Tergopoh-gopoh, pria tua itu berlari dari tempat penyimpanan senjatanya menuju ruang utama rumahnya. Ayah tuan Wu tampak begitu ketakutan akan situasi yang tengah dia hadapi saat ini. Di tangannya, sebuah senapan angin yang telah dia kokang sebelumnya siap dia tembakkan kapan saja pada calon korbannya. Jongin. Ya, dialah target utama ayah tuan Wu.
Mata pria tua itu terus fokus pada lensa pengintai sementara senapan terus teracung ke depan. Detak kencang jantungnya terus mengiringi langkah kakinya menyusuri lorong lantai dua rumahnya. Dan sejauh ini dia belum berpapasan dengan monster Jongin. Tinggal beberapa langkah lagi, tepatnya di bawah udakan tangga dihadapannya.
Dari sudut tembok pria tua itu mulai mencari incarannya dari sudut lensa pengintai. Semua sudut ruangan utamanya sudah dia edari namun aneh tak ada sosok monster besar Jongin di ruangan itu. Hanya beberapa mayat manusia tergeletak dengan darah bercecer di sepanjang lantai. Kondisi rumahnya pun jauh lebih mengerikan dari sebelumnya. Semua perabotnya hancur berkeping.
"Kali ini tak akan ada ampun lagi!!" Gumam penuh amarah pria tua itu.
Panik dan takut masih menyelimutinya, namun ada sedikit kelegaan yang dia rasakan. Bagaimana tidak, serangan Jongin yang tiba-tiba sungguh membuatnya hampir jantungan. Kalau saja saat itu tidak ada ke enam pengawalnya pasti pria tua itu sudah mati sekarang.
Ataukah Jongin hanya menggertak? Dia datang jauh-jauh dari Korea hanya untuk menggertak kakek Kris? Jika benar demikian bukankah itu sebuah tindakan paling bodoh yang pernah dia lakukan. Bukankah itu berarti dia menancapkan bendera perang tepat di wilayah sang musuh? Ayah tuan Wu terus berpikir.
"Apapun yang dia lakukan hari ini, justru membuatku semakin yakin untuk membunuh anak itu!!" gumamnya menggeretakkan giginya.
•
•
"Jongin??" seru Kris terkaget-kaget melihat Jongin sudah berada di kamarnya. "Ya! Dari mana saja kau??" tanpa permisi Kris menyeruak masuk begitu saja ke kamar adiknya.
Jongin masih lemas. Dia yang sudah kembali menjadi manusia membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan menyelimutinya. Dia langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Kris saat kakaknya berjalan mendekat.
"Kau tuli, huh?? Aku tanya dari mana saja kau??" Bentak Kris, dengan kasar pria itu menarik lengan Jongin membuat tubuh adiknya berbalik menghadapnya.
"Ada apa denganmu??" Tanya Kris curiga melihat Jongin yang biasanya selalu berteriak di hadapannya namun kali ini dia hanya diam. "Jawab aku, kau dari mana Jongin??"
"Bukan urusanmu." Jawab Jongin kasar.
Kris langsung bisa menyimpulkan. "Siapa lagi yang kau bunuh kali ini?? Jawab Jongin??" Tanya pria itu khawatir.
"Aku sedang tidak ingin membahasnya. Keluar!!!" perintah Jongin lemas. "Tolong. Keluar!!!" Pinta Jongin jauh lebih halus saat Kris mencoba mencecarnya lagi dengan pertanyaan.
"Apapun yang kau lakukan, kuharap itu tidak membuat mereka makin membencimu."
•
•
Pagi sekali tuan Wu, Kris dan Jongin sudah terlihat sibuk mendandani diri mereka masing-masing. Hari ini adalah hari peringatan kematian ibu Jongin. Dan mereka berniat ingin melakukan upacara penghormatan di makam beliau.
"Kau masih hutang penjelasan padaku Jongin." bisik Kris saat berjalan beriringan bersama Jongin.
"Begitukah??" Sahut Jongin datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
W O L F #2
FanfictionTak butuh bulan purnama untuk merubahnya menjadi seekor serigala. Sedikit saja seseorang memancing amarahnya, tak ada satupun yang dia ampuni. Tak peduli bahkan ayah dan kakaknya sekalipun, bisa saja menjadi targetnya. Hanya satu yang mampu meluluh...