"I saw that you were perfect, and so I loved you. Then I saw that you were not perfect and I loved you even more."
***
Setelah kejadian tersebut, hubungan antara Bima dan Dinda semakin merenggang. kini Dinda tak pernah lagi menjenguk Bima, jangankan menjenguk, bertegur sapa pun tak pernah.
4 hari kemudian, Bima sudah mulai masuk sekolah dengan bantuan kursi roda, kelasnya dipindah ke ruang guru karna keadaannya yang tidak memungkinkan untuk naik ke lantai dua.
Guru dan temannya banyak yang memberi ucapan duka, membuat telinganya panas saja. Reza dan Dika sekali kali datang untuk membawakan camilan dan mengajaknya mengobrol walau sesaat. tinggal 2 minggu lagi, batinnya dalam hati.***
"Din, lo gak nyamperin Bima? Udah masuk tuh orangnya" pandangan Karin tak lepas dari smartphone milikknya.
Dinda melirik Karin sesaat, "ngapain" ucapnya singkat dan kembali fokus pada novel yang baru dibelinya semalam.
"Idih kemaren pas masih dirumah sakit juga lo panik banget, kenapa pula sekarang gak mau ketemu?"
"Novel gua lebih penting dari pada cowok brengsek kayak dia"
Karin melotot, mulutnya menganga lebar, "lo marahan sama dia?"
"Anak IPA pasti gak level main sama kita" ucap Dinda singkat dan langsung bangkit dari kursinya. Menuju pintu keluar perpustakaan.
Karin memutar matanya, pandangannya mengikuti tubuh Dinda yang menjauh dan lama lama menghilang di balik pintu perpustakaan.
"Gue bener-bener gak ngerti sama jalan cinta mereka berdua" Karin memasukkan ponselnya ke saku rok, berlari mengejar Dinda yang kemungkinan berada di taman."Za gue capek" ucap Bima tiba tiba, membuat Reza menoleh dengan heran.
"Kenapa?"Hening, keduanya tidak melontarkan sepatah kata pun, bahkan Bima yang memulai percakapan diantara keduanya pun kini terdiam.
"Bim? Kenapa?"
"Eh apa? Gak papa kok" Bima tersenyum dan memalingkan wajahnya dari tatapan tajam Reza.
Lelaki bermata hitam legam itu bangkit sembari menghembuskan nafasnya kuat, "kalo gitu gue balik ke kelas dulu ya, telfon gue kalo ada apa apa" Reza melangkah menjauh dari Bima, lalu berlari pelan menuju kelasnya.
Bima hanya bisa melihat kepergian Reza dan kembali menatap kosong bangku dan bunga cantik didepannya.
Karin yang buru buru menyusul Dinda ke kantin harus terpaksa menghentikan langkahnya karna matanya melihat Bima sendirian di taman.
"Hai, udah mendingan?" Karin tersenyum pada lelaki itu. Bima yang sedari tadi bengong terkejut saat Karin menepuk pundaknya dan tersenyum.
"Lumayan, kenapa kesini?"
"Cuma lewat doang kok, ngapain lo disini?" Ia tersenyum lagi. "Eh Bim, lo berantem ya sama Dinda?" Ucap Karin tiba tiba.
"Berantem? Sama Dinda? Gua aja cuma kenal sama dia" matanya tak berani menatap gadis di sampingnya.
"Oh, yaudah. Gue pergi dulu ya" Karin langsung beranjak dari tempatnya tanpa menunggu jawaban dari Bima, cowok yang kini hanya bisa terduduk di atas kursi roda.
Bima menghembuskan nafasnya perlahan, "semuanya beneran di luar dugaan."
Ia lekas menuju ke kantin karna Reza maupun Dika tak kunjung datang untuk membawakan makanan yang lainnya, sedangkan camilan yang berupa kacang sudah habis dilemparinya karna ia kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afraid
Teen FictionI'm too afraid of fell in love. i'm too afraid to lose you Afraid by Ajeng. published on 27th January 2017