6. Bad Day ( II )

255 15 2
                                    

- Elisa's POV -

" Aku juga senang melihatmu, Elisa " Siapa yang mengundang malaikat maut ini ?

" Boleh aku masuk ? " Tentu saja dia tahu jawabannya.

" Tidak ! " Sebelah alisnya terangkat.

" Kenapa ? " Oh lihat dia menebar pesonanya. Apa aku peduli ? Tidak sama sekali. Apa aku terkena pesona itu ? Oh ya kurasa sedikit.

" Karena aku tidak mau, sekarang silahkan pergi ! " Aku mencoba menutip pintu, tapi dia menahannya dengan kaki kanannya.

" Tapi kata Vanessa aku boleh datang kapanpun aku mau " Aku yakin ini rencana Vanessa untuk membuatku tidak betah berlama - lama Di rumahnya karena bajingan sialan ini. Jadi aku akan cepat - cepat pulang kerumahku. Tidak semudah itu Vanessa. Bajingan ini tidak berpengaruh apapun bagiku.

" Itu kata Vanessa bukan aku, sekarang singkirkan kaki sialanmu atau aku akan membiarkannya patah "

" Tapi aku membawa makanan untukmu " Apa tadi dia bilang makanan ? Tapi kalau aku buka pintunya harga diriku akan jatuh. Tapi aku tidak mnungkin menolak makanan itu. Aku lapar. Sangat lapar.

" Tinggalkan makanan itu didepan dan kau segera pergi dari sini " Aku mencoba menggertak.

" Makanan ini datang bersamaku jadi, terima makanan itu dan aku juga masuk ke dalam bersamamu atau biarkan aku pergi dan kau tidak mendapatkan apapun " Aku tahu kalau dia sedang tersenyum sinis sekarang. Penawaran macam apa itu.

" Tidak ada penawaran lain ? " Rico terkekeh.

" Kau hanya perlu menjawab ya atau tidak Elisa " Perutku mengeluarkan suaranya. Ewwh suaranya mengerikan.

" Baiklah " Aku melonggarkan doronganku pada pintu dan berjalan masuk ke dalam.

" Rumah yang bagus " Aku menatapnya sinis. Dia melepaskan kaca mata hitam yang dipakainya.

" Ada yang salah ? " Keberadaannya disini itulah yang salah.

" Tidak, cepat berikan makanan itu kepadaku "

" Sabar sweetheart apa kita tidak bisa basa - basi dulu ? "

" Aku tidak berminat bicara padamu. Dan aku bukan sweetheart mu, lihat aku sudah tunangan jadi jangan mengangguku " Aku menunjukan cincin pertunanganku dihadapannya. Eat this shit !

" Itu hanya cincin tidak berarti apa - apa "

" Apa kau bilang ? " Aku yakin tadi dia berbicara tentang cincin pertunanganku.

" Aah tidak, cincin yang bagus " Rico tersenyum lebar, huh dia pikir aku tuli. Dia menyerahkan bungkusan makanan itu kepadaku. Aku langsung membawanya ke dapur.

Sate kambing..

Bagimana dia tahu kalau aku suka sate kambing ? Pasti Vanessa yang memberi tahunya. Secara fisik aku memang terlihat seperti orang asing tapi jangan salah kalau lidahku tidak bisa lepas dari masakan Indonesia.

Aku memindahkan Sate Kambing itu ke piring. Tidak ada nasi, bahkan masak nasi saja aku tidak bisa. Kasihan sekali Nathan kalau menikah denganku. Tapi dia mencitaiku dia hartus menerima apapun kekuranganku, ya itu harus.

" Aku tidak yakin kalau kau suka Sate Kambing " Rico sudah duduk di sofa depan TV dengan. Dari cara duduknya saja aku sudah tahu kalau dia adalah pria arogan.

Aku terpaksa duduk di sofa yang sama dengan Rico. Aku memilih bagian terjauh dari sofa agar tidak berdekatan dengan pria Amoral itu. Dia tampak tersenyum, ada apa dengan dia dan senyumannya ? Kenapa dia selalu tersenyum ? Entahlah, aku sama sekali tidak peduli.

" Apa ada masalah ? " Rico menggeleng pelan.

" Tentu tidak, aku hanya tidak yakin " Aku sudah tidak mempedulikannya ketika aku mulai menggigit sate kambingku. Masa bodoh dengan apa yang dia katakan.

" Jadi bagaimana tawaranku " aku tersedak. Kuambil segelas air di meja yang ada di hadapanku. Ku letakan piring dimeja dan dengan cepat kuteguk habis air yang ada di gelas itu.

" Apa maksudmu ? "

" Aku rasa kemarin kau sudah mendengar cukup jelas "

" Tidak jawabannya adalah tidak " Aku tetap pada pendirianku.

" Kenapa tidak ? "

" Aku balik bertanya padamu. Kenapa harus aku ? Vanessa bilang semua wanita pasti akan dengan sukarela menggantinkan posisiku " Rico tertawa. Matanya menyipit karena tawanya yang lebar. Gigi - gigi putihnya terlihat jelas. Disaat seperti ini. Aku meragukan kalau dia adalah pria amoral dia terlihat seperti pria normal.

" Apa yang lucu ? "

" Tidak, tidak ada yang lucu. Kau mau tahu jawabannya ? " Aku hanya mengangguk.

" Itu karena aku hanya mau kamu " Rico menatapku serius. Apa tidak ada kalimat lain yang bisa diucapkan ? Bullshit. tidak hanya tampan dia juga seorang perayu ulung tidak salah kalau banyak wanita yang jatuh hati padanya. Aku menatapnya marah dan segera pergi ke dapur membawa piring kotorku.

Aku mendenger Rico mengganti - ganti channel tv. Aku jadi teringat perkataannya. Tidak aku tidak akan terpengaruh.

Apakah Nathan rindu padaku ? Bagaimana kalau tidak ? Aku menepis pikiran burukku dan mulai mencuci piring

Aku merasakan ada sesuatu berjalan di kakiku. Gerakannya pelan, tapi mengerikan. Aku tidak berani melihat kebawah tapi aku penasaran.

" Aahhhhhh ! ! ! ! "

" Ada apa ? " Rico terlihat panik. Tentu saja aku lebih panik ada kecoa di kaki ku. Kutegaskan lagi ada kecoa di kakiku.

Oh tuhan . . . Aku sudah mencoba menggerak - gerakan kakku agar kecoa itu terjatuh tapi gagal.

" Bantu aku bodoh ! ! "

" Tidak mau, kau harus mengiyakan penawaranku terlebih dulu " Tidak . Tetap tidak. Tapi kecoa ini akan membunuhku.

" Baiklah, tapi sekarang cepat singkirkan binatang menjijikan ini dari kakiku sebelum dia membunuhku " Kecoa itu sudah tidak ada di kakiku. Oh syukurlah.

" Apa ?? ! " Aku membentaknya.

" Aku harus segera pergi. Ini kartu namaku disini juga tertera alamatku, kau harus segera datang ke rumahku besok pukul 7 ingat jangan telat. Aku akan menjelaskan apa yang harus kau lakukan besok. Sampai jumpa" Rico tersenyum lebar. Aku melongo mendengar kalimatnya. Memangnya apa yang baru aku katakan ?. Oh tuhan tadi aku menyetujui penawarannya.

Bodoh bodoh bodoh ...

Apa yang harus aku lakukan. Pernikahanku 2 bulan lagi dan aku akan terjebak bersamanya selama 1 bulan.

# # # # #

Officially YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang