"Pagi, Affan!" Sapa Anin semangat.
"Pagi, cantik. Azu mana?" Tanya Affan.
"Yee mana gue tau. Orang gue berangkat bareng bokap." Anin meletakkan tasnya di bangku samping Affan.
"Udah sarapan belom, Fan?" Tanya Anin.
"Udah." Jawab Affan singkat.
Anin mengangguk lalu berjalan keluar kelas. Pagi ini Anin semangat berangkat sekolah sampai-sampai ia lupa untuk sarapan. Anin sadar, ini terlalu pagi untuk membeli makanan di kantin.
"Beli roti di minimart aja deh." Anin melangkahkan kakinya keluar sekolah menuju minimart yang buka 24 jam.
"Mmm, apa ya," Anin memilih-milih snack yang akan ia beli.
Saat ia sedang memilih-milih es krim, tak sengaja ia melihat keluar minimart melalui dinding kaca. Ia terbelalak. Eskrim ditangannya jatuh kembali ke refrigerator. Cepat-cept Anin membayar belanjaannya dan berlari keluar.
Sungguh pagi yang indah. Tak sia-sia ia berangkat pagi. Pemandangan di gerbang sekolahnya membuat ia lupa kalau ia barusan membeli es krim. Mungkin es krimnya sudah meleleh sekarang. Seperti hatinya.
"Demi apa? Ganteng banget, gue ga lagi mimpi kan?" Anin melamun. Memandang orang yang sedang bersandar di kap mobil warna silver itu.
"Woy!" Sebuah tepukan mendarat di bahu kanan Anin. Ia menengok dan mendapati salah satu sahabatnya.
"Zu! Liat deh!" Anin menunjuk seorang cowok yang bersandar di kap mobil silver itu dengan telunjuk, "ganteng banget, Zu!" Kata Anin antusias. Telapaknya terangkat memegangi pipinya.
"B aja, Nin." Kata Azu melihat tingkah sahabatnya itu. "Kelas?" Ajaknya.
Anin mengangguk semangat. Azu menggandeng Anin untuk menyeberangi jalan raya. Bukannya masuk ke area sekolah, Azu malah megajak Anin menuju cowok yang sedang bersandar di kap mobil itu.
"Nih," Azu melempar sekaleng minuman kepda cowok itu, "pergi lo." Lanjutnya.
"Ngusir nih? Btw siapa tuh? Boleh juga." Cowok itu menatap Anin dari atas sampai bawah. Tentunya Anin salah tingkah sekarang.
"Pergi sekarang atau gue berubah pikiran." Kata Azu tegas.
"Sans bro, oke gue pergi." Cowok itu membuka pintu mobil, "girl, kapan-kapan nga-date sama gue ya." Cowok itu mengedipka sebelah matanya kemudian memasuki mobil.
Azu menarik Anin masuk ke area sekolah setelah cowok tadi pergi dengan mobilnya. Azu masih menggandeng tangan Anin.
"Zu," panggil Anin lirih.
"Hm?" Azu hanya berdehem.
"Tadi siapa lo?" Tanya Anin.
"Kakak." Jawab Azu singkat.
"Lo lagi ga ngelawak kan, Zu?" Tanya Anin.
"Nggak."
Sesampainya di kelas, Anin langsung menghambur ke pelukan Zabin. Zabin yang sedang mengobrol dengan Affan pun bingung dengan Anin. Ditambah Azu hanya melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Kenapa lo, Nin?" Tanya Zabin.
"Zu, lo apain nih anak?" Tanya Affan.
Anin merenggangkan pelukannya. "Bin, lo tau ga...." Anin menggantung ucapannya.
"Apaan? Davin lagi?" Tanya Zabin malas.
"Bukan. Tapi," Anin menunjuk muka Azu, "kakak dia gantengnya bikin meleleh!" Anin kembali memeluk Zabin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Anin
Novela JuvenilCewek. Pecicilan. Hidup. Ya, tiga kata yang bisa mendeskripsikan seorang Karinanindita. Siswa SMA Nusantara yang menduduki bangku kelas XII. SMA favorit di kotanya. Tidak ada yang spesial di diri Karinanindita atau biasa disebut Anin. Tidak begitu c...