- Elisa's POV -
" Kau pasti bercanda kan ? " Vanessa menghembuskan napas lelah seakan - akan dia lelah menjawab setiap pertanyaanku.
"Apa aku terlihat sedang bercanda " Aku menggelengkan kepalaku.
" Kalau begitu ayo masuk " Aku tidak bergerak sama sekali, bahkan aku mencoba sekuat tenaga untuk menahan langkahku.
" Jangan menguji kesabaranku Elisa " Aku tidak bergeming tetap pada pendirianku. Aku tidak mau masuk kedalam sana. disana banyak orang yang tidak aku kenal. banyak pria dan wanita berpakaian formal yang tidak aku kenal. Ini akan membosankan.
" Aku hanya akan membuatmu malu " Aku mencoba memasang wajah puppy face termanisku.
" Kalau begitu bersikaplah baik dan jangan membuatku malu. Dan kau tahu wajah memelasmu tidak mempan terhadapku, cepat masuk atau aku akan memberi tahu Nathan kalau kau tinggal ditempatku " Aku mengerucutkan bibirku. Kesal tentu saja, dia selalu memaksaku.
" Baiklah "
* * * * *
Aku sudah bilang ini akan membosankan. Tidak ada satupun dari mereka yang aku kenal. Vanessa meninggalkanku sendirian untung aku memiliki radar aku menangkap sinyal kalau banyak makanan disini. Aku hanya berjalan beberapa langkah dari tempatku berdiri tadi dan menemukan meja yang penuh dengan makanan. Tidak ada salahnya aku menemani Vanessa, aku akan tidur nyenyak malam ini.
Vanessa bilang kalau acara ini adalah acara ulang tahun bosnya sebenarnya aku tidak mau datang kesini tapi Vanessa bilang kalau aku terus - terusan berada dirumahnya aku bisa saja membakar rumahnya padahal tidak seburuk itu mungkin aku hanya akan membuat rumahnya berantakan itu saja.
Aku melihat tumpukan macaroons oh tuhan ini adalah salah satu serpihan surga. Dengan cepat aku mengambil piring kecil yang sudah disediakan. Aku tidak melihat tulisan apa - apa seperti "dilarang dimakan" atau "hanya boleh memakan maksimal 3 buah" jadi aku bebas mengambil berapapun macaroons yang aku mau. Sejenak aku melupakan keriuhan yang ada disini, aku tidak peduli dengan suara - suara selamat yang diucapkan orang - orang disini.
" Hai " Ini pasti efek dari Macaroons yang aku makan. Aku jadi mendengar suara - suara aneh. Lagipula suara itu tidak mugkin memanggilku. Tidak ada satu pun orang yang aku kenal disini kecuali Vanessa, dan rasanya aku pernah mendengar suara itu sebelumnya.
" Cantik " Aku pikir aku mabuk sekarang. Tapi aku bahkan sama sekali tidak minum alkohol, tapi kenapa aku mendengar suara itu lagi. Seharusnya aku tidak makan Macaroons, macaroons ini membawa pengaruh yang buruk untuk kejiwaaanku.
" Aku bicara padamu " Oke, sudah cukup ini tak lagi lucu. Aku membalikan badanku dan mataku langsung terjebak dalam kedua bola mata indah itu lagi. Ya bola mata yang sama dengan orang yang mengintipku tadi sore. Dia terlihat tersenyum kepadaku, senyumannya tak terbaca tapi aku tahu dia sedang memikirkan hal aneh dalam otaknya. Otakku refleks menyuruh mulutku untuk teriak sekencang - kencangnya tapi tangan laki - laki itu dengan cepat menutup mulutku sebelum aku berteriak seperti gadis yang kehilangan keperawanannya.
Jarak antara aku dan dia cukup dekat bahkan aku bisa mencium wangi parfumnya, salah satu parfum mahal dengan merk ternama. Lagi - lagi aku terjebak kedalam matanya ingin rasanya aku mencongkel matanya dan kujadikan sebuah liontin untuk kalungku, mata itu terlalu indah jika dipakai untuk pengingtip seperti dia. Akal sehat ku kembali aku mencoba meronta dengan berusaha berteriak tapi suaraku teredam olah tangannya. Aku mencoba untuk menggigit telapak tangannya seperti di fim - film tapi tidak semudah itu ternyata bungkamanya telapak tangannya di mulutku sangat kencang walau tidak menyakitkan tapi aku sama sekali tidak bisa menggerakan mulutku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Officially Yours
RomanceBerniat menghindari masalah yang menghantuinya Elisa kembali ke Indonesia dan menetap disana. tapi dia salah, masalah yang dia hadapi semakin besar. Tunangan Elisa yang mengetahui kalau Elisa kembali ke Indonesia disaat pernikahan mereka tinggal men...