Song-Fict 08: Broken

6 1 0
                                    

Author: Benito Bonita

Judul: Broken

Aku mengangkat dan menatap nanar botol bening berisi pil warna warni. Orang itu mengatakan, satu butir setiap malam, dapat membuatku bahagia. Cahaya temaram lampu tidur dari sudut kamar memantulkan bayangan gelap seorang remaja perempuan tengah meringkuk di atas ranjang.

Terdengar suara pertengkaran di luar kamar tidurku yang mungil. Seperti biasa.

"Kenapa kamu pulang malam sekali?" teriakan mama terdengar nyaring.

"Berhenti mencampuri urusanku!" terdengar papa menimpali dengan suara yang tidak kalah keras.

"Mas! Aku istrimu!"

Kugunakan kedua telapak tangan untuk meredam suara mereka. Papa, tanpa sepengetahuan kami, telah memiliki keluarga lain. Mantan sekretarisnya memberikan dua orang putra.

Tidak berdaya. Itu yang aku dan mama rasakan. Seorang ibu rumah tangga tanpa penghasilan, harus mengantungkan hidup kepada suami yang tidak setia.

Aku membenci papa yang telah menghianati kami, membuat mama menangis hampir setiap malam.

Berusaha melenyapkan suara ribut yang masih terselip masuk ke indra pendengaran, aku mulai bersenandung lagu kesukaanku.

Somewhere over the rainbow

Way up high,

And the dreams that you've only dreamed of

Once in a lullaby.

Kuayunkan tubuh yang telah berbentuk bola maju mundur, kubiarkan rambut panjang sebahu menjadi tirai menutupi kedua pipi yang basah dengan air mata.

"Aku minta cerai!" sayup-sayup suara teriakan mama terdengar di antara senandungku.

"Baik! Keluar dari rumah ini dan bawa anakmu! Jangan harap aku akan memberikan uang untuk kalian!" ancam papa.

Suasana menjadi hening, sama seperti biasa. Mama selalu mengalah setiap papa mengatakan tidak akan memberikan nafkah lagi.

Menahan perasaan marah. Aku melanjutkan senandungku dengan suara gemetar.

Somewhere over the rainbow

Bluebirds fly,

And the dreams that you've dared to dream

really do come true.

Aku ingin cepat dewasa dan meninggalkan tempat terkutuk ini. Meninggalkan papa yang egois dan mama yang lemah.

Kedua mataku terasa perih dan pipiku terasa lengket. Seperai biru yang menyelimuti ranjang mungilku kusut akibat gerakanku.

Perlahan aku mengangkat wajah lalu menjejakkan kedua kaki ke atas lantai. Berjingkat menuju pintu aku menempelkan telinga kanan di benda itu. Sunyi.

Berusaha tidak bersuara aku menarik gagang pintu untuk mengintip. Ruang makan tempat pertengkaran orang tuaku sudah kosong.

Takut-takut aku melangkah keluar menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Sudut mataku menangkap bayangan seorang wanita berumur empat puluh tahun, tengah menangis terisak di pojok ruangan.

Aku menahan napas, mengepalkan kedua tangan lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tidak berguna untuk menghiburnya. Mama tidak akan bisa melepaskan diri dari papa.

Kubiarkan air keran mengalir saat aku menggosok wajah dengan sabun muka. Pantulan cermin menampilkan seorang gadis enam belas tahun yang membenci hidupnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Event Song-FictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang