Lara masih berada di awang-awang karena intensitasnya dan Darren mengirim SMS semakin banyak. Darren ternyata tipe yang perhatian, dia mau mendengarkan semua cerita Lara dan tidak menampakkan kalau dia bosan. Namun Lara masih agak sedih karena Darren belum mau terbuka padanya. Darren bercerita kalau dia anak tunggal dan sekolahnya dulu tapi dia tidak bercerita lebih dari yang semua orang di SMA 1 tahu. Meski begitu Lara tidak menyerah karena Darren menceritakan satu hal yang tidak ada yang tahu. Adik kecilnya.
Darren memiliki seorang cewek yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri meski tidak memiliki ikatan saudara. Cewek itu tinggal di sebelah rumahnya. Cewek itu begitu cantik, mungil dan rapuh. Namanya Baby. Baby selalu pergi kepada Darren setiap kali ada masalah dan Darren selalu ada untuk Baby. Mereka berdua lengket sekali tapi tiba-tiba Baby berubah. Baby menjadi egois dan meninggalkan Darren
"Darren kasihan banget kan Lan? Si Baby itu kok kayak nggak tahu terimakasih" gemas Lara sambil mencengkram bantal Bulan.
“Gimana ya Ra, pasti ada kan alasan Baby berubah. Darren nggak cerita?”
“Darren juga nggak tahu kenapa Lan. Tiba – tiba aja Baby berubah gitu. Tapi gimanapun ya, seharusnya nggak langsung menghindari Darren dong. Itu nggak fair. Iya kan?”
Bulan mengangkat bahunya, “Nggak tahu deh Ra. Lebih baik kamu dengar dari dua belah pihak sebelum menilai sesuatu.” Bulan berdiri tiba – tiba “Udah ah, aku mau cookies nih. Kamu mau nggak?”
Lara menyengir lebar, “Coklat panas ya Lan?”
Bulan tertawa, “Kalau aja nih, rumahku cafe, kamu sudah utang banyak”
“yaelah.. kan teman Lan”
Lara membalikkan badannya dan melihat langit – langit kamar Bulan. Memikirkan kalimat bijak Bulan. Mendengar dari kedua belah pihak. Itu artinya Lara harus dengar dari Baby juga? Tapi Baby itu umurnya berapa, sekolah di mana dan tinggalnya di mana, bahkan tampangnya gimana aja Lara nggak tahu. Lara merenung lagi, dari cara Darren cerita panjang lebar di SMS, Lara yakin Baby itu benar – benar penting buat Darren. Jangan – jangan Darren cinta lagi sama Baby. Jangan mulai deh. Dia kan udah bilang, Cuma adik kecilnya. Sebal Batin Lara. Sisi sensitif Lara mulai menyimpan itu dalam hati dan membuatnya lebih kuat. Darren menceritakan Baby, salah satu kenangan penting baginya pada Lara pasti karena dia sudah merasa terbuka pada Lara. Itu berarti Darren mulai mengakui keberadaan Lara. Yess! One step closer..
Manusia tidak pernah merasa puas, itu kenyataan dan itulah yang dialami Lara. Cewek itu sekarang sedang tidak puas sama sekali. Darren masih rajin meng-SMS Lara dan beberapa kali Lara juga melihat Darren mencuri – curi pandang tapi sekarang setiap SMS, topiknya Baby – Baby – Baby. Lara tidak mungkin mengatakan ‘Berhenti membicarakan Baby, kamu jadi kelihatan kayak sister complex. Itu penyakit! ‘ jadi Lara menerima dan Bulan harus menerima curhatan Lara.
Bulan awalnya santai saja tapi lama – lama dia jadi sewot juga karena mendengar keluhan Lara terus – terus dan terus. Sewot bertemu dengan kesal menjadi pertengkaran.
“Sebenarnya hubungan kalian ini gimana sih? Kalau dia emang suka sama kamu, ya dia nembak dong. Tahu nggak, kalau kayak gini terus, namanya PHP, Pemberi Harapan Palsu dan itu nggak sehat.”
“Aku nggak mungkin dong ndesak Darren. Secara, kita aja baru dekat 3 bulan Lan. Masih penjajakan” bela Lara yang tidak terima kalau dia tidak punya harapan.
“Penjajakan tapi nggak pernah ketemu. SMS doang dan bahasnya Baby – Baby – Baby. Penjajakan itu bukan berarti satu menerima dan satu memberi terus. Penjajakan itu artinya kalian harus kompromi”
Lara langsung defensif, “Kok kamu sewot gitu si Lan?”
“Aku MEMANG Sewot! Capek tahu dengerin kamu ngeluh terus” sergah Bulan emosi.
YOU ARE READING
OH Ternyata...
Teen FictionLarasati Abimanyu, cewek yang nggak pernah suka dengan namanya ini pindah dari Malang ke Surabaya mengikuti Ayah-nya. Di sekolah yang baru, dia bertemu dengan cowok ganteng, idola di sekolah dan sepertinya tertarik padanya. Lara bersama sisi pemalu...