Kringgggg
Bel istrahat pertama terdengar dari seluruh sudut sekolah. Fadli langsung menghampiri Renata di mejanya.
"Ren, ada yang minta nomor lo!"
Fadli mengedip-ngedipkan matanya pada Tari. Tari menyodorkan jempolnya.
"Siapa?" Bukan Renata yang menjawab, tapi Faza. Dia sedikit terusik.
"Bro, gue mau ngomong sama Renata, jadi jangan ikut campur dulu."
Faza mengepalkan tangan. Bingung harus berbuat apa, jadi dia mundur.
"Siapa yang minta nomor aku, Dli?"
Renata merendahkan suaranya.
"Kak Dava," Ujar Fadli.
"Huh?" Renata—Terkejut.
"Kamu bohong," sambung Renata.
"Serius, dia mau kenalan sama lo."
Renata diam. Sementara Faza mencoba menguping.
Tari mengintai mereka dari pintu. Dan mencoba menghindar dari Faza yang mulai curiga.
"Yaudah, nih." Renata menyodorkan selembar kertas bertuliskan nomornya.
"Makasih, Ren!" Fadli bergegas keluar dengan senangnya.
"Kok lo kasih gitu aja sih?" Faza—geram.
"Emangnya kenapa?"
Faza sadar diri. Gue bukan siapa-siapanya. Batin Faza.
"Aku mau kekantin nyusul Tari, ikut nggak?" tanya Renata.
Faza menggeleng.
"Duluan aja," suaranya sedikit tertahan.
Renata melangkahkan kakinya dari kelas yang sepi lalu menuju kantin. Matanya menyapu seluruh sudut kantin. Termasuk sebuah meja panjang. Ada Tari dimeja panjang itu.
"Tari!" teriaknya sambil berlari.
"Eh, sini duduk."
"Ciee, dimintain nomor telpon sama kak Dava," Tari nyengir.
"Apaan, sih?" Renata—salah tingkah.
Dava melewati meja mereka. Tari memanggil Dava untuk bergabung. Lalu Tari meninggalkan mereka dengan izin membeli bakso. Kini Renata duduk disebrang Dava. Renata gugup. Ia hanya mampu menunduk.
"Lo Renata, kan? Tanya Dava.
"I..i..iya," jawabnya terbata-bata.
Dipojok sana, Tari dan Fadli mengintai mereka berdua dari meja kecil. Mereka duduk berdua.
Faza tercengang ketika memasukki kantin. Tiba-tiba dadanya sesak melihat pemandangan di depanya itu.
Renata tidak menyadari kehadiran Faza yang menunjukan raut wajah cemburu. Ya, CEMBURU!
Faza langsung bergabung bersama Fadli dan Tari.
"Kenapa lo? Cemburu? Ha ha," ejek Fadli.
"Diem lo, setan!" Faza cemberut. Wajahnya ditekuk. Enggan melihat Dava dan Renata.
"Udah lah Faz, Renata itu nggak suka sama lo, ya kan Dli?" Ujar Tari sambil melihat Fadli.
"Iya tuh, Faz!"
Faza semakin panas. Tapi dia juga tidak tau perasaanya ke Renata itu apa. Dan sebaliknya, dia juga tidak tau Renata menganggapnya apa.
Apa gue jatuh cinta? Batin Faza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crying
Teen FictionHujan, aku pernah membencimu. Aku pernah sangat membencimu. Tapi, Aku menyukaimu, menyukaimu, menyukaimu, menyukaimu.. Dan selamanya akan tetap seperti itu Kau menyakitiku? Aku tak perduli, Tolong buat aku menderita sekaligus bahagia juga, Hujan. *m...