The white breaths I softly let out are shaped like the words I wanted to convey.
Without a doubt, with just their warmth, the sky has become slightly brighter.
Gadis itu termenung, netranya menatap sendu kilaunya lampu malam.
Susu rasa cokelat yang sedari tadi menemaninya pun hanya ia mainkan pinggiran gelasnya. Tak menyeruputnya sedikit pun, hingga asap putih yang awalnya mengepul disana lambat laun pun menghilang keberadaannya.
Bersamaan dengan ketukan kecil di meja bundarnya, dan sebuah kecupan manis yang mendarat mulus di pipinya.
Lengan kurus itu meraih gadis di sebelahnya ke dalam dekapannya yang dingin dan kosong.
Gadis itu tak menolak, bahkan tak bereaksi. Namun ia tahu, gadis itu hanya tak ingin menampakkan emosinya yang sewaktu - waktu bisa meledak dan membasahi kain yang membalut sempurna tubuh ringkihnya itu.
❄❄❄
"Liv?" Gadis itu menggoyangkan tangannya di depan wajah Livia. Berusaha menyadarkannya.
"Eh- oh- ehehehe." Livia menggaruk tengkuknya canggung.
"Lo ngelamun mulu sih, mikirin Winwin ya? Ihiww~" Goda gadis didepannya itu sembari tersenyum mengejek.
Livia memutar bola matanya malas, "Ngapain juga gue mikirin Winwin, yang ada makin pening otak gue, Ley." balasnya ketus.
"Ya lo sih daritadi panggil gak nyahut, baru gue awe - awe nyahut." Faley, nama gadis itu. Ia lalu melipat tangannya di depan dadanya. "Omong - omong soal Winwin, lo tadi dicariin sama dia."
"Lha ngapain?"
"Gak tau lha, kangen kali."
"Hoek." balas Livia sembari memperagakan gerakan orang yang sedang muntah.
"Yeeee, hoak hoek. Awas kesemsem loo~"
"Gak bakal."
❄❄❄
Livia mau tarik omongannya yang tadi bilang enggak akan kesemsem dengan pemuda bermarga Dong itu.
Nyatanya ia sekarang tersenyum senang, melihat Winwin yang cemberut karena gadis itu sedang bereksperimen di wajah tampannya.
"iYA LIV GUE TAU LO SEBEL, TAPI APA HARUS PAKEK MUKA GUE?" Protesnya lalu berusaha menghindari tangan Livia yang ingin membubuhkan bedak ke pipinya.
"yA LO SIH MAKANYA, GAK USAH BIKIN RADEN RORO AYU MACAM GUE KESEL! Udah ah gak usah ngehindar." balas Livia kemudian mengcekeram kerah seragam Winwin.
"Ngehindar lagi, lo malah gue tendang lo. Lo tahu kan apa yang bakal gue tendang?" ujar Livia seraya memantapkan kata tendang.
Winwin langsung mengkeret tapi nahan ketawa denger omongan Livia.
ne-in saja biar gelis.
KAMU SEDANG MEMBACA
fãnilãttè ;; limerence
Fanfiction❝ bilangnya, ' let me heal your pain ' nyatanya he's the one who hurts it. ❞ (a little reminder : was inspired by monochrome and nee) [A FANILATTE SERIES by @fanilatte-squad] [140317]