Anin mengerjapkan matanya berkali-kali. pandangannya yang semula blur kini telah fokus. Dipandangnya ruangan yang kini ia tempati. Ini tidak asing. Ia berada di kamarnya.
"Udah bangun lo?" Suara yang tidak asing terdengar dari balik pintu kamar mandi yang setengah terbuka. Lalu muncullah seorang lelaki yang sudah 6 tahun menjadi sahabatnya itu--Affan.
Anin mencoba duduk bersandar di kepala ranjang, memijit pelipisnya yang terasa pusing. "Lo kok disini, Fan?"
"Lo tadi pingsan waktu gue tabrak. Gak gue tabrak sih, kebetulan tadi kita tabrakan terus lo pingsan." Jelas Affan dari depan pintu kamar mandi.
"Lah? kita tabrakan? perasaan gue ga naik motor atau mobil deh," Anin mencoba mengingat-ingat kejadian sebelum ia pingsan.
"Lemot dipelihara," Affan melangkah menuju meja belajar, lalu duduk di bangkunya.
"LOH FAN?!" Anin kaget bukan main.
"Kenapa?" Tanya Affan kaget.
"Baju gueee? Lo...," Anin menggantung ucapannya. Menunjuk Affan yang kebingungan. Mata Anin berkaca-kaca.
"Bodoh, bukan gue yang ganti baju lo." Ucap Affan sarkastik.
"Terus siapa?" Satu tetes air mata jatuh ke pipi tembam Anin.
"Bi Sodah. Bukan gue. Yekali, Nin." Jawab Affan pasrah. Mengusap wajah kasar.
"Udah deh, gue pulang. Ntar kena amuk bokap lo lagi." Ucap Affan setelah beberapa saat hening.
"Ati-ati. Makasih. Maaf." Ucap Anin yang menundukkan kepalanya.
"Urwell, no prob. Sehat-sehat ya." Affan mengecup sekilas pucuk kepala Anin kemudia keluar dari kamarnya.
***
"Maaf, Nin." Sudah kesekian kali kata maaf itu terlontar dari bibir pink milik Azu. Saat ini Azu berada di kamar Anin. Anin yang marah dengan Azu hanya menutup tubuhnya dengan selimut tebal miliknya.
"Anin minta apa aja Azu turutin deh. Tapi maafin Azu ya?" Sukses! Anin memunculkan kepalanya dari selimut tebalnya.
"Bener?" Tanya Anin.
Azu mengangguk semangat. Terukir senyum manis di bibir pink Azu. Lega yang ia rasakan sekarang.
"Kalo gitu, gue pengen macchiato caramel." Anin merubah posisinya menjadi duduk, bersandar di kepala ranjang.
"Ga boleh!" Ucap Azu tegas.
"Loh? Kok gitu? Katanya apa aja?" Ucap Anin protes.
"Lo lagi haid. Ga bagus kalo orang lagi datang bulan terus minum yang berkafein." Tutur Azu lembut.
Anin yang mendengar itu langsung cemberut. "Yaudah. Kalo gitu bigmac aja."
"Nggak boleh makan junkfood." Ucap Azu lembut.
"Yha, gue makan apa dong," terlihat airmata sudah terkumpul di pelupuk matanya, siap terjun, "kalo semuanya ngga boleh?"
"Jangan nangis dong," Azu membelai lembut rambut Anin, "sekarang makan malem dirumah gue yuk. Mama pasti seneng liat lo."
"Nggak mau. Anin maunya bigmac sama macchiato caramel, Zu." Anin cemberut.
Line!
Sebuah pesan masuk di ponsel Anin. Ia segera menyambar ponselnya yang berada di nakas kemudian membuka aplikasi Line.
AyahTercinta
Titip apa nin? Gue di GI skrg. [17.18 p.m]
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Anin
Teen FictionCewek. Pecicilan. Hidup. Ya, tiga kata yang bisa mendeskripsikan seorang Karinanindita. Siswa SMA Nusantara yang menduduki bangku kelas XII. SMA favorit di kotanya. Tidak ada yang spesial di diri Karinanindita atau biasa disebut Anin. Tidak begitu c...