Bel pulang sekolah pun berbunyi, hari ini Dinda memilih untuk pulang sendirian.
Tentu ia tak perlu repot-repot memberi kabar pada Chan, karena Chan pasti pulang bersama Wendy.
Alin, sudah duluan pulang, Dinda masih ingin duduk di taman depan sekolahnya, ia masih betah berada di sini.
Helaan nafas keluar dari bibir indah remaja perempuan itu.
"Ternyata, hidup sesulit ini. Aku gakuat hehe, lemah kamu Din" Monolognya.Hatinya merasa bimbang, kacau, sedih, entah karena sang Tuan, pujaan hati, telah dimiliki oleh orang lain atau yang lain?
Tiba-tiba handphone Dinda berdering menandakan ada pesan masuk.
Line
Sehun
Din, lo dimana?
Udah pulang?Gue masih di sekolah hun, kenapa?
Lo dimananya? Gue udah di depan.
Loh ko ga ngomong? Wait, gue kesana.
Ternyata Sehun sudah berada di depan sekolah Dinda, bersama dengan mobil rush putihnya.
Ia pun langsung masuk ke dalam mobil Sehun, setelah tau sang pemilik adalah Sehun.
"Lo ko jemput gue? Ngapain?" Tanya Dinda to the point.
"Kangen hehe"
"Bacot, Hun laper, ke me*di dulu yu"
"Siap Tuan Putri"
🌻🌻
"Chan, kamu kenapa sih dari tadi bengong trus" Wendy kesal, sudah 30 menit mereka berada di cafe tapi Chanyeol seperti tak menanggapi ceritanya dan malah bengong.
"Eh Wen, kenapa?"
"Baru juga satu hari kita pacaran kamu udah bikin kesel gini, kamu kenapa sih Chan?"
"Hah kenapa? Aku baik-baik aja ko Wen"
"Aku cape, mau pulang aja, aku naik taksi online aja."
Wendy pun meninggalkan Chanyeol sendirian. Chanyeol juga bingung dia kenapa, dan hatinya seperti tak ikhlas diberikan untuk Wendy.
Pikirannya melayang, memikirkan puan yang biasanya menghiasi hatinya.
🌻🌻
Setelah makan di sebuah restoran cepat saji, Sehun mengantarkan Dinda sampai ke rumahnya, dan kini mereka sudah di depan rumah Dinda.
"Makasih ya Hun, gue kenyang banget hehe"
"Iya Dinda sama-sama, gue ga mampir ya, salam ke semuany" pamit Sehun.
"Siap 86"
Setelah itu Sehun pun pergi meninggalkan rumah Dinda. Baru saja Dinda menutup pagarnya, tiba-tiba ada yang memanggilnya ternyata itu Chanyeol.
"Dinda"
Dinda pun menanggapi dengan senyumannya.
"Kenapa kak?""Loh kamu dianterin Sehun?"
"Wait, "kamu" ? kak Chan kesambet apaan?" Monolog Dinda dalam hati.
"Iya kak, dia dadakan gitu ngejemput. Kenapa emang kak?"
"Engga, gapapa Din, soalnya tadi gue liat lo ko ga ngajak gue pulang bareng gitu"
Oh balik ke "lo- gue", lah emang Dinda siapa?
"Kan kak Chan bareng ka Wendy, ngapain minta tebengan hehe"
Ngebatin la gue kalo sama lo.
"Iya si tadi aku bawa motor juga, besok aku bawa mobil deh biar kita barengan aja" usul Chanyeol.
Nih orang sumpah labil banget, tadi lo-gue sekarang aku-kamu.
"Eh gausa, kak aku bisa sendiri ko tenang aja. Ka aku mau ke dalem dulu ya cape banget, permisi" pamit Dinda, ia lelah berbicara terus-terusan sama Chanyeol, yang ada hatinya semakin sakit.
🌻🌻
Pagi sekali, pukul enam lewat tiga puluh menit, Dinda minta anterin ke Suho untuk pergi Sekolah.
Kenapa pagi-pagi banget? biar Chanyeol ga tau, dan ga liat batang hidungnya.Sesampainya ia di sekolah, langsung bertemu dengan Alin.
"Eh Din, lo sendirian?"
Tanya Alin penasaran."Iya emang kenapa?"
"Kak Chan mana?"
"Gatau, ngapain nanya ke gue, udah ah yu ke kelas."
Setelah belajar beberapa jam yang cuku melelehkan bel kemerdekaan pun berbunyi.
Jam istirahat pun telah datang, Dinda dan Alin pergi ke luar kelas, niatnya ingin ke taman.
"Dinda" suara berat yang khas itu pun memanggil nama Dinda.
"Eh kak Chan, kenapa?"
Alin yang mengerti bahwa Chanyeol dan Dinda harus berbicara berdua pun memilih pergi.
"Din gue ke kantin duluan ya males ah ke tamannya ntaran aja" pamit Alin.
"Lo mau ke taman? Gue juga mau ke sana yuk bareng," Chanyeol mengajak Dinda seolah tak peka dengan isi hati Dinda atau bagaimana.
🌻🌻
Hehehe ceritanya gajelas.
Maap banget ya gajelas gitu emang.
Sekali lagi jan lupa baca Dialogue karena banyak spoiler about cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story (From Dialogue)
Teen Fiction"Kak, kenapa hati ini benar-benar membuat diriku sulit."- Dinda. ~ Cerita ini penjelasan dari Dialogue jadi biar lebih enak, dapet spoiler, baca itu dulu ya hehe jangan lupa vote dan comment terimakasi. O iya Kalau mau berkarya, dengan hasil jerih p...