[七] Time

273 48 26
                                    













Just why is it that you're always
the one giving me strength?

Whenever you do,
you're making me fall deeper in love.


























Kau tak bisa menyalahkan hatimu kepada siapa kau jatuh cinta.

Gadis itu tahu benar bahwa mencintai tak semudah melupakan. Karena itu ia tidak pernah menyesal telah memilih mencintai jiwa dan raga pemuda itu seluruhnya.

Walau sekarang yang tertinggal hanyalah fragmen - fragmen memori beserta memoar tentang cintanya.























❄❄❄





















"Pagi Livia." Sapa Winwin spontan saat melihat Livia telah duduk dengan tenang di bangkunya.

Yang disapa hanya mengangguk pelan sembari melengkungkan bibirnya tanpa melihat ke arah Winwin.

"Lo kok lesu?" Winwin menghampiri bangku Livia setelah meletakkan tasnya di bangkunya sendiri.

Hening.

Livia tak menggerakkan bibirnya sedikit pun.

Tak mendapat jawaban dari sang lawan bicara, bukannya sebal. Winwin malah mendekatkan wajahnya ke wajah Livia, mencoba mengambil atensi gadis itu.

"Euy, pujaan hati gue ngapa diem aja?" Goda pemuda itu sembari menaikkan salah satu alisnya. Yang membuat Livia spontan berjengit ngeri dan menjauhi wajah Winwin.

"LO-LO NGA-NGAPAIN SIH!?"

Demi megalodon, Livia paling awkward kalau sudah begini.


"Sana jauh - jauh," Livia mendorong keras bahu Winwin. Cukup keras hingga membuat pemuda bersweater cream itu oleng.

Bukannya marah atau apa. Winwin malah tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang sebenarnya berbehel. Namun sayangnya behel Winwin letaknya dibelakang gigi. Sama seperti Livia.

Tiru - tiru dia. ((baca : winwin))

"Lha lo sih, gue tanya gak nyaut. Kan gue butuh perhatian."

"Jijik."

"Tapi lo demen." Goda Winwin sekali lagi, dan itu sukses membuat pipi pemuda tersebut memerah dan bercap tangan panjang Livia.

"Mampus, musnah aja lo nyet." Hardik Livia kemudian meninggalkan bangkunya dan Winwin yang sedang merintih memegangi pipinya yang sakit.


















❄❄❄













"La." Livia menyenggol pelan sikut gadis disebelahnya.

"Hmmm?" Balas Lala, nama gadis itu yang sedang sibuk mengemu makanan di mulutnya.

"Emang campingnya cuma buat anak OSIS aja ya?" Tanya Livia sembari memainkan rambut hitam lebatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

fãnilãttè ;; limerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang