Chapter 3 - Pembalasan

357 41 1
                                    



Pagi sekali Soojung terbangun. Dia merasa aneh melihat keadaan di sekitarnya. Bukankah ini kamarnya sendiri? Dia ingat betul semalam dia tertidur di kamar Jongin, tapi bagaimana ceritanya dia bisa berada di kamarnya?

"Apa aku hanya bermimpi? Atau mungkin Jongin yang memindahkanku kemari??" membayangkan Jongin yang menggendong dan membawanya ke kamar membuat Soojung tersenyum tidak jelas. Bahkan hanya membayangkannya saja membuat jantung Soojung berdetak makin cepat.

Selang satu jam Soojung turun bergabung bersama ibunya di meja makan. Hanya ada ibunya di meja itu dan tak tampak sosok Jongin di sana.

"Eomma, apa Jongin belum turun??"

"Oh. Pagi sekali dia sudah pergi, dia berpesan hari ini dia tidak masuk sekolah. Katanya tiba-tiba ada urusan keluarga."

"Mwo? Tidak masuk sekolah, kenapa tidak memberitahuku sebelumnya." gumam Soojung merasa aneh. Setergesa-gesa apapun, bukankah seharusnya dia memberitahunya terlebih dahulu.



"Kau ingat siapa aku??" tanya Jongin dalam bahasa cina pada seorang pria tua di sebuah ruangan kerja.

"Hemm. Kau putra Wu Bi An bukan??" jawab pria itu tenang. "Ada apa gerangan yang membuatmu mengunjungiku sejauh ini??" tanya pria tua itu sopan, bukan, lebih tepatnya takut.

"Aku tidak suka basa-basi pada kalian. Katakan, apa benar yang aku dengar bahwa mereka berencana memusnahkanku??" tanya Jongin sinis. Pria tua itu tampak kebingungan harus menjawab apa pada Jongin.

"A-apa maksudmu? K-kau pasti s-salah dengar." jawab pria tua itu gugup.

"Apa kau juga ingin berakhir seperti yang lainnya? Habis tak bersisa!!" ancam Jongin.

"A-aku berani bersumpah, a-aku sungguh tidak tahu apa-apa."

"Ayolah pak tua. Kau tidak mau melihatku kehilangan kesabaran bukan?" sekilas kilatan merah tampak bersinar dari mata Jongin.

Pria tua itu lantas berdiri dari tempat duduknya bukan untuk kabur namun pria itu berlutut dihadapan Jongin. Terlihat pria tua itu memohon ampun bahkan merengek meminta belas kasihan.

"Ampuni aku. Tolong jangan bunuh aku!!" rengek pria tua itu.

Jongin kehabisan kesabarannya, lantas tangan Jongin terlihat mencengkeram kerah baju pria tua itu. Mengangkat tubuh yang tampak ringkih itu tinggi-tinggi melayang dari lantai.

"Dasar pria tua bodoh. Kalian pikir, dengan menyembunyikannya dariku kalian akan selamat?!" Jongin tak main-main dengan tindakannya. Dengan sekuat tenaganya Jongin melempar tubuh pria tua itu hingga menghantam tembok ruang kerjanya.

Pria tua itu tampak masih kuat. Bahkan tak butuh bantuan atau apapun untuknya bangkit kembali. Lantas dengan cepat Jongin kembali menyambar kerah baju pria tua itu. Bukan untuk dia lempar kembali namun Jongin menyeretnya, membawa pria itu pergi bersamanya.



"Abeoji apa benar, kedatangan para tetua bebe-" ucapan Kris terhenti saat sang ayah mengangkat tangan kanan mengeinterupsi kalimatnya. "Abeojii... Apa abeoji akan melakukannya??"

"Jawaban apa yang ingin kau dengar??" tanya sang ayah lemas. Pria paruh baya itu tampak tak berdaya membayangkan apa yang akan terjadi pada putranya.

"Jongin memang berbahaya, tapi apa tidak ada jalan lain?"

"Tolong beritahu aku, apa cara terbaik menyelesaikan masalah ini." Kris terdiam. Dia sendiri tidak tahu harus bagaimana menyelesaikan masalah yang tengah membelit keluarganya.

W O L F   #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang