Part. 1

808 46 27
                                    

Sejong, 10 Agustus 1997

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejong, 10 Agustus 1997

Bulan sabit berkilau samar-samar dilangit, tipisnya cahaya segera tertutup oleh awan yang penuh dengan air hujan. Cho Kyuhyun duduk sedikit lebih tegak diatas sepeda motor dan mengangkat kerah mantel kanvas kusamnya yang tidak mampu menahan ancaman cuaca buruk ketika perasaan mengatakan segala sesuatunya akan memburuk. Kyuhyun menarik pinggiran topinya hingga keatas matanya ketika seorang pemuda mengendarai sepeda motor menuju kearahnya –pemuda bernama Kangin– membawa pistol, berkulit kasar, dan dengan sikap yang gemar bertengkar.

Kangin mengelilingi kawasan bank yang akan segera dicuri, melajukan Harley Davidson-nya yang besar ke samping sepeda motor butut Kyuhyun, menggeser postur besar sepeda motornya dengan suara decit lembut lalu menumpukan berat badan kendaraan di kaki kirinya.

"Anak-anak sudah siap." kata Kangin dengan aksen malas. "Kau ikut atau tidak?"

Kyuhyun mendesah dalam hati. Petir terdengar di langit yang gelap, seperti jadi satu peringatan dari Tuhan. Balikkan sepeda motormu dan pergi, kata suara kecil jauh didalam hatinya. Pergilah sekarang, sebelum terlambat.

Leeteuk kakaknya ada di utara, di Sojeongmyeon, dan sudah menawarkan tempat tinggal pada Kyuhyun. Katanya Leeteuk bisa mencarikan pekerjaan yang halal, membantu Kyuhyun meninggalkan kehidupan penjahat untuk selamanya. Tapi, kota itu terlalu jauh dan terpencil, seperti tempat dalam dongeng. Kyuhyun bangkrut setelah memenangkan permainan poker di Gangnam dua minggu setelah dia keluar dari penjara di distrik Daejeon. Sepeda motor bututnya tidak akan sanggup melakukan perjalanan jauh.

Tentu saja Leeteuk akan memberikan sejumlah uang jika dia bisa menelan harga diri untuk meminta, tetapi mencuri akan lebih mudah. Ini satu-satunya ilmu ataupun skill yang pernah dipelajarinya.

"Aku ikut." kata Kyuhyun dengan datar.

Kangin mengangguk. "Kalau begitu, mari kita mulai."

Kyuhyun kembali mengamati langit, melihat rentetan petir merobek langit dengan sayatan gerigi berwarna emas. "Aku tidak suka cuaca ini." Kyuhyun mengakui.

Kangin menoleh dan meludah. "Kau jadi pengecut, Cho?" tanyanya dengan dingin.

"Pernah melihat serbuan masyarakat yang panik karena sambaran kilatan petir, Kangin?" Kyuhyun membalas, menjaga suaranya tetap tenang. Walaupun Kangin sudah tidak muda, Kyuhyun merasa pemuda itu adalah jenis orang yang bisa menarik pelatuk dan menembak tanpa ragu.

Lebih dari lima ratus meter kedepan, berdiri sebuah Bank Swasta yang tampak gelap tanpa pencahayaan yang cukup. Kawasan disekitar terlihat sepi dan tidak ada kendaraan yang melaju disekitarnya.

"Tidak." Kata Kangin, nadanya riang. Kyuhyun tau kalau Kangin mungkin berencana menembaknya segera setelah mereka mendapatkan uang hasil curian. Kyuhyun tidak takut pada pemuda kurang ajar, bahkan yang berwatak temperamental seperti Kangin, tetapi keadaan cuaca ini membuat sarafnya mengerut dan menggeliat dibawah kulitnya.

Start Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang