Song-Fict 03: Cinta dan Rahasia

4 0 0
                                    

Author: Venus

Judul: Cinta dan Rahasia

Gadis itu mengerjap-ngerjapkan kedua mata indahnya. Sugguh tak dapat dipercaya. Akhirnya, setelah penantian selama tujuh tahun itu pun terbayarkan. Mungkin, itu terlalu berlebihan. Namun, memang itulah yang sedang dirasakan oleh gadis itu.

"Namanya Bulan, kan?" tanya seorang gadis seraya menarik kedua sudut bibirnya agar dapat terbentuk sebuah senyuman manis.

"Iya, Kak Mentari," jawab si gadis yang dipanggil Bulan tadi.

Gadis yang dipanggil Mentari itu langsung berjabat tangan dengan Bulan. "Congrats, ya. Danton baru."

Bulan mengucap syukur di dalam hati. Posisi danton yang ia idam-idamkan akhirnya dapat ia tempati. Semoga saja, posisi itu dapat ia nikmati hingga ia lulus dari sekolah tersebut.

Terakhir kutatap mata indahmu

Dibawah bintang-bintang

Terbelah hatiku antara

Cinta dan rahasia

2 minggu kemudian...

Bulan kembali mengenakan topinya tersebut. Ia pun berjalan dengan santainya ke lapangan voli sekolah.

"Bulan, dipanggil Kak Bintang!" teriak Mentari dari sudut lapangan.

Bulan pun mengangguk seraya mengedarkan pandangannya. Ia pun menangkap sesosok pemuda berkulit sawo matang sedang duduk di salah satu anak tangga yang menuju ke lantai dua. Bulan pun melangkahkan kakinya ke tempat dimana pemuda yang bernama Bintang itu berada. Setelah itu, ia pun berdiri dengan tegap di depan Bintang seraya menatap ke arah mata Bintang.

"Saya mau melatih suara kamu, supaya kamu bisa menjadi danton yang baik," ucap Bintang seraya melipat kedua tangannya dan menaruhnya sejajar dengan dada bidangnya.

Bulan menarik napas dengan dalam. "Siap, Kak!"

Bintang mulai menyuruh Bulan untuk mengikuti aba-aba yang Bintang ucapkan. Bulan pun menggunakan suara bulat, besar, dan juga berat yang dimilikinya. Setelah beberapa kali mengulang, Bintang pun memanggil seorang gadis yang notabene kakak kelas Bulan untuk memegangi kedua pundak Bulan yang bergetar. Efek gugup, mungkin dikarenakan Bulan baru pertama kalinya seperti ini.

"Coba sekali lagi. Kata Gerak-nya diperjelas," Bintang berkata seraya menatap Bulan dengan yakin.

"Siap-Gerak!" tetap saja, kedua pundak Bulan masih saja bergetar, seolah-olah kedua pundak tersebut ingin membuat Bulan merasakan sebuah kegagalan.

Gadis yang awalnya memegangi kedua pundak Bulan, akhirnya melepaskan pegangannya itu. Ia pun berjalan ke arah Bintang dan menatapnya seraya berkata, "dia ga bisa jadi danton. Ga bisa. Lagian ada si Langit yang lebih baik dari dia."

Gadis itu pergi, meninggalkan beberapa kalimat yang menohok hati Bulan, layaknya beberapa belati tajam yang menancap di hatinya. Tepat pada saat itu, Langit sedang memimpin sebuah pasukan. Otomatis, suaranya yang tak kalah bagus dari Bulan terdengar seantero sekolah. Bulan pun menatap Langit—dengan tatapan benci tentunya—, Bulan membenci suara yang menurutnya pembawa sial itu.

Bintang pun berdiri seraya menatap Bulan dengan perasaan bersalah atas ucapan gadis tadi. "Saya memilih kamu karena saya ingin tim ini memiliki dua danton, Langit dan kamu."

Intinya, gue jadi yang kedua. Dan gue ga suka menjadi yang kedua karena menjadi yang kedua itu ga enak. Otak Bulan dipenuhi dengan kedua kalimat itu. Walaupun sekarang, ia telah berada di kamarnya sendiri. Ia pun meraih benda persegi panjang yang berada di atas nakas putih, dekat kasurnya. Ia bermaksud untuk mencari kontak seorang temannya untuk berkeluh kesah disana. Wajar, kan? Bila ada masalah kita mencari seseorang untuk berkeluh kesah?

Event Song-FictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang