Chapter 1 - Silsilah Keluarga

639 51 3
                                    


Berdebar-debar, itulah yang tengah dirasakan Soojung saat ini. Ralat---seperti itulah yang selalu dia rasakan tiap kali berada dekat dengan pemuda yang saat ini berada di sampingnya. Soojung memang baru mengenalnya beberapa bulan. Namun dirasa sudah cukup untuk membuat hatinya selalu berbunga-bunga tiap berada dekat dengannya.

Aku menyukaimu

Ucap Soojung dalam hati. 'Sial... Harus sampai kapan aku menyembunyikan perasaanku padanya?' gumamnya lagi teramat galau. Dia sesekali melirik pada pemuda yang berjalan dengan tangan menaut pada tangannya.

"Kau kenapa??" tanya pemuda itu tiba-tiba. Tanpa sepengetahuan Soojung ternyata sedari tadi pemuda itu mengamatinya.

"M-mwoo!?" saking kagetnya, Soojung tampak sedikit berjingkat mengangkat kepalanya.

"Ya, kau melamun ya?? Csh dasar... Pasti kau sedang melamunkan yang jorok-jorok. Ha ha"

Seketika Soojung berhenti. Dan tangannya menahan tangan pemuda itu dalam genggamannya. Dia terlihat gugup, dan menghela nafas panjang sebelum akhirnya berbicara.

"Jongin-ah. Aku, apa aku menyukaimu??" bodoh. Kenapa dia justru bertanya, jika memang dia suka mestinya dia tidak perlu ragu dan langsung mengungkapkannya pada pemuda itu bukan. Bukan malah bertanya.

"Mwo?? Ya, kau kenapa??" tangannya masih tergenggam rapat di tangan Soojung.

"Benar. Aku menyukaimu. Aku sungguh menyukaimu." kata gadis itu. Kali ini dia lebih mantab mengungkapkannya. Dan tatapan matanya pada Jongin, terlihat sebuah pengharapan besar.

"Csh, Soojung-ah,, kau pikir bercandamu kali ini lucu? Sudahlah aku antar kau ke halte." ujar Jongin menarik tangan Soojung.

"Aku tidak sedang bercanda Jongin-ah. Aku sungguh menyukaimu." Soojung mengulangi. Dia menolak saat Jongin menariknya. Tatapan sendunya tak putus mengarah pada mata pemuda itu.

Jongin membisu. Sungguh dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia sendiri tidak tahu seperti apa perasaannya pada Soojung, gadis yang dekat dengannya selama beberapa bulan ini. Gadis yang dia sendiri selalu merasa nyaman tiap bersamanya.

"Apa diammu adalah sebuah penolakan untukku?" ucap Soojung menyimpulkan sendiri.

Jongin masih bungkam. Bahkan kali ini dia tak berani menatap Soojung. Dia takut tak mampu mengendalikan emosinya yang justru bisa merusak segalanya. Mulutnya sudah ingin menjawab pernyataan cinta gadis itu, tapi di sisi lain, dia takut akan terjadi hal yang tidak dia inginkan menimpa gadis itu, atau bahkan dirinya. Sementara Soojung, wajahnya terlihat begitu tegang, sama tegangnya seperti saat dia menunggu hasil nilai ujian kelulusannya. Jantungnya benar-benar berdegup makin kencang, sekuat tenaga menyiapkan hati untuk hasil paling buruk yang akan dia terima nanti.

"Soojung-ah, kau tau bukan aku senang saat berada di dekatmu, kau juga tau betapa aku tidak bisa seharipun tanpamu." ucap Jongin yang disambut antusias oleh gadis di depannya. "Tapi, kau tidak boleh meyukaiku."

Seperti tersambar petir Soojung merasakan sakit pada sekujur tubuhnya. Dia merasakan kakinya lemas namun dia bahkan tak sanggup bergerak. Matanya pun terasa teramat panas seolah air mata siap jatuh kapanpun mereka mau. Tapi, tak ada setetespun yang meluncur bebas melewati pipinya. Selama ini dia hanya terlalu besar kepala mengganggap Jongin juga menyukainya. Dia pikir sikap Jongin yang begitu perhatian dan baik padanya dikarenakan Jongin juga menyukainya, tapi pada kenyataannya, semua itu hanya sebuah harapan kosong.

Pertama kali dia jatuh hati, namun dia harus merasakan patah hati saat itu juga.



W O L F   #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang