Khawatir

17 3 0
                                    

Ana berjalan sempoyongan menuju kelasnya. Langkahnya terseok menahan tubuhnya yang kian limbung. Sejak pagi tadi tubuhnya sudah terasa lemas. Kalau saja bukan karena ulangan, ia tak akan mungkin memaksakan diri untuk masuk sekolah hari ini. Lagi-lagi ia harus menahan rasa sakit disekujur tubuhnya dan mencoba menyemangati diri untuk tetap bertahan.

"Semangat Ana!! Kamu pasti kuat" batinnya memotivasi diri.

Sesampainya dikelas, ia langsung menjatuhkan diri pada bangkunya. Entah kenapa rasanya begitu lega bisa sampai ke kelas tanpa halangan dengan kondisi sakit. Sesekali ia menyeka keringat dingin yang terus mengalir dipelipisnya. Beruntung baginya karena belum ada satu orang pun dikelas. Ia jadi bisa leluasa beristirahat sebentar untuk menghilangkan pusing dikepalanya.

"Hellooo!!!Ana!!!" teriak Caca heboh dari depan pintu kelas. Ana yang sedang sakit pun hanya bisa membalas sapaan Caca dengan gerakan tangan. Sesungguhnya ia juga malas berbicara saat sedang dalam kondisi seperti ini. Kemudian Ana meletakkan kepalanya di atas meja dan berniat untuk tidur sejenak.

"Lo kenapa sih diem aja?Nggak biasanya lo kayak gini" tanya Caca heran.

"Hmm" jawab Ana yang lebih mirip dengan deheman.

"Seriusan lo? Terus kenapa masuk sih?!" pekik Caca heboh dengan suara menggema ke seluruh penjuru kelas.

"Bisa diem nggak lo?! Udah tau kelas sepi gini lo teriak kenceng banget!" bentak Ana sebal karena merasa terganggu.

"Okay...maaf deh..kalo gitu lo istirahat aja deh..gue nggak akan ganggu" ucap Caca polos.

"Gitu dong dari tadi! Tau gitu nggak perlu gue capek-capek ngeluarin tenaga buat marah-marah" geram Ana sembari memposisikan diri untuk tidur kembali.

"Untung si Macan lagi sakit, kalo nggak bisa habis gue diterkam" batin Caca cekikikan.

***

"

Ana kemana sih? Tumben banget nggak ngechat gue" batin William penasaran.

"Apa gue samperin aja kali ya? Kok gue jadi kepikiran gini sih. Jangan deh..entar dia kesenengan lagi" pikir William.

"Eh Will..pinjem tugas Bahasa Indonesia lo dong!" teriak Dani teman sekelas William.

"Copet..copet!!" latah William reflek.

"Dasar ganteng-ganteng latah" ejek Dani setengah tertawa.

"Ribet amat lo..masih mau dipinjemin buku kagak?" ancam William dengan ekspresi penuh kemenangan.

"Ampun Kanjeng!! Nggak lagi deh" pinta Dani dengan memasang ekspresi puppy eyes.

"Untung ganteng lo!!kalo jelek najis banget tuh ekspresi lo" ucao William sarkastik.

"Udahlah buruan bukunya!! Udah mau pelajarannya ini"

"Ini, jaga baik-baik buku gue. Jangan sampe lecet dan berkurang suati apapun. Dan yanh paling penting cepet nggak pake lama" perintah William bak orang tua yang menitipkan anaknya kepada pembantu.

William mulai melanjutkan aktifitasnya memikirkan Ana. Sesekali ia menopang dagunya dengan sebelah tangan karena pegal.

"Will!!!" teriak salah satu temannya dari depan kelas.

"Apaan lagi sih? Ganggu aja, kalo mau pinjem.tugas gue minta aja sama Dani. Gue males jawabin lo" teriak William frustasi sembari mengacak rambutnya.

"Siapa juga yang mau pinjem buku lo!! Gue cuma mau bilang kalo ada yang nyariin lo didepan"

"Hah? Siapa?" tanya William kikuk.

AWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang