6. Kue Tart dan Boneka Beruang

209 17 4
                                    

Entah sudah berapa puluh atau ratusan juta telah Alif habiskan hanya untuk membelikan Agnes beberapa barang bermerek.

Tidak peduli seberapa banyak, asal gadis itu puas maka segalanya sesuai dengan rencana.

"Babe, yang swarovski apa berlian? Which one?"

Deretan cincin di etalase mendapat keseriusan lebih dari pemuda itu untuk memilih. "Ini cocok untuk matamu yang cantik." Lengkap dengan senyum tipis. Pemuda itu berhasil mengundang kupu-kupu datang ke perut Agnes. Sehingga gadis itu meloncat kegirangan sebelum memeluk lengan Alif.

"Oke, I'll take this one."

Selama pramuniaga membungkus pesanan, seseorang datang membisikkan sesuatu. Alif terpaksa menyingkir setelah meminta izin pada Agnes untuk keluar jewelry sebentar.

"Hal sekecil itu kenapa harus aku yang tangani!" Ia mencerca Aldi, bawahannya yang setia.

Aldi menjelaskan dengan muka tegang. "Tuan besar sudah memperingatkan kami, apapun yang terjadi pada keluarga Jendra itu sepenuhnya tanggungjawab Anda. Kami cukup memberi informasi, tidak dengan perintah penyelamatan."

"Sial!"

Kesal juga senewen. Tidak kakak tidak adik, sama-sama menyusahkan. Mengapa harus dia yang mencari bocah itu di saat ia memiliki banyak bodyguard yang menganggur? Mengapa ayahnya menjadikannya seolah anjing penjaga khusus untuk keluarga tersebut yang sebenarnya tidak berada dalam bahaya dan tidak ada sangkut pautnya dengan misi utama.

Alif terpaksa berlari sepanjang deretan gerai dan retail. Setiap lantai ditelusuri dalam pencarian darurat. Hingga dia di sana. Dekat timezone. Menempelkan wajah pada kaca etalase gerai boneka. Merengek ketika pramuniaga menarik lengan kecilnya. Orang-orang sekadar lewat, paling-paling menoleh penasaran. Selebihnya apatis. Cuma Alif yang mau mendekat guna mengakhiri keributan kecil tersebut.

"Jangan menempel pada etalase, nanti kacanya kotor!"

"Kakak galak! Lily cuma mau beli boneka!"

"Lepaskan dia!"

Si wanita pramuniaga langsung melepas cengkeraman begitu mendengar suara tak bersahabat Alif. Tingkahnya mendadak kikuk. Mundur teratur.

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" Alif bertanya pada pemilik muka polos itu yang sama sekali tidak sadar bahwa Alif marah kepadanya.

"Lily mau beli boneka itu, Kak.'' Gadis kecil yang bernama Lily itu menunjuk boneka yang diinginkannya. Mr. Teddy Bear duduk di balik kaca etalase.

Hanya gara-gara boneka sampai menciptakan keributan? Alif perlu menyetok sabar demi urusan menyebalkan ini selesai. Jadi, ia menggandeng tangan Lily. Membawa Lily masuk ke dalam gerai dan meminta si wanita kasar itu mengambilkan bonekanya agar bisa ditunjukkan pada Lily. Lily menerimanya dengan senang hati. Langsung dipeluknya boneka itu.

"Lembutnya!" Hidung Lily yang kecil turut menggusel-gusel pipi boneka yang besarnya dua kali lipat ukuran kepalanya.

Dia kerepotan saat membuka resleting ransel yang bergambar Frozen. Demi mengeluarkan sebuah celengan babi yang langsung dipahami Alif beberapa sekon setelahnya.

"Simpan celenganmu. Anggap boneka ini sebagai hadiah."

Rambut twin tail Lily bergoyang saat ia menggeleng. ''Kata Mama, Lily gak boleh terima barang dari orang yang gak dikenal. Lily mau bayar pake celengan saja."

Alif membenci ketika setiap pemberiannya mendapatkan penolakan. Itu sama saja dengan  penghinaan. Tetapi yang dihadapinya bocah delapan tahun yang tidak bisa diberi pemahaman melalui konfrontasi.

Black Rose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang