihat benda-benda jatuh dan pecah, lalu sebuah takdir buruk menimpa pemiliknya. Atau itu hanya kebetulan saja aku pun tidak tau. Tapi, tangan yang gemetar tanpa alasan seperti ini, kapan terakhir kali aku merasakannya?

Beberapa lama aku terus mengingat-ingat, tapi tak kudapatkan jawabannya. Tepat saat aku menyerah untuk bertanya, bayangan masa laluku kembali muncul ke permukaan. Ini dia!!!! Saat aku sedang mengikuti acara sepeda santai, kemudian memenangkan undian sebuah sepeda gunung yang keren. Tepat saat itu, aku mulai ingat dimana posisiku, siapa orang-orang yang ada di sana, dan suasana macam apa yang kurasakan, dan ya, tanganku yang tremor dengan begitu anehnya. Ya, itu adalah pertama dan terakhir kali aku merasakannya. Tanganku bergerak hebat beberapa lama, kemudian ada jeda istirahat selama beberapa detik. Hal ini bukanlah hal yang bisa kusengaja. Ini bukan tremor biasa. Kali ini, apa yang akan terjadi??

Dengan kepala yang masih bertanya-tanya, aku memutuskan untuk memarkir sepeda motorku. Menengok-nengok ke sekeliling, memastikan aku tidak parkir serampangan. Tukang parkir di sampingku menyuruh agar tidak mengunci setang motor, sebelum mempersilahkanku masuk ke dalam mini market dengan sopan. Hari ini, aku akan memborong beberapa barang didalam sana.

Beberapa menit berlalu tapi tangan kanan dan kiriku sudah penuh dengan barang-barang. Kunci sepeda motor, ponsel, karcis parkir, satu bungkus snack rumput laut, cheese cake satu cup, dan minuman kalengan. Aku sengaja tidak membawa keranjang belanja karena kedua tanganku cukup untuk membawa belanjaanku itu.

Suasana swalayan sedang ramai saat itu. Mungkin karena mereka memasang poster dan baliho besar-besar soal khusus hari ini, diskon 15% di Mini Market Asoy (asal sebut gpp lah ya 😂) dan kemungkinan memenangkan sebuah rumah mewah di suatu tempat di Jakarta. Bagiku, itu strategi yang sangat bodoh. Mereka tidak perlu pasang iklan soal memenangkan undian dan sebangsanya. Diskon 15% itu bisa membuat wanita-wanita di dunia ini saling bunuh dan kejang-kejang untuk mendapatkan barang-barang tersebut. Meski aku bukan salah satu dari wanita-wanita yang tegiur diskon, aku tetap mendatangi tempat itu karena lengkap dan dekat. Memang seharus nya aku menunggu lain waktu agar tempat ini lebih sepi. Tapi, perutku yang ngidam cheese cake ini tidak suka bernegosiasi.

Aku sudah mengantre selama lebih dari lima menit hanya untuk mendapatkan urutan kesembilan dan berarti, nomor lima dari belakang. Orang-orang di depan ku dengan serakah memenuhi keranjang belanjaan mereka dengan barang-barang, yang bahkan masih berlimpah-limpah di kulkas dan lemari. Hanya untuk di biarkan makin menumpuk, dan di temukan sudah jadi kering atau kadaluwarsa di dalan sana. Aku masih sibuk menghitung antrean, ketika sebuah line masuk, memintaku membelikannya pem****t wanita, w**g, 35cm dan harus yang paling murah. Desy, orang paling hemat di dunia itu menyuruhku seperti pembantu nya saja. Aku bisa saja mengacuhkan chatt ini, berpura-pura tidak baca atau semacamnya. Tapi, ia pasti akan membuatku merasa bersalah seolah-olah baru saja membunuh seseorang atau mengedarkan uang palsu. Mendiamkanku berhari-hari sampai aku membelikannya es krim atau mentraktir makan.

Saat itu, dengan nafas sebal, aku membalik badanku. Seorang pemuda dengan tinggi sekitar 180cm, dan berat badan 63kg, berkuliat sawo matang dan berambut masa kini yang tidak tau apa nama potongan rambut itu yang jelas sisi kiri dan kanan nya di potong hingga habis dan tenang nya dibiarkan begitu saja, berdiri tepat di belakang ku seperti tugu. Diam tidak berkata apa-apa. Ia sedang melirik jam tangan ketika aku melengkungkan senyum terbaik ku padanya.

"Anu... Mas, sorry, bisa jagain tempatku enggak? Kalau ditinggal gini, nanti antreanku diserobot orang...." ucap ku pada pemuda itu.

Ia mengangguk tak berkata apa-apa. Di belakang sana, bertambah tiga orang lagi yang mengantre.

"Satu lagi, nitip barang dong...", kataku sambil membenamkan barang-barang belanjaanku ke atas belanjaan pemuda itu. Ia masih tampak tak keberatan, tapi tak mengangguk dan mengucapkan sesuatu seperti, "Saya akan jaga baik-baik kepercayaan anda", atau "It's okay, santai aja", dan lain sebagainya. Dia benar-benar seperti tugu mati yang tak bisa berekspresi dan dingin seperti es saja.
Dengan heran kutinggalkan dia. Kucari-cari pemba**t wanita uang Desy inginkan kemana-mana. Lalu, seperti habis memenangkan perlombaan untuk pertama kali, aku membawa lari pemba**t wanita itu ke meja kasir. Pemuda tanpa ekspresi itu sedang melihat ke arah jam tangan ketika aku datang. Sudah giliran ketiga.

"Hei...."
Ia menoleh, sebelum mengambil dan menumpuk barang itu satu persatu dengan rapi.

"Ponsel dan kunci motor dititipin ke orang asing. Di dunia ini, ada banyak tindak kejahatan yang terjadi karena kebodohan dan kepolosan korban. Dengan sikap begini, gue tidak yakin loe akan selamat." Kata si cowok datar itu, akhir nya dia berbicara meskipun nada nya lempeung kayak jalan tol.

"Haha... Kamu polisi ya? Tau banget soal penjahat" jawabku satir.

Sosok di hadapanku hanya menyeringai sebelum ia menyerahkan benda-benda itu padaku. Seperti serah terima jabatan simbolis.
"Thanks," kataku sambil tersenyum.
Tidak seperti dugaanku, dia mengangguk sambil tersenyum kecil. Lengkungan yang sempurna, meskipun sudut kiri lebih tinggi daripada yang satu nya. Lesung pipi kanan nya tampak seperti garis kecil yang tak jelas. Menarik. Kumasukkan ponsel dan kunci sepeda motor ke dalam saku celana.

Tiba-tiba, seseorang menepuk pundakku. Aku menoleh dan menemukan seorang wanita dengan seragam hijau dan senyum palsu mempersilahkan ku meletakkan barang-barang di meja. Sekarang giliranku!!! Perempuan itu memintaku meletakkan barang-barang belanjaan di atas meja kasir, lalu mulai menginput harga nya ke dalam komputer.

"Semuanya 47.200 mbak," katanya dengan wajah tetap tersenyum.

Aku meraba-raba kantong celana. Tempat aku menyelipkan uang seratus ribu rupiah di dalam sana. Kukeluarkan semua benda yang ada di dalam kantong, lalu kuletakkan di meja kasir. Bibirku tersenyum kecil, lebih untuk menenangkan diri sendiri. Aku terus mencari, tapi nihil. Yang ada di dalamnya hanya beberapa koin receh, ponsel, kunci sepeda motor, dua lembar uang ribuan dan nota-nota pembelian. Sial...uangnya kan baru kupake buat bayar utang.





Wadooowwww maafin kalau ga jelas yak ini cuma karangan dari otak yang buntu akan ide" 😂😂😂 jangan lupa vote nya wan kawan 🙏🙏🙏

Cewek Ceroboh & Cowok EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang