Jumpa dan Sapa

24 7 0
                                    

Luka itu membuatku takut untuk kembali percaya

Hatiku masih merasakan sesak jika mengingat berita kemarin, dan tadi malam akupun mengeluarkan air mata, aku sangat benci menangis entahlah namun kenyataan seakan senang mengejekku dengan selalu membuatku menangis.

"heh cabe, masih sesek?" lah punya sahabat kok gini amat ya, yang penting gak fake.

"cabe teriak cabe lo Ra" ucap Vivi

"ye lo juga cabe kali Vi" Rara yang tak tinggal diam karna ucapan Vivi

"udah sih gak usah berantem, kek cabe juga" upss sepertinya aku salah ngomong sekarang mereka melototiku, serem.

"Eki mana ya?"

"hai, kangen ya sama gue" Eki yang tiba tiba datang dari gerbang tengah

"jijik sih Ki, jones bener kayaknya" Vivi memang yang paling judes diantara kita ber-4.

"nyakit mah Ki haha" Rara yang tertawa karna Eki sudah di hadiahi dengan kejudesan Vivi di pagi hari

"eh kita semua ini jomblo tau, gak boleh ngina kali" aku memutar badan dan berjalan masuk ke koridor sekolah

__

"Aya ada pena dua gak?"

"modal napa than, Hp gak salah Ip tapi pena minjem dih" Eki yang angkat bicara bukan aku

"dih sewot aja lo ini, gue nanya Aya juga" Fathan duduk kembali ke tempat duduknya

"Eki, Eki galak amat pagi pagi" Eki tidak menggubris perkataanku, kok kesel ya.

"hm, kacang" Fathan kampret

"dih nyambung aja, syirik mah gitu, mau di kacangin juga tah?" entah kalo sama Fathan bawaannya kurang nyaman aja, apalagi karna berita berita tentang dia semakin buat gak nyaman

__

Hari ini ada tugas dari kepala sekolah untuk kerja sama dengan anggota Pramuka untuk kerja bakti karna desas desus terdengar kabar bahwa bapak Walikota akan datang, namun kenapa harus sama anak Pramuka, biasanya juga OSIS sendiri juga bisa.

"kita bagi kelompok ya, dan gak boleh dituker tuker" Arkan selaku Ketos dia juga Ketua Pratama Putra dalam Pramuka

Setelah pembagian kelompok aku langsung bergegas menuju kelompokku, oh jangan lupakan Rara dan Vivi bahwa mereka anggota Pramuka dan anggota OSIS, mereka satu kelompok dengan ku dan beberapa siswa dari kelas X dan XII tidak banyak yang ku kenal, namun ternyata Eza masuk ke dalam kelompokku. Mengapa aku senang? Perasaanku saja mungkin.

"Aya lo bersihin kelas ujung sama sampingnya ya, gue sama Vivi 3 kelas ini oke" aku mengangguk menyetujuinya.

"kak, saya bantuin bersihin kelasnya ya?" Eza yang sudah mengambil sapu dibelakang pintu

"oh, oke kamu yang bagian sana saya bagian sini ya" Eza mengangguk dan mulai menyapu

"kak ini udah bersih, saya mau ambil air dulu ya buat ngepel" aku hanya tersenyum , lalu Eza keluar kelas membawa ember untuk mengambil air dibawah

Ternyata dia orangnya pendiem juga, cool gitu tapi tidak Badboy dan aku suka, aku tersenyum sekali lagi. Tunggu aku bilang apa, aku menyukainya? Tidak mungkin, apa iya secepat itu aku menggelengkan kepala ku, namun hati ku berkata lain.

__

"akhirnya selesai juga ya kak" sekarang aku dan Eza berada didepan kelas, cukup lelah untuk membersihkan 2 kelas itu.

"iya, capek ya ternyata, kirain gak secapek ini" Eza hanya tersenyum, cukup membuatku terdiam sesaat sebelum akhirnya tersenyum juga.

"yeay hujan, main hujan yuk za?" Eza terlihat sedikit tersentak

"nanti sakit kak, mending kita lihat hujan turun aja" aku memasang muka beteku, tapi itu hanya cover sebenarnya aku sangat senang.

"hujan itu kasihan ya?" aku menadahkan tanganku menangkap butiran air hujan

"kasihan kenapa? bukannya kak Aya seneng ya, kenapa dikatain kasihan?" Eza berdiri disebelahku

"karna dia tahu rasanya jatuh berkali kali tapi tetap saja datang dan meski gak ada orang yang mengharapkan dia, dia akan tetap datang bahkan tidak sedikit yang membencinya, padahal hujan sangat baik namun hanya sedikit orang yang memahaminya" Eza menghembuskan nafasnya dengan kasar dan melihat kearah langit

"karna memang hujan sangat sulit dipahami datangnya saja tak menentu lalu bagaimana kita dapat memahaminya, hujan dan cinta itu tak jauh beda kak, sama sama susah untuk dipahami hanya bisa dirasakan" aku terkejut mendengar dari sudut pandang Eza, ternyata dia mempunyai sudut pandang yang lebih menarik dibanding yang aku sampaikan, dan aku rasa apakah aku benar akan menyukainya atau bahkan jatuh cinta padanya.

Just HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang