Chapter 12

252 14 2
                                    

Kinal berdiri didepan kami dengan wajah datar, tanpa ekspresi. Setelah meminta kami pemanasan selama lima belas menit, lalu memberikan perintah agar kami berkumpul sesuai warna sabuk, ia duduk di pojok, memeriksa ponselnya. Masing-masing kelompok diajar oleh taekwondoin yang bersabuk merah ke atas. Disebelah kami, sabuk kuning ke atas diminta melakukan taeguk (jurus) yang sesuai dengan kurikulum mereka, dan ada juga yang berlatih fight atau memukul target. Kami para sabuk putih hanya diminta menghafalkan beberapa gerakan dasar yang disebut dalam bahasa Korea, asal taekwondo. Beberapa kali kami diminta menghafal beberapa jenis tangkisan, namun ada saja diantara kami yang salah gerakan. Saat itulah tiba-tiba Kinal mendatangi kami, lalu mengawasi.


Kami diminta untuk siap, lalu menggunakan kuda-kuda ap seogi (sikap jalan pendek). Aku mengatur nafas, memastikan penampilanku sempurna dihadapan Kinal. Seonbae (senior) meminta kami melakukan arae makki (tangkisan arah bawah), eolgol (tangkisan ke atas), momtong bakat makki (tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian dalam lengan bawah) dan an makki (tangkisan dari arah luar) secara bergantian. Saat itulah Nabil, yang berada didepanku melakukan kesalahan. Kinal mendekati Nabil, memperhatikan setiap gerakannya.

"Dobeon eolgol makki...." Soenbae memperhatikan masing-masing dari kami, memastikan kami telah memahami instruksi yang diberikan.

"Ha!!" perintahnya sambuil menepukkan tangannya sekali. Kami menggerakkan tangan kanan dan kiri secara bergantian, sambil terus berteriak setiap kali gerakan selesai dilakukan.

"Eolgol itu atas..." kata Kinal sambil membenarkan gerakkan Nabil. Lalu menyuruhnya agar latihan dilanjutkan.

Kinal mendatangi kami, melihat dari ujung kanan ke kiri. Membenarkan posisi kuda-kuda maupun tangkisan yang kurang sempurna. Aku menarik nafas lagi, memastikan gerakanku tetap sempurna saat Kinal sampai ditempatku. Tapi, sampai giliranku, dia langsung lewat. Tanpa menyentuh atau membenarkan gerakanku sama sekali. Apakah gerakanku sudah sempurna? Aku terus bertanya-tanya sampai akhirnya aku sengaja membuat kesalahan agar ia mendekat kepadaku.

Aku menukar hampir seluruh gerakan. Setiap kali senior menyuruh kami melakukan eolgol makki, aku menggunakan are makki. Setiap kali kami melakukan gerakan dengan unsur kata wen (kiri), aku selalu menggunakan sisi kanan.

"Wem ap seoge... tahu gak mana yang wen?" seniorku mulai marah.

"Tau ko, sabeum"

"Terus kenapa kaki kanan yang didepan?"

"Iya, sabeum maaf, hehe" kataku pura-pura tidak tahu. Dua kali aku diperingatkan seniorku karena melakukan kesalahan yang itu-itu saja, tapi Sabeum Kinal sama sekali tidak mendekat. Taekwondoin lain ia perhatikan, bahkan yang perempuan juga. Tapi kenapa tidak mau mendekatiku? Apa yang salah  denganku?

"Desy!!!!!.... kamu dengerin perintah enggak? An makki... itu kan area makki!"

Kinal memperhatikan kami, sementara seniorku terus-menerus memperhatikan gerakanku, lalu menggunakan tangannya untuk mengoreksi setiap gerakan yang keliru. Bukan dia... bukan dia yang seharusnya membantuku!

An makki, persetan dengan an makki. Aku hanya butuh Kinal. Kuarahkan tangkisanku ke atas, posisi eolgol makki, beberapa sentimeter diatas jidat agar tidak menghalangi penglihatan. Senior tampak tidak senang. Yang benar-benar kuperhatikan hanya Kinal. Ia juga tampak kesal. Bagus, dia yang akan membantuku! Pasti!

Namun, yang terjadi justru diluar rencana, dia malah mencengkram tanganku, menarikku ke depan, kehadapan seluruh taekwondoin. Membuat banyak dari mereka menghentikkan aktivitas masing-masing. Aku bertanya-tanya apa yang dia lakukan dan kenapa menarikku kesini. Tapi, tangannya.... aku masih merasakan genggaman tangannya di lengan kananku. Hangat. Kokoh.

Cewek Ceroboh & Cowok EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang