Mommy told me something
a little kid should know.
It's all about the devil
and I've learned to hate him so.
.
.
.
.
Debum keras terdengar ketika pemuda itu menutup pintu besi lemari pendingin tempat penyimpanan mayat. Tubuh terakhir yang harus diperiksanya hari ini.
Arthit, sudah bekerja menjadi patolog forensik selama hampir empat tahun. Pekerjaannya adalah memeriksa mayat, membedah mereka untuk menemukan penyebab kematian sebenarnya. Kalau dipikirkan kembali, entah apa yang membuatnya sampai terjun pada bagian forensik padahal ia berniat menjadi polisi setelah lulus dari fakultas kriminologi kampusnya.
"Terima kasih untuk kerjasamanya hari ini, P'Arthit!"
Arthit menoleh menatap Em, junior sekaligus Dienernya. Diener, sebutan untuk teknisi otopsi yang bekerja sebagai asisten pembantu.
"Apa yang membuatmu senang pulang cepat hari ini? Kencan dengan N'May?"
Em terkekeh. "Pukul sepuluh malam nanti lebih tepatnya, P',"
Arthit melirik jam tangan hitam miliknya, pukul dua puluh lewat delapan menit.
"Kau bisa bersiap-siap kalau begitu. Mandilah yang benar, setampan apapun rupamu, kau tak akan mendapat ciuman dari N'May kalah tubuhmu bau orang mati,"
"Oh P'Arthit, May tidak keberatan dengan pekerjaanku," jawab Em tenang, tapi tak lama ia membaui kerah kemejanya dengan panik, "A-apakah aku benar-benar bau orang mati, P'?"
Arthit tertawa. "Aku bercanda, bodoh. Sudah pergi sana, biar aku yang menyerahkan laporan hasil pemeriksaan otopsi hari ini ke atas,"
Em ikut tersenyum lebar, memperlihatkan deretan geliginya yang putih. Ia selalu bersyukur mendapatkan senior seperti Arthit sebagai partnernya. Tidak seperti teman-temannya yang setelah lulus, (dari cerita mereka) mendapat atasan yang galak dan suka memerintah. Arthit adalah seniornya yang baik, cerdas, dan pengertian. Dengannya Em bisa mendapat pelajaran baru dan bekerja dengan nyaman.
Pekerjaan mengautopsi mayat tidaklah mudah. Selain ia harus mempunyai kemampuan, fisik dan mentalnya harus kuat. Pada awalnya Em ketakutan mendapat kiriman mayat untuk tugas otopsinya, beruntung Arthit dengan tenang membantunya. Mayat yang datang kepada mereka jarang sekali ada yang normal. Maksudnya, mayat-mayat dari kasus pembunuhan maupun kecelakan mana ada yang berada dalam kondisi normal? Bisa saja ia pingsan di tempat hanya dengan melihat pemandangan mengerikan itu.
Lalu ketahanan tubuhnya juga diuji. Terkadang para polisi itu tidak hanya mengirim barang satu atau dua tubuh saja dan itu membuatnya harus bekerja sampai tengah malam bahkan hingga subuh menjelang."Kalau begitu aku pulang dulu, P'Arthit!"
Belum sempat tangan Em keluar, daun pintu besar itu terbuka lebar. Dua orang polisi datang dengan kantung mayat di atas matras berjalan.
"Selamat sore, Arthit,"
"Knott,"
Knott memerhatikan sekeliling ruangan, ia melirik Em yang masih berdiri diam di dekat pintu lalu kembali menatap Arthit. "Kau sudah mau pulang, Arthit?"
Arthit menggeleng, "Tidak sampai ku menyerahkan laporan ini," jawabnya seraya mengangkat papan kecil dengan beberpa klip kertas berisi laporan. Arthit melirik kantung mayat dari balik bahu Knott.
Knott berjalan perlahan mendekati sahabatnya, "Aku punya pekerjaan untukmu kalau kau tidak keberatan, Ai'Arthit,"
"Apakah kasus penting?"
"Belum bisa dipastikan. Karena itu aku minta bantuanmu,"
Arthit mengeryit tak mengerti. Knott menyuruh satu polisi bawahannya untuk mendorong bawaan mereka mendekat. Knott membuka body bag itu perlahan. Di dalamnya ada tubuh laki-laki... tanpa keanehan apapun.
"Siapa dia?" Arthit bertanya.
Knott menaikan dua bahunya. "Tidak tau. Tak ada tanda pengenal, sidik jarinya tak terdeteksi sistem dan tak ada seorang pun yang mengenalinya. Mayat laki-laki, tak bernama, ditemukan tadi sore terkubur di pelataran kebun kosong,-
"Kami menyebutnya subjek 0062."
***
To be continue
***
A/N: Tiba-tiba kepikiran cerita ini. Terinspirasi dari film Horror berjudul "The Autopsy of Jane Doe". Kalau kuat, coba tonton aja. Lumayan menghibur (bagiku) kok! Tapi untuk yang enggak suka pembedahan dengan visualisasi yang eksplisit jangan ya, nanti kalian muntah.
Beberapa adegan dan dialog aku ambil dari film, karena minimnya pengetahuan mengenai forensikku. Tapi tenang aja ini bakal beda. Aku lulusan sastra yang dengan nekatnya nulis beginian, jadi kalau ada kesalahan tolong beritahu ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Autopsy
FanfictionKONGPOB X ARTHIT. Arthit, seorang patolog forensik harus mengautopsi tubuh laki-laki tanpa tanda pengenal. Ada yang aneh dengan mayat itu! Terinspirasi dari The Autopsy of Jane Doe. All cast belong to BitterSweet Genres: Horror/Thriller/Fantasy