RenataPov
Tapi oma memang benar, aku harus bahagia. Apapun caranya. Untuk apa aku larut dalam kesedihan ini? Toh harusnya aku bahagia.
"Gimana caranya biar Renata bahagia, oma?" Kataku.
"Sekolah."
"Kamu akan dapat teman."
Sekolah?
Mungkin ini sudah waktunya untuk aku mengenal dunia luar. Oma menatapku dengan senyum mengambang, seakan mengerti kalau aku sedang berfikir.
"Baiklah," Kataku-memecah keheningan.
"Oma akan segera mendaftarkanmu, di sma yang kamu mau, dan membuat surat pernyataan berhenti untuk guru private mu."
Oma berlalu setelah mengelus pelan rambutku.
AuthorPov
Renata merapihkan perlengkapan sekolahnya untuk besok. Besok akan jadi hari yang spesial, karna untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, Renata kembali bersekolah.
"Renata sudah besar! Sudah lima belas tahun! Nggak boleh merepotkan Oma dan Opa! Ayo Renata ayo!" Renata menyemangati dirinya sendiri, ia begitu bersemangat-untuk pergi kesekolah esok.
Langit tak lagi mendung, langit yang tadinya dibalut awan kelabu kini telah cerah kembali.
Renata duduk di depan televisi, menonton acara kesukaanya sambil menikmati cemilan.
Tiba-tiba, ia rindu hujan.
"Hujan sepertinya nggak kunjung datang, padahal aku sudah menanti-nantinya," Kata Renata sambil melihat ke arah luar.
Dia tidak gila-atau semacamnya. Dia memang punya suatu perasaan-perasaan menyatu dengan alam yang membuatnya begitu jatuh cinta pada hujan. Hujan.
--
Sore hari, langit mendung kembali. Merubah awan yang tadi putih cerah menjadi kelabu, tetesan-tetesan air hujan mulai turun, membasahi Renata yang sudah ada di depan rumahnya.
"Hujan!" Kata Renata sambil menari-nari. Hatinya bahagia.
"Masuk, nanti lo sakit!"
Tiba-tiba, terdengar sebuah suara, Renata menoleh kebelakang, seorang cowok-tinggi-tampan menatapnya dari kejauhan. Renata menyenyitkan keningnya.
Siapa dia?
"Kamu siapa?" Teriak Renata-cowok itu mendekat, menarik tanganya ke arah rumah. Renata menatapnya tajam.
"Gue Faza."
Renata diam acuh tak acuh. Ia hendak melangkah kembali ke jalan tanpa menghiraukan cowok di sampingnya itu.
Tapi, cowok itu-Faza menahan tangan Renata.
"Ngapain sih main hujan-hujanan? Nanti lo sakit. Nama lo siapa?"
"Renata." Jawab Renata dingin.
RenataPov
Cowok aneh.
Ngapain sih ngeganggu orang lagi main hujan? Sok perduli lagi.
Cowok itu-yang namanya Faza menahan tanganku, tak ingin aku main hujan lagi sepertinya.
"Lo nggak takut sakit?"Katanya.
"Nggak. Kamu tuh ya! Ganggu orang lagi main hujan aja!"
"Tapi Ren-"
Aku memotong pembicaraanya, aku lari ke jalan dan kembali menari-nari, menikmati hujan, dan meresapi setiap tetesanya.
Aku masih melihat cowok itu, ia menatapku geli-aneh-bingung mungkin.
FazaPov
Siang itu, gue berjalan pulang dari les musik, gue lihat ada seorang cewek, rambutnya panjang, cantik, tapi cewek itu aneh. Disaat gue mau neduh karna hujan yang deras mengguyur ini, dia justru nari-nari nggak jelas. Akhirnya, gue mutusin buat narik dia ke pinggir. Alhasil dia malah diem dan nyoba buat ke jalan lagi.
Namanya Renata.
Mukanya polos banget.
AuthorPov
Faza cuma bisa menatap Renata geli, lalu ia menaruh tasnya di tempat ia berteduh sekarang, lalu menghampiri Renata dan ikut menari-nari. Renata diam layaknya patung.
"Kamu—"
"Seru juga main hujan!" Faza masih menari-nari. Tak menghiraukan Renata yang mematung melihatnya.
*Hellawww gimana kelanjutan kisah Renata dan Faza ya? Hmm, tunggu aj kali y hehehe don't forget to vote and comment, thxu!:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crying
Teen FictionHujan, aku pernah membencimu. Aku pernah sangat membencimu. Tapi, Aku menyukaimu, menyukaimu, menyukaimu, menyukaimu.. Dan selamanya akan tetap seperti itu Kau menyakitiku? Aku tak perduli, Tolong buat aku menderita sekaligus bahagia juga, Hujan. *m...