Oh Ternyata...

340 12 2
                                    

Lara tidak meminta seluruh Aliansi untuk berbicara dengan Bulan, dia hanya meminta cewek – cewek sekelasnya yaitu Cindi, Fina, Alina dan Dina. Mereka berlima memperhatikan gerak – gerik Bulan dan mencari saat yang tepat untuk maju di lain pihak, mereka menggunakan Aliansi yang lain untuk menyebarkan berita tentang Bulan yang mencoba mendekati Darren.

Secuek apapun Bulan, dia pasti tidak tahan juga jika mendapatkan tatapan sinis dari semua siswa. Belum lagi gencetan tidak langsung yang dilakukan fans Darren dan Aliansi. Di keadaan seperti itu, dua kubu itu memiliki satu kesamaan. Melawan Bulan. Lara baru bertindak begitu Bulan benar – benar terlihat begitu tertekan, dia tidak keluar dari kelas dan wajahnya tidak lagi tenang.

Lara menyerang saat Bulan pergi ke kamar mandi saat pelajaran sedang berlangsung. Lara tidak ingin ada keributan yang membuat mereka akhirnya mendapatkan hukuman dan bukannya mendapatkan apa yang mereka mau. Cindy menyentak Bulan menabrak pohon yang dulu sering mereka pakai bersama saat masih berteman. Sepertinya Bulan ingat dan dia menjadi lebih lemah karena kenangan itu.

“Kamu harus dengar baik – baik, Bulan!” kata Cindy sebelum dia mundur di belakang Lara

Lara memberikan Bulan senyum mengejek, “Hai Bulan. Sepertinya aku ingat seseorang yang mengatakan nggak suka Darren. Ah... itu kamu. Tapi kenapa aku dengar kamu berusaha ngedeketin Darren ya. Kamu munafik ya Bulan?”

Bulan menggeleng, “Aku berusaha bicara dengan Darren. Dia nggak seperti apa yang kalian duga.” Katanya mencoba meyakinkan Lara.

Lara memutar bola matanya tidak peduli dan meremehkan “Kamu melakukannya lagi Lan. Menjadi orang munafik”

Lara, please. Open your eyes! Darren melakukan semua ini dengan sengaja. Kalian udah di manipulasi.”

Lara mendorong Bulan dengan kasar ke pohon, “Berhentilah menjadi orang munafik Bulan. Terima saja kalau Darren lebih memilih aku daripada kamu. Kamu punya segalanya menjadi kelompok populer tapi mereka menolakmu dan Darren lebih memilih aku.”

Bulan meneteskan air mata melihat Lara, “Kita berteman Lara.”

“Kita bukan teman! Aku nggak butuh teman yang menghianati temannya sendiri”

“Aku nggak menghianati siapapun. Bukankah seharusnya Darren nggak bisa memisahkan persahabatan kita?!”

Lara mendengus, “Ini bukan film Bulan, dan kita nggak sedekat itu.”

“Benar apa kata Lara”

Cewek – cewek di bawah pohon itu terkejut dan menoleh ke arah Darren yang berdiri dengan wajah tampan dan sikap tubuh santai.

“Darren... ini bukan...”

Darren tersenyum dan mendekati Lara, “Aku mengerti sekali kenapa kamu melakukannya Lara dan aku senang kamu melakukannya.”

“Oh...”

Darren melihat ke arah Bulan yang bersandar di pohon dengan wajah syok dan perlahan – lahan dia menunduk kalah. Darren mendekati Bulan, dia meraih dagu Bulan dan membuat Bulan menatap matanya.

“Ini bukan film, ini kenyataan. Kenyataannya adalah kamu nggak bisa pergi dariku. Aku sudah berusaha memperingatkan padamu tapi kamu mengacuhkannku begitu saja. Sekarang kamu terluka dan siapa yang akan ada bersamamu selain aku, Baby?”

Lara tersentak saat Darren mengatakan ‘Baby’. Kenapa Darren memanggil Bulan Baby?

Darren meraih Bulan dalam pelukannya, membalik Bulan sehingga punggungnya menempel di dadanya. Dia mengangkat wajah Bulan yang begitu tidak berdaya agar memandang Lara, Cindy, Fina, Alina dan Dina. Mereka berlima terdiam, merasa bingung, gugup dan tidak nyaman dengan Darren yang begitu mendominasi dan kejam sedangkan Bulan pasrah di tangannya.

“Lihat mereka semua yang kamu sebut Teman dan Sahabat. Mereka meninggalkanmu hanya karena seorang lelaki yang bahkan nggak memberikan kejelasan sikap. Pertemanan hanya sebesar itu Baby. Pertemanan rapuh. Inikah yang kamu pilih daripada aku?”

Bulan a.k.a Baby menangis memejamkan matanya, “Berhenti Darren, aku mohon”

Darren mencengkram rahang Bulan keras membuat Bulan mengerang sakit dan membuka matanya. Darren mendongakkan wajah Baby sampai mata mereka bertemu “Katakan kamu salah Baby dan ucapkan permintaan maafmu”

Bulan bergetar, “Maafkan Baby Darren, Baby mengaku salah. Jangan benci Baby, please”

Darren tersenyum begitu puas, “That’s my Baby girl. Aku memaafkanmu, Baby.” Darren mencium dahi Baby “Kamu milikku dan aku milikmu. Hanya ada kita. Sekarang kamu boleh memelukku”

Bulan berbalik dan memeluk Darren seperti anak – anak. Darren membalas pelukan Bulan. Dia melihat ke arah Lara dan empat cewek lain “Terimakasih Lara, kamu membantuku memberikan pelajaran terbaik untuk Baby. Sekarang dia tahu dia nggak bisa pergi dariku lagi.” Darren meraih paha Bulan dan menggendongnya ala tuan putri “Kami pulang dulu dan jangan mengatakan apapun kepada siapapun atau kalian semua akan menyesal”

Lara tersentak, “Tunggu Darren. Apa ... apa yang sedang terjadi? Kenapa?”

Darren tersenyum pada Lara, “Aku hanya akan mengatakan ini satu kali. Nggak sekalipun aku pernah menyukai kamu Lara. Aku mendekatimu untuk mendapatkan Baby lagi. Seperti yang aku ceritakan padamu, dia pergi dariku. Dia berusaha meninggalkan aku dan memilih kamu, kalian sahabatnya. Aku sangat berterimakasih padamu tapi maaf saja aku nggak bisa meberimu hadiah karena semua rasa terimakasih itu sebanding dengan rasa marahku padamu dengan perilakumu pada Baby. Mari sepakat bahwa ini impas.”

Lara seperti kehilangan jiwa saat Darren membawa pergi Bulan dari mereka dan meninggalkan Lara dengan hati patah karena cinta dan penghianatan. Darren tidak pernah mencintainya, dia mendekati Lara hanya untuk memanfaatkannya.

“Lara...” Cindy, Fina, Alina dan Dina mendekati Lara dengan raut kasihan di wajah mereka semua.

Sisi sensitif Lara syok dan bersembunyi dalam – dalam dari dunia. Dia merasa malu pada mereka semua, pada aliansi yang telah dia gembor-gemborkan soal hubungannya dengan Darren. Batin Lara yang biasanya semangat sekarang terdiam, egonya terpukul begitu keras dan dia tidak bisa membicarakan apa – apa lagi.

Cindy memeluk Lara, “Aku nggak tahu kalau Darren bisa sejahat itu, Ra”

“Aku nggak akan nge-fans sama dia lagi.” Kata Alina penuh tekat.

“Dia di black list.” Tambah Fina.

“Kita Aliansi, kita nggak boleh di jajah sama anak – anak populer.” Kata Dina yang langsung berdiri, “Aku akan memanggil Aliansi, mereka harus mendengar ini semua. Keadilan harus ditegakkan”

Lara ingin mencegah Dina tapi dia tidak sanggup, fisiknya terlalu lemah karena syok yang terjadi pada psikisnya. Merasa rendah diri, dan bodoh. Amat sangat bodoh. Kata – kata Bulan terulang lagi ‘Kamu tahu Ra, aku kasihan sama kamu yang dibutakan oleh penampilan. Buka mata kamu dan berfikirlah logis kenapa Darren mau dekat sama kamu’. Lara sungguh bodoh mengira Darren tulus padanya, tentu saja Darren mendekat padanya karena maksud tertentu tapi tentu saja maksud itu bukan menjadikan Lara pacarnya. Lara meneteskan air mata sakit hatinya.

Darren tersenyum menatap wajah Baby yang sedang tertidur dengan tentram. Akhirnya. Akhirnya dia bisa mendapatkan Baby kembali. Darren tahu Baby akan kembali padanya karena mereka ditakdirkan untuk bersama. Baby miliknya setelah Darren menemukan Baby mencari makan di tempat sampah belakang kantin sekolah. Darren yang memberi makan Baby, yang mengajarkan Baby segala hal, yang menyingkirkan Nanny jahat Baby.

Darren menunduk dan mencium dahi Baby penuh perasaan, “Kamu milikku, Baby. Selamanya”

OH Ternyata...Where stories live. Discover now