Part 1: Dia (Fara POV)

113 11 1
                                    


Nama gua Aulia Fara Maghfirah. Banyak orang yang sering bicara hal aneh. Tentang naksir atau suka dengan seseorang, jatuh cinta, pacaran. Bahkan termasuk sahabat baik gua, Monica.

"Lu gak tertarik buat jadi normal, Far? Ntah tiba-tiba suka sama cowok gitu. Kasian nyokap lu kadang khawatir kalo kita barengan mulu."

"Coba deketin siapa kek gitu. Siapa tau ada yang cocok."

Menyukai cowok? Gak pernah, gua orang yang pemalu! Mulai duluan deketin cowok? Oemji, that's not me!

"Alah sok-sokan bilang that's not me. Susah banget ngaku kalo lu gak pernah ngobrol sama cowok kecuali tentang tugas sekolah, bahkan di chat sekalipun," cibir Monica, sebelum dia asik dengan somay kantin kesukaannya. Gue hanya cengar cengir.

"Gua gak pernah ngerasain jatuh cinta sama orang, Mon. Tau rasanya aja juga nggak."

"Nih, ya," Monica mengubah posisi duduknya agar kami berhadapan. "Kalo lu lagi jatuh cinta sama orang, pasti ada sesuatu yang beda. Pusat perhatian lu cuma di dia. Ibaratnya tuh dia kayak magnet buat lu. Jantung lu bakal detaknya gak karuan, napas tersengal-sengal, trus juga–"

"Lah ciri-cirinya kok kayak orang penyakitan?" Gua segera menyanggah 'petuah' dari Monica yang makin gak logis.

"Jatuh cinta emang penyakit yang bikin ketagihan," jawab Monica tegas. "Sekali kena penyakit ini, susah sembuhnya."

Masa bodo dengan jatuh cinta. Somay di piring Monica jauh lebih menarik dari obrolannya. Sambil makan somay, tiba-tiba pendengaran gua menangkap obrolan semacam debat di ujung sana. Refleks gua melihat ke arah sumber suara. Dan mendadak berhenti di salah satu orang yang hanya diam melihat perdebatan itu.

Satu kata. Ganteng!

Seorang cowok putih, tinggi, dengan tampang yang cool luar biasa. Ya Tuhan! Itu malaikat apa bidadara?

"Fara! Fara! Woi ngapain si lu bengong aja?!"

"Hah?" Terloncat dari lamunan, gua baru sadar dari pengaruh cowok keren itu. Siapa ya dia?

"Mon, lu tau gak dia siapa?" Tanya gua sambil mengangkat sedotan es ke arah si cowok itu.

"Hah? Yang mana sih?" Monica celingak-celinguk.

"Ituu yang lagi duduk."

"Oh, gatau. Kenapa? Lu suka sama dia?"

Sialan! Sekali tebak dan tepat sasaran? Gua hanya diam, gak berani menjawab pertanyaan Monica.

"Lha? beneran suka? Ahahahaha! Baru tadi dijelasin langsung nyantol aja ilmunya."

Monica sekarang puas tertawa. Rasanya gua sekarang seperti kepiting rebus. Merah. Malu. Tapi masih sempat aja curi pandang ke arah dia.

Dia, orang pertama yang membuat gua tertarik. Karena sepanjang hidup sampai kelas tiga SMA ini gua dikenal sebagai cewek pemalu yang gak berminat sama makhluk bernama cowok. Ada harapan semoga bisa deketin dia, walau keliatannya dingin seperti kutub. Ah, masa sih gua harus ngerasain jomblo seumur-umur sampai SMA?!

ToscaWhere stories live. Discover now