Is that an angel which flew down from the twilight sky?
Or a devil which crawled out from a crevice?.
.
.
Kongpob, seorang yatim piatu.
Ayahnya sudah tidak ada sejak ia lahir, sementara ibunya adalah penyihir, itu yang biasa dikatakan orang-orang di desanya. Kongpob kecil harus menyaksikan ibunya dibawa pergi dan dihukum ke tiang gantung yang ada di balai desa. Kongpob tak merasakan apapun saat itu, tak ada rasa kasihan, rasa takut ataupun sedih karena kehilangan ibunya sendiri. Ibunya tak pernah menyayanginya, ibunya tak pernah menganggapnya ada, dan bagi Kongpob sendiri ibunya adalah orang asing.
Ia menetap di rumah kecil yang berdiri di sebuah sepetak kebun di balik semak belukar yang jauh dari keramaian. Tak jauh darinya ada sungai kecil jernih yang mengalir tenang, berbatasan dengan hutan di sisinya. Hutan terkutuk yang tanpa adanya larangan secara resmi pun tidak ada yang berani mendekat bahkan ketika matahari masih berada pada posisinya yang paling tinggi di langit. Kongpob bertahan hidup dengan memenuhi kebutuhannya sendiri dari lingkungan sekitar. Saat beberapa penduduk melihat sosoknya, maka mereka tak akan melewati kesempatan untuk menghujat dan menyakitinya. Kongpob harus bertahan dengan keadaan seperti itu bertahun-tahun sampai ia bertemu dengan Arthit.
Arthit menolongnya, berdiri melindunginya dari anak-anak nakal desa dan sejak saat itu tak ada yang berani mengganggu Kongpob. Arthit, dengan statusnya sebagai anak kepala desa membantu itu semua. Ayahnya tak keberatan dengan siapa anaknya berteman, lagipula sudah menjadi tugasnya untuk menjaga ketertiban juga kerukunan warga desanya. Sejak kejadian hukuman 'sang penyihir' itu, ia tidak tega untuk membiarkan anak kecil seperti Kongpob mendapat penyiksaan lebih dari itu. Ibu Kongpob mungkin penyihir terkutuk, tapi apa yang bisa anak kecil seperti Kongpob lakukan?
Arthit selalu menyempatkan diri untuk menemui Kongpob dan bermain bersama dengannya. Ada tempat rahasia dimana mereka biasa bertemu di dekat Hutan, satu alasan agar mereka tak perlu mendengar cibiran orang-orang yang masih berdengung rutin. Arthit selalu pengertian terhadapnya, Arthit yang baik hati, Arthit yang pemberani, Arthit yang perlahan membuka hatinya. Arthit adalah segalanya untuknya.
Suatu hari Kongpob pernah bertanya, ia ingin memastikan sesuatu. "Apakah suatu saat Oon akan pergi dariku?"
Karena Kongpob tidak ingin ditinggal pergi.
"Aku akan terus bersamamu!" Arthit kecil menjawab.
Mendengar itu, Kongpob bertanya lagi, "Apakah Oon menyukaiku?"
Karena Kongpob amat sangat mencintainya.
"Aku sangat menyukai Kongpob!"
Janji yang diumbar tanpa berpikir kembali ketika kanak-kanak yang mengubah segala persepsi Kongpob terhadapnya. Saat itu jawaban dari Arthit selalu mampu membuatnya tersenyum, perasaan senang sampai rasanya beban dan luka hidup yang diterimanya dulu sebelum bertemu dengan Arthit hilang tak berbekas. Namun, begitu mereka beranjak dewasa, Kongpob mulai meragukannya.
Kongpob tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Tidak lagi ada sosoknya yang kurus dan kumal, terimakasih untuk ayah Arthit yang mempekerjakannya. Sebagian adalah karena Arthit yang memohon, tapi Sang kepala desa yang sadar betapa berbakatnya Kongpob pun menyetujuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Autopsy
FanfictionKONGPOB X ARTHIT. Arthit, seorang patolog forensik harus mengautopsi tubuh laki-laki tanpa tanda pengenal. Ada yang aneh dengan mayat itu! Terinspirasi dari The Autopsy of Jane Doe. All cast belong to BitterSweet Genres: Horror/Thriller/Fantasy