Chim Chim

2.2K 103 10
                                    

Author Pov
“Yak!!!! Kau ini berisik sekali eoh. Buat dindingmu menjadi kedap suara jika kau ingin konser di rumahmu. Dasar artis babbo” teriak marah seorang yoeja bertubuh mungil di jendela kamarnya, memarahi seseorang yang sedang bernyanyi tidak jelas di kamar yang tak jauh dari yeoja mungil itu berteriak.
“Mwo mwo mwooooooo?” jawab namja yang berekspresi tak bersahabat dengan yeoja yang meneriakinya.
“Aiisshhhtt, kau ini. turun kau kebawah aku akan menyuntikkan obat mati padamu” ucap yeoja mungil itu murka, karena direspon menyebalkan oleh sang tetangga.
“Aiigooo, apakah kau mau berkunjung Dara-aah? Seperti saat kau kecil dulu. Jiyongie tunggu akuuuu, Jiyongieeee bantu akuuuuu, Jiyongiee… ” ucap namja itu sambil berlagak seperti anak perawan yang centil.
“Yak!!! Tak akan pernah, dan berhenti berbicara memuakkan seperti itu dasar kepala berlumut” ucap yeoja bertubuh mungil itu semakin kesal karena namja yang tak lain adalah teman masa kecilnya yang baru saja mengungkit masa kecilnya.
“Apa maksudmu dengan kepala berlumut eoh?” tanya namja yang bernama Jiyong. artis papan atas yang kini menunggu jadwal comeback dari agensinya. (Biasa YG kan kalo comeback bertaun-taun kekeke).
“Kepalamu yang di cat hijau seperti kepala berlumut” jawab Dara dengan ekspresi seolah-olah jijik.
“Aiishht jangan sampai koran besok memberitakan artis papan atas G dragon yang tampan membunuh tetangganya yang berprofesi dokter yang menyebalkan” ucap Jiyong kini sudah ada di balkon yang menghadap langsung ke balkon tetangganya.
“Aku yang akan membunuhmu terlebih dulu. artis tampan bokongmu. Malas berdebat dengan makhluk lumut dan jangan berisik lagi” ucap Dara sambil membalik arah menuju kamarnya.
Buggh.
Oh tenang, itu bukan suara buah jatuh dari pohon atau bukan suara pukulan jika di ff sedang adegan perkelahian. Itu hanya suara sesuatu benda, ya kita namai saja itu sandal rumah yang dimiliki oleh namja yang berkepala hijau menyala dan ia melemparkan benda yang bernama sendal rumah itu ke arah kepala yeoja yang ingin meninggalkan perdebatannya tadi. Dan alhasil sang terlempar alias Dara sudah bertanduk, ia murka oh bukan tapi sangat murka.
Buuugh.
Dan kali ini sandal rumah milik sang yeoja yang mendarat indah di kening lebar (baca : Jenong hehehe) sang namja berkepala hijau terang. Oh ayolah, mereka melanjutkan saling lempar-melempar barang sekarang. Baiklah kita tinggalkan mereka yang kini sedang melempar pakaian dalam mereka yang berada di lemari, karena pakaian mereka sudah mereka lempar kemarin. Yah mereka seperti ini hampir setiap hari. Memusingkan bukan.
Sebenarnya mereka adalah sahabat masa kecil, rumah yang berdampingan dan sangat dekat bahkan orang tua mereka pun bersahabat. Namun setelah mereka sibuk masing-masing dengan karir mereka, Dara yang sebagai dokter dan Jiyong yang sebagai artis. Hubungan mereka semakin merenggang ketika Jiyong yang selalu bergonta ganti pasangan dan sering menunjukan pada Dara. membuat Dara menjauh dari Jiyong karena disini dicerita ini sang dokter jatuh cinta pada sang teman masa kecilnya, namun ia berusaha menghilangkannya sebab kelakuan Jiyong yang badboy . Bukan juga Dara tidak di puja oleh lawan jenisnya, namun ia memilih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan dibandingkan memikirkan masalah yang seperti itu. pernah kalian merasakan itu? cinta bertepuk sebelah tangan dan mau tak mau harus mengubur rasa cinta itu agar kalian move? Ironis bukan (jangan baper yang pernah ngalamin kekeke).
Mungkin Tuhan mempunyai cara lain bagaimana cerita akan terukir di kehidupan masing-masing dalam bentuk dan jalan apapun, begitu pun dalam cerita ini. mungkin hari-hari sebelumnya sampai hari ini mereka masih bermusuhan tapi mungkin besok pagi akan ada yang lain dari mereka berdua, mana kita pernah tahu bukan?.
***
Jiyong Pov
Hari ini aku masih berada di rumah. Huft barang ku banyak yang pindah ke rumah Dara. kenapa kami jadi seperti ini, bukankah sebelumnya kami itu berteman. Tck aku harus meminta barang-barungku yang ada di rumahnya dan aku juga harus mengembalikan barang-barang Dara juga.
Dengan malas aku membawa barang-barang Dara satu keranjang penuh dan menuju pintu keluar. Namun saat mencapai pagar rumahku, ada sebuah kardus besar yang cukup menyita perhatianku. Dengan rasa takut dan curiga aku menghampiri kardus besar itu.
Poke
Poke
Poke
Tidak ada pergerakan di kardus itu, jangan-jangan ini bom atau ulah fans sesaeng?huaaah aku harus menelfon managerku. Buru-buru ku letakan keranjang barang-barang Dara di lantai dan merogoh saku untuk mendapati handphone ku namun saat aku hendak menghubungi manager kardus itu bergerak.
“HUUUUUAAAAAAAAAAAH” suara tangisan yang keluar dari kardus itu, aku terperanjat kaget. Jangan-jangan Jin kardus? (emang ada apa Jin kardus Ji?etdah).
“HUAAAAH, hiks hiks” lagi-lagi suara tangisan itu. dan aku pun memberanikan diri untuk menghampiri kardus itu lebih dekat dan membuka kardus itu.
Tadaaaaaa~~~~
Ku lihat isi kardus itu adalah, seorang bocah yang menangis dengan sangat terisak. Hidung merah dan pipi gembil nya yang memerah pula. Seketika aku hanya termenung bodoh, apa aku mimpi? Seorang bocah kecil ada di depan rumahku didalam sebuah kardus? Sebentar.. bocah? Bocah kecil? Bukankah itu semacam manusia juga? Satu spesies dengan ku kan?
HAH!!!!!
“HUAAAAAH” aku teriak dan jatuh terduduk kaget dengan tidak elitnya. Otakku baru mencerna apa yang kulihat sepertinya. Sungguh aku panik. (lola bet Ji).
“Ahjucii tolong keluarkan chim-chim” suara bocah itu dengan masih terisak. Aku pun berdiri dengan sedikit gemetar. Sungguh aku tak suka bocah kecil dan terlebih lagi ini tak tahu asal usulnya. Mengerikan.
“Ahjucci, tolong Chim. Chim kegerahan di cini” ucap bocah itu dengan cadel. Aku pun dengan tanpa sadar seperti otakku dalam mode autopilot, mengangkat bocah itu keluar dari kardus besar.
“K-ka-kau siapa?dari mana asalmu? Orang tuamu kemana? Kenapa kau bisa didepan rumahku? Dan kenapa kau berada di dalam kardus eoh?” tanyaku menginterogasi. Namun ia hanya memiringkan kepalanya tanda ia bingung sepertinya. (ia lah dia bingung, loe nanya bocah apa nanya maling Ji ckckckc).
“Chim cidak mengelti ahjucci tanya apa, banyak cekali” jawabnya sambil memijat pelipisnya berlagak seperti orang dewasa yang pusing dengan kehidupan. (bocah tua ini, kekeke).
“Ya Tuhan. Oh oke, aku akan bertanya pelan-pelan. (Chim respon ngangguk). Kau tahu orang tuamu?” tanyaku.
“Olang tua Chim cudah di culga ahjucci” jawab bocah itu. aku tertegun sejenak, berarti dia sudah tidak mempunyai orang tua begitu?.
“Lalu mengapa kau bisa di sini dan di dalam kardus?” tanya ku lagi.
“Chim tidak tahu jucci, chim ingat chim tidul di mobil imo Chim” jawabnya lagi sambil duduk di tangga depan pagar dan tangannya menyanggah wajah gembilnya itu. Tck berlagak seperti sedang memikirkan yang terjadi padanya saja. dasar bocah dewasa sebelum waktunya.
“Ottokeeeeeeee!!!!!” teriakku frustasi.
“Yak!!!!! Berisik. Ini aku kembalikan barang-barang sialanmu. Sudah menumpuk di rumahku. Kembalikan barang-barangku” ucap seseorang yang saat ku lihat adalah Dara menghampiriku sambil membawa keranjang berisi barang-barangku.
“Daraaaaaaaaa~tolong akuuuu~~~” rengekku sambil bergelayut manja di tangannya. Biarlah hancur sudah harga diriku.
“Tck lepas, kau berat bodoh. Ada apa huh?” tanyanya masih belum sadar ada bocah yang sedang memperhatikan.
“Itu~~~” ucap ku sambil menunjuk bocah yang masih setia menonton kami.
“Omo, siapa anak ini Ji? jangan-jangan anak hasil sikap badboy mu itu hah?’ tanya Dara. yeoja ini benar-benar tck.
“Yak!!! Aku selalu main aman kok (direspon putaran mata 180 derajat oleh Dara, author dan readers). Dia itu ku temukan di dalam kardus itu” ucap ku menjelaskan.
“jinnja?” tanya Dara meragukan. Dan aku hanya mengangguk lugu.
“Hei, siapa namamu emm?” tanya Dara sambil mendekati bocah yang masih duduk di tangga dekat pagar rumahku.
“Annyeonghaceo, Jimin imnida. Tapi ceman-ceman cering memanggilku Chim-chim” ucapnya memperkenalkan diri dengan berdiri dan membungkuk 90 derajat pada Dara. tadi dia tidak seperti itu padaku, cih bocah tua.
“Aiigoo kau pintar sekali. Berapa usiamu Jiminie?” tanya Dara lagi. Aku hanya memperhatikan interaksi keduanya, Dara terlihat sangat manis saat berinteraksi dengan anak kecil. Yak!! Apa yang aku pikirkan.
“Chim usianya 5 tahun, nuna..?”
“Ah namaku Sandara, kau bisa memanggilku Dara nuna” ucap Dara sambil mencubit gemas pipi gembil bocah yang menyebut dirinya Chim-chim. Sebentar dia memanggil Dara dengan “NUNA” sedangkan tadi dia memanggilku?
A.H.J.U.S.S.I
“Yak!!!! Kau panggil dia nuna? Kenapa kau memanggilku ahjussi, hah?” tanya ku galak.
“Dala nunaaa~ tatuuut” ucap bocah itu sambil memeluk Dara. Cih bocah itu.
“Yak!!! Kau menakutinya bodoh” ucap Dara sambil memukul kepalaku dengan kepalan tangannya. Dan itu tidak bisa dibilang tidak apa-apa. kepalaku panas setelahnya. Pukulan Dara itu tidak main-main.
“Bocah ini, tck..Dara, antar aku ke kantor polisi emm. Aku tidak bisa mengurus ini sendirian. Emm emm emm” ucapku sambil menggelayutinya lagi kini dengan sedikit aegyo yang mungkin membayangkannya saja aku seram sendiri hehe.
“Jangan bertingkah imut seperti itu Ji, aku mau mual melihatnya” ucap ku sambil memeluknya erat.
TAKK
“Jangan asal memeluk. Mati saja kau sana. Ayo Chim kita berangkat” ucap Dara sambil menggenggam tangan Chim-chim menuju mobilnya. Aku hanya mempoutkan bibirku sambil mengelus-elus keningku yang lumayan cukup lebar (bukan jenong ya readers, jangan ada yang menghinaku oke!!) karena jitakan Dara.
“Cepat bodoh, aku tidak punya banyak waktu. Kau yang menyetir” teriak Dara dan aku pun berlari menuju mobil. Yeoja ini kenapa galak sekali sih, pantas saja tidak ada yang mau mendekatinya. (awas Ji, kalau udah ada yang deketin baru tahu loe).
~Kantor Polisi Seoul~
“Maaf kami belum menerima laporan kehilangan anak yang mempunyai ciri-ciri seperti anak ini. sementara kami akan memproses dan mencari tahu asal usul anak ini. dan kami akan memberi kabar saat sudah mendapatkan informasi kepada tuan dan nyonya” ucap polisi yang berada di depanku. Tuhan aku sakit kepala mendengarnya.
“Lalu bagaimana dengan anak ini?” tanyaku.
“Mungkin anda bisa merawatnya sementara ini kami bisa membawanya ke panti asuhan terdekat” ucap polisi tadi.
“Emm, apa pilihannya hanya itu?” tanya ku lagi dan direspon anggukan oleh polisi tersebut. Aku tak bisa memilih diantara keduanya. Sial. Aku tak bisa membiarkan dia di rumahku, ingat aku benci anak kecil. Dan ke dua aku juga tak tega jika dia ditempatkan di panti asuhan. Aisshttt mengapa rumit sekali.
“Ji, kau tidak berniat membiarkan dia di panti asuhan kan?” tanya Dara yang duduk di sampingku dan Jimin duduk di kedua pahanya. (memang banyak si enchim hehe).
“Arraso. Aku tahu maksudmu Dara-aah. Kajja kita pulang” ucapku final walau dengan lesu. Dan kami pun pulang di antar Dara sebelum ia menuju rumah sakit. Dia dokter yang sibuk.
“Ji, kau bisa menjaganya kan? Atau kau bisa menghubungi menagermu atau salah satu teman-teman bodohmu agar menjaga Jimin” ucap Dara saat menurunkan kami di depan rumah ku.
“Iya aku tahu. Pergi saja sana, kau itu teman mu sedang kesusahan seperti ini kau memikirkan pekerjaanmu saja. Tck tak berperasaan” kesal ku.
“Yak!!! Pekerjaanku berat bodoh, aku sudah di tunggu untuk melakukan operasi. Kau kan tidak sibuk. Sudahlah aku malas berdebat. Chim jangan nakal ya, jika ahjussi lumut itu berbuat macam-macam kau pukul saja, arraseo?” ucap Dara di jendela mobilnya.
“Ne nuna. Hati-hati di jalan” ucap bocah yang masih ku gendong tubuhnya.
“Ahjucci, Chim lapal” ucapnya saat kami masuk ke rumah.
“Arra, sebaiknya kita pesan makanan. Aku juga lapar” ucapku dan langsung memesan makanan melalui telfon. Setelah itu aku menghubungi manager dan teman-temanku. Aku harus membicarak ini semua pada mereka. dan tak lama setelah kami menghabiskan makanan kami. Managerku dan teman-temanku datang.
“Ji, kau menjadi pengasuh sekarang eoh?” ucap Yongbae saat duduk dan memperhatikan Jimin yang sedang mengunyah pizza terakhirnya. Sungguh bocah ini makan banyak sekali.
“Yak!!! Aku menemukannya di depan rumahku. Dan saat ke kantor polisi membuat laporan tidak ada yang melaporkan berita kehilangan anak. Dan mau tidak mau untuk sementara dia tinggal denganku. hah, kalian tau sendiri aku tak suka anak kecil. Bantu akuuuu~~~~ aku hampir gila” ucap ku frustasi.
“Ji, kau akan mendapatkan masalah jika ini diketahui public” ucap Top hyung managerku sekaligus salah satu teman gank ku.
“Maka dari itu aku memintamu datang. Bagaimana ini?”
“Hyung, dia mirip denganmu hyung. Apa benar bukan anakmu dari salah satu mantan kekasihmu?” ucap Seungri si rat menyebalkan.
“Aku bermain aman rat. Kau tidak bodoh seperti mu” ucapku.
“Ahjucci-ahjucci teman ahjucci hijau ini?” tanya bocah itu. dia bilang apa? aku ahjussi hijau, memangnya aku hulk begitu?sialan.
“Yak!!namaku Jiyong dan berhenti memanggilku ahjussi. Panggil saja aku hyung. Jiyong hyung” ucapku menatapnya kesal.
“Apa? Jigong hyung?” ucapnya polos.
“Buhahahahaha” tawa berjama’ah dari teman-temanku saat Jimin salah menyebutkan namaku.
“bukan, tapi JI.YONG HYUNG. JIYONG” ucapku.
“Jigong” Jimin.
“Jiyong”aku.
“Jigong”Jimin.
“Jiyong”aku
“Jiyong” Jimin
“Jigong” aku. Eh?
“Aaaaarrrrrhhh, molllaaaaaaa~~~~”lolongan frustasiku menggema.
“Mmmmffftttt, babbo” ucap Top hyung.
“Annyeong, namamu Jimin? (Jimin ngangguk) namaku Top. Kau menggemaskan sekali” ucap Top hyung sambil mencubit gemas pipi mochi Jimin.
“Appo Top jucci. Top jucci tinggi cekali, cidak cepelti hijau ajucci yang pendek” ucap bocah itu sarkas, sial dia menghinaku huh. (Jim, tar u gede ga beda jauh tingginya ma Jiyong. sesama mungil jan saling menghina ah, kekeke).
“Aiigooo lucu sekali. Aku Daesung”
“Aku Yongbae”
“dan aku Seungri. Atau kau bisa memanggilku uncle Tatsma” ucap Seungri membuat semua memalingkan wajah tertuju padanya. Sepertinya aku baru dengar dia memanggil dirinya sendiri apa tadi Tastma? Nama jepang atau apa?.
“Uncle Tatcma?” ucap Jimin bingung.
“iya. Tatsma badeeeh, Tatsma badeeeeh” ucap Seungri bodoh sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya layaknya girlband pelantun Touch my body.
Krik, krik, krik.
Hening sejenak, seakan mereka yang mendengar dan melihat Seungri seketika lumpuh otak.
“Hyung, boleh aku membunuhnya?” tanyaku pada Top hyung dengan wajah datarku. Sungguh aku ingin membunuhnya, aku kesal melihat si Rat ini.
“Hehehe, Jucii Cengli lucu. Chim cuka” ucap Jimin tertawa dengan kekehan lucunya. Lucu juga sih bocah ini. pipi gembul seperti manggaetok (kue beras), mata sipit, bibir plum dan lagi dia masih memakai baju motif sapinya.
“Dia lucu Ji. anggap saja kau belajar menjadi seorang appa. Kekeke” ucap Yongbae sambil menepuk bahuku.
“Aku tak suka anak kecil Bae, lagipula kau tahu sendiri aku saja tidak bisa mengurus diriku, lalu bagiamana aku mengurus bocah 5 tahun?” ucapku lemas.
“Kami hanya bisa menjaganya bergantian Ji. tapi tidak untuk dia tinggal di tempat kami” ucap Top hyung final. Huh aku harus bagaimana.
“Jucci Chim ingin pup “ucap Jimin sambil memegang perutnya.
“Hah!!!! Tahan!!! Sebentar, huaah bagaimana ini. tolong hyung aku tak tahu caranya bagaimana nanti dia memebersihkan dirinya?” ucapku panik.
“Juccii cepat pelut Chim cakit. Chim bica cendili” ucap nya, lalu dengan gerakan cepat aku menggendongnya berlari menuju toilet. Dan dia pun masuk toilet sendiri. aku cukup lega karena Jimin anak yang cukup pintar.
“Sebaiknya kau mulai belajar menyukai anak kecil hyung. Dan aku ingatkan maalm ini ada party di Club Gangnam. Kau harus hadir dan pastikan Jimin di orang yang tepat saat kau pergi” ucap Daesung mengingatkan. Huaaaah aku harus bagaimana?
“Ottoke” ucapku tak bersemangat.
“Molla” ucap mereka serempak. Cih menyebalkan.
“Kami pulang ne. Jangan sampai kau membuat Jimin terbunuh di sini karena kau tak bisa mengurusnya” ucap Top hyung membuatku menatap sisnis padanya.
“Sampai jumpa nanti malam hyung” ucap Seungri dengan nada mengejek. Sial.
***
Dara Pov
Ku parkirkan mobilku saat sudah memasuki garasi rumah. Rasanya aku rindu orang tua ku yang selalu menyapaku saat pulang.
“Eomma, appa hari ini aku berhasil menyelamatkan nyawa seseorang dan aku bekerja dengan giat. Apa aku membanggakan kalian?” ucapku sambil menatap langit yang cukup di taburi bintang-bintang. Yah, mereka sudah tiada. Mereka mengalami kecelakaan mobil saat pergi dalam perjalanan bisnis membuatku menjadi sebatang kara. Kehilangan mereka mengingatkanku akan Jiyong. saat aku sedang terpuruk kehilangan mereka, menangis di depan ke dua foto ayah dan ibuku, sahabat sekaligus namja yang selama ini ku gantungkan harapanku padanya tak muncul sedikitpun walaupun aku sudah berusaha menghubunginya. dan keesokan harinya ia menghampiriku dengan pakaian yang sembraut, wajah dan nafas berbau alkohol serta wanita jalang yang menempel di lengannya. Aku yakin dia semalam sedang bercinta sedangkan aku sedang berduka. Ironis sekali.
“Heiiii Daraaaaaaaa~~~~” teriak seseorang yang suara nya tak ingin ku dengar.
“Apa?” tanyaku malas.
“Eiii jangan seperti itu. emm aku dan teman-temanku akan menghadiri party. Dan emm bisa aku memintamu untuk menjaga Jimin malam ini. please Dara~~~” ucapnya sambil menggendong Jimin yang terlihat mengantuk di gendongan Jiyong.
“Ji~cepat sedikit nanti kita terlambat sayang” ucap yeoja berpakaian minim dan aku bisa melihat ke dua buah dadanya yang seperti akan meluber keluar.
“Pergi sana. Jika bukan karena Jimin aku tidak sudi menolongmu” ucapku sarkas lalu mengambil alih Jimin yang langsung memelukku dia benar-benar sudah mengantuk sepertinya.
“Gumawo Dara-aaah. Aku akan mengambilnya sepulang nanti. Kajja Sulli-aah” ucapnya lalu menggenggam tangan yeoja disampingnya menuju mobil mewahnya.
“Jika bukan karena Jimin, aku tidak ingin berurusan dengan mu lagi Ji” lirih ku lalu memasuki rumah tanpa menoleh pada Jiyong lagi.

Little Chim Chim (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang