3. Balapan Motor

5 1 0
                                    

"Tadi siang Pak Hendra menelepon."

Gunting di tangan tak jadi memotong batang bunga. Punggung Bella menjadi kaku mendengar mamanya membuka pembicaraan mendalam. Tentang kepala sekolahnya yang selalu mengabari ke rumah setiap Bella melakukan kesalahan.

Kepala sekolah yang baik hati bernama Hendra, adalah teman karib mendiang Jendra. Semenjak Jendra meninggal, Hendralah yang berperan menjadi seorang yang membantu keluarga Bella. Terutama saat Bella nyaris dikeluarkan dari sekolah, Hendra satu-satunya yang tidak menyerah mempertahankan Bella tetap di SMA Saga.

"Mama berencana untuk memperkerjakan seseorang untuk membantu di florist supaya kamu bisa fokus dengan ujian."

Bella mengabaikan bunganya. Menjatuhkan fokus pada seraut lelah yang sudah mati-matian menafkahi Bella dan Lily sendirian. Menyesal mengapa Bella tak sepintar dan serajin murid kebanyakan di sekolah, sehingga ia tak perlu melihat lelah itu bercampur dengan kesedihan.

"Maaf, Ma. Bella sudah menyusahkan."

Meninggalkan sofa duduk, wanita itu menghampiri dan menekuk lutut di lantai samping Bella. Tiap ibu tentu sedih melihat nasib anaknya tak seberuntung anak-anak kaya di lingkungan sekolah. Tapi mau bagaimana lagi, selain penyemangat, tidak ada cara lain yang lebih sederhana sebagai penghiburan.

Tika mengelus rambut putrinya. "Justru Mama kecewa tidak menemukan senyuman di bibir putri cantik mama."

Muram secepatnya berlalu. Bella mengganti senyum supaya ibunya tidak larut bersedih.

"Mama tetap bangga meski Bella menyusahkan mama," ujar Tika. Senyumnya menular.

Bella meraih tangan Tika untuk digenggamnya lembut. "Bella berjanji akan belajar lebih keras lagi dan membuat mama bangga."

"Kalau begitu," Tika merebut gunting dan bunga dari tangan Bella. "Belajarlah dan buat mama bangga."

Satu kecup Bella sematkan pada pipi Tika sebelum gadis itu berdiri dan meninggalkan ibunya sendirian ke kamar.

Meja belajar menjadi pusat. Menarik kursi dan mulai tepekur pada buku pelajaran. Lima menit berlalu, selebihnya matanya mendadak kabur. Bella menyerah lantas meletakkan kepala di buku. Belajar sendiri tidak akan berhasil. Pernah meminta Vivi untuk mengajarinya, tidak mengubah apapun. Gadis itu tidak memiliki kesabaran mengatasi kebodohan Bella. Lalu bagaimana lagi Bella harus melewati ujian? Seseorang perlu Bella mintai tolong untuk berkorban waktu membuat Bella pintar mendadak. Tapi siapa? Kenyataannya tidak ada satupun di sekolah yang rela disusahkan Bella.

Matanya mengamati vas yang ia isi air dan sekuntum mawar putih yang ia temukan di keranjang motor sore ini di sekolah. Sepulang sekolah, Bella langsung meletakkannya di sana. Sayang bunga secantik itu layu jika dibiarkan saja. Beserta pesan di selembar kertas kecil juga diletakkan di sampingnya. Bella tak sempat mengaguminya tadi keburu membantu ibunya di florist

Sekarang baru waktunya untuk memahaminya lebih jernih.

Tersenyumlah dan semangat! Isi pesan yang terbaca.

Tidak mungkin seseorang menjadi pengagum rahasia demi Bella, sementara ia hidup dikelilingi kebencian. Pasti ini salah sasaran. Atau lelucon dalam bentuk lain selain kejailan-kejailan yang pernah Bella rasakan untuk membuat Bella tersiksa.

Meninggalkan pesan tersebut, Bella putuskan kembali belajar. Ia akan paksa dirinya meski otaknya mengepul asap. Janjinya kepada ibunya beberapa saat lalu adalah penyemangat baru dan Bella bertekad untuk tidak mengecewakan.

Ponsel android lama bergetar. Konsentrasi Bella buyar. Kesulitan mengabaikan pesan yang datang. Meraih ponsel, pesan datang dari Vivi segera dibaca.

 Meraih ponsel, pesan datang dari Vivi segera dibaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Black Rose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang