Bagian 6

261 26 3
                                    

Sepanjang perjalanan Marshall hanya diam, tatapannya nampak membatu kearah depan tidak sekagum dan senikmat saat mereka dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. Saat itu Yasmin dapat merasakan bagaimana tatapan tertarik Marshall terhadap dunia luar jendela mobil.

Namun kali ini tidak, Marshall nampak tidak senikmat kemarin. Semenjak tadi Yasmin sesekali melirik lelaki itu melalui sudut matanya. Oh apakah ini wajah kesal Marshall? Jika ya, Yasmin baru tahu bahwa muka kesal Marshall sangat selucu semenarik ini.

"Perhatikan pandanganmu, Yasmin" suara Marshall terdengar dingin. Ucapannya tak membuat muka batu itu menoleh kearahnya.

Justru Yasminlah yang refleks malah mengalihkan pandangannya pada lelaki disampingnya.

"Lihat kedepan, Yas!" seru Marshall setengah membentak.

Yasmin kembali kedepan, bentakan Marshall tidak membuat ia merasa terintimidasi malahan bibirnya tidak dapat menahan untuk teriris senyum.

"Ohh apakah Marshall El Diaga sedang marahh, hmm?" goda Yasmin dengan lirikan genitnya.

Kali ini Marshall melirik tajam, menatap sekilas kearahnya sebelum kembali pada pandangan kedepan tanpa mau membalas ejekan Yasmin.

Yasmin menghela saat Marshall tidak mempan dengan godaannya. Stir mobil yang ia kemudikan berbelok kearah kiri memasuki kawasan padat kendaraan namun tak membuat cuaca basah pagi ini macet.

"Sadar atau tidak mobil ini berjalan dilajur kiri dengan kecepatan yang tidak memungkinkan seseorang celaka, Marahall"

Yasmin menghentikan mobilnya diperempatan lampu merah lalu lintas. Ia mulai menolehkan kepalanya sempurna menatap Marshall disampingnya. Sementara Marshall dengan helaan pelannya kali ini mampu membalas tatapan Yasmin sempurna.

"Tidak menikmati perjalanan ini?" tanya Yasmin yang kembali bersuara. Marshall hampir-hampir tidak banyak bicara selama dalam perjalanan.

"Tidak begitu" jawab Marshall singkat.

"...aku hanya merasa tidak nyaman melihat tangan kecilmu memegang kemudi dengan kendali otak yang berada dibalik kepala kecilmu. Tidak membuatku tenang sama sekali"

"Kamu mengejek atau apa?" kali ini Yasmin mulai tertarik dengan apa kata lelaki aneh disampingnya. Oh apa dia bilang tangan kecil dan kepala kecil maksudnya?

Marshall apakah aku harus mengataimu otak alien sekarang?

"Tidak. Aku hanya mengatakan yang ingin ku bilang" Marshall menggagas tenang tidak sedikitpun merasa peka dengan reaksi yang diberikan gadis disampingnya.

Yasmin menghela, sepertinya ia harus mulai menyesuaikan pola pikirnya dengan otak alien Marshall.

"Sudah hijau" beritahu Marshall saat Yasmin tidak mau mendebat. Tangan kirinya menggenggam persenaling saat kemudian merasakan tangan hangat diatas tangannya.

Yasmin menatap Marshall, lelaki itu mengangkat tangan Yasmin sebelum mengecup telapak tangan Yasmin tanpa melepas tatapannya dari keterpakuan gadis didepan matanya.

"Hati-hati, aku akan mencoba terbiasa lagi"

Gumaman Marshall sesaat membuat jantung Yasmin berhenti, tidak jika berhenti maka ia akan melayang sekarang juga lebih tepatnya Yasmin tidak merasakan degupan jantungnya yang ternyata sedang mendetak keras namun tanpa rasa tidak menyenangkan. Perutnya tiba-tiba melilit geli entah apa penyebabnya.

Marshall sudah mengubah pandangannya kedepan, kembali fokus pada jalanan tanpa peduli kedua siku Yasmin yang terkulai lunglai.

"Jalan sayang" panggil Marshall mengingatkan. Dengan geragapan dan pipi memerah Yasmin langsung mengatur gigi perseneling guna menjalankan mobil mininya kembali.

SickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang