When I was soaked from head to toe,
from the freezing rain,
you were the only one
who would offer me a hand.Bagi gadis itu, keadaannya tak lagi sama. Ia tak terbiasa dengan bau obat - obatan kimia yang langsung menyeruak masuk ke indra penciumannya. Ia tak terbiasa harus mengonsumsi makanan yang rasanya tidak dapat didektesi oleh indra pengecapnya. Begitu pula suara bising yang dihasilkan oleh elektrokardiograf, indra pendengarannya tak sanggup untuk mendengarkannya.
Disaat yang ia inginkan adalah menghirup angin kebebasan, namun yang ia dapatkan adalah belenggu keputusasaan.
❄❄❄
"Liv, mau main gak?" Winwin menyodorkan PSP-nya ke gadis yang sedang fokus makan tersebut.
"Hmm?" Jawab gadis itu masih sambil mengemu makanannya. "Mh-mha-in?"
Winwin menjitak dahi Livia pelan, "Cewek makannya yang cantik. Habisin dulu deh."
Lalu Livia dengan cepat menelan makanannya kemudian mengambil tissue yang ada disampingnya dan mengelap sisa makanan disekitar mulutnya.
"Lo yang ngajak gue ngomong." Livia menoyor kepala Winwin, "Kampret."
"Hng siniin deh PSP-nya, gue mau main Persona 3." Pinta Livia sambil menengadahkan tangannya.
"Gak jadi minjemin deh." Sahut Winwin.
"yA TEROSSS TADI LO NAWARIN BUAT APA GOMBELL?"
"Itu kan tadi, sekarang udah enggak. Hehehehe."
"Seperti entut."
❄❄❄
"Win."
"Hmm?"
"Lo kenapa gak mau cerita?" Tanya Jungkook dengan suara yang bergetar, pemuda itu berusaha mengatur emosinya.
Winwin memainkan jemarinya kecil lalu menatap Jungkook nanar.
"Ya percuma gue cerita kalau nantinya gak akan ada yang berubah?!" Sungutnya.
"Tapi Win, dengan lo cerita, seenggaknya kita bisa berbagi rasa sakit yang sama walau memang gue gak pernah bener tahu rasanya! Seenggaknya lo bisa tahu kalau masih ada orang yang peduli. Lalu apa gunanya sahabat Win? Apa gunanya gue di hidup lo kalau lo gak butuh gue?!" Tukas Jungkook meledakkan emosinya.
Winwin hanya bisa terdiam mendengar penjelasan Jungkook yang langsung menohok dirinya.
Padahal selama ini ia selalu berdoa agar hanya Tuhan dan dirinya sajalah yang mengetahui rahasia ini.
Namun, Tuhan sepertinya tak mengabulkan doanya. Nyatanya sekarang, pemuda berambut strawberry blonde dihadapannya ini telah mengetahui semuanya.
"Lo, lo gak kasihan sama Livia?" Ujar Jungkook menatap obsidian Winwin lamat. "Atas perlakuan lo selama ini ke dia?"
"Gue gak tahu." Jawab Winwin pelan sembari menggeleng kepalanya, "gue salah ya?"
"Lo bego tahu gak?"
Winwin mengangguk.
"Iya gue tahu gue bego."
Jungkook mengusap wajahnya kasar lalu menghela napasnya. Kemudian pemuda bermarga Jeon itu menumpu tangannya di atas meja.
"Heh Win, lo tahu kan Livia itu kasar, beringas, liar, dan galak?"
"Lo niat muji apa gimana sih?" Sahut Winwin diiringi ketawa kecilnya.
"Ngenyek ini gue." Jungkook ikut tertawa.
((Sementara di tempat lain))
"MAAA KENAPA KUPING MBAK DARITADI PANAS DINGIN PANAS DINGIN GITU YA?!"
"PANAS DALEM KALI KAMU MBAK, SANA BELI ADEM SAR*I!!"
"Hmm." Jungkook berdeham, bermaksud untuk membersihkan tenggorokannya. "Kembali ke awal."
"Maksud gue tuh, Livia ya tetaplah seorang cewek yang nyembunyiin sedihnya dengan senyum, cewek yang nyembunyiin lukanya dengan mukul objek apapun. Tembok, kayu, pot ya dia pukul Win. Gue aja pernah dipukul sampai biru...." Ungkap Jungkook.
"Lo kok malah curhat sih nyet."
"Kan gue sahabat lo."
"Gak usah baper juga kali." Winwin menyeringai.
"Ya oke oke oke maaf." Jungkook memutar bola matanya jengah. "Ya jadi intinya, jangan sampai lo buat dia sedih lebih dari takarannya Win."
"Begitu...."
iNI TUH APAAA
Oh dan yaa, hAPPY LATE BIRTHDAY KEPADA PONYO DAN JINYOUNG MICHEOCI AYE
*insert sewoon_tupyo_haseun.gif
iya mian gif sewoon ku hilang huhuhuhu
KAMU SEDANG MEMBACA
fãnilãttè ;; limerence
Fanfiction❝ bilangnya, ' let me heal your pain ' nyatanya he's the one who hurts it. ❞ (a little reminder : was inspired by monochrome and nee) [A FANILATTE SERIES by @fanilatte-squad] [140317]