Chapter Two

114 6 0
                                    

"Habis ini kita mau ngapain?" tanya Karen untuk ke-10 kalinya. Kami berencana hanya ingin makan Ice Cream tapi ternyata the plan has changed. Kami shopping terlebih dahulu dan sekarang kami baru makan Ice Cream. "Kau tau kan tujuan pertama kita sepulang kerja hanya makan Ice Cream? Kenapa kita bisa jadi shopping?!" sahutku dengan nada kesal.

“Habisnya kau tadi sangat muram jadi menurutku kalo kita hanya makan Ice Cream saja tidak cukup. Hey aku hanya ingin menghiburmu oke?” balas Karen membela dirinya dengan tatapan sedih

. “Iya. Iya aku tahu. Kau memang teman terbaikku.Eh koreksi kalimat itu, kau memang kakak perempuan terbaikku. Tapi makan Ice Cream saja sudah cukup kok sungguh. Aku tidak mau shopping. Itu hanya alasanmu saja supaya kau bisa shopping kan?” sahutku sambil tersenyum dan menjulurkan lidahku yang dilumuri oleh Ice Cream.

“Alice, you know me so well.” kata Karen dengan senyum menggoda sambil memasukan 1 sendok penuh dengan Ice Cream. “Lagipula kau benar-benar butuh shopping Alice.” sahut Karen lagi. “ Aku tidak butuh shopping saat ini Karen. Baju ku masih sangat banyak dan shopping itu membuat kita capek tau.” Balas ku. “Shopping memang wajib bagi perempuan. Kalau kau seorang perempuan, kau harus shopping. Dan kau masih butuh banyak baju, kulihat lemarimu bajunya masih terlalu sedikit. Seorang perempuan memang wajar jika punya baju banyak.” ujar Karen.

Aku hanya mengangguk kepala mendengar pidatonya mengenai shopping.

                         _______________________________________________________

Setelah selesai makan Ice Cream kami sempat berunding untuk mengunjungi atau tidak mengunjungi toko sepatu yang Karen ingin lihat. Aku pun menyerah dan ikut Karen menemaninya ke toko sepatu itu. Dia memaksa ku untuk membeli 1 sepatu dan terus membujukku agar aku membeli satu. Kami sudah melihat-lihat selama 15 menit dan Karen tetap belum menemukan sepatu yang ia inginkan. Termasuk aku.

“Karen, aku ke toilet dulu ya, kebelet nih. Tunggu sini ya, jangan kemana-mana” ujarku pada Karen yang sedang mencoba high heels setinggi 3cm berwarna hitam. Dia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan aku langsung berlari keluar dari toko sepatu tersebut dan langsung mencari jalan ke toilet.

              ________________________________________________________________________

One word : Lega. Oh Praise The Lord. Akhirnya lega. YEAH! *le doing victory dance*.  Aku pun keluar dari toilet dan mulai mencari toko sepatu dimana Karen berada. Saat aku berjalan, aku tidak melihat kedepan sehingga aku menabrak tembok. Atau begitulah pikirku. Oh god aku akan jatuh kebelakang dan mendarat di  lantai dan mempermalukan diri sendiri didepan orang lain! , pikirku. 

Aku memejamkan mata siap-siap mengetahui apa yang akan terjadi, tetapi tiba-tiba sebuah tangan merangkul pinggangku, menahanku sehingga aku tidak terjatuh ke lantai. Saat aku membuka mata ku, mata ku membesar dan mulutku terbuka sedikit.

Ternyata aku tidak menabrak tembok! Aku menabrak seorang laki-laki. Laki-laki yang sangat tampan!, aku berteriak dalam pikiranku. Dia benar-benar sangat tampan. Matanya yang berwarna cokelat menatap lurus kedalam mataku, meng-hipnotisku sehingga aku kaku, tidak dapat berbuat apa-apa, rambutnya yang berwarna cokelat dengan sedikit model spike didepannya cocok dengan postur mukanya yang tampan. Aku hanya menatapnya tanpa berkata-kata. Dia benar-benar tampan……….

Kami saling bertatap-tatapan tanpa berkata sedikitpun. Kami hanya menatap satu sama lain selama 10 detik dan dia berkata dengan senyum pada wajahnya yang tampan….“Hey, kau baik-baik saja?” tanya manusia tampan itu kepadaku. Aku menatapnya beberapa detik ,“ya,ya aku baik – baik saja hehe maaf aku menabrakmu. Aku benar-benar tidak melihatmu, sungguh. “  jawabku kepada lelaki tampan itu dengan sedikit tertawa dan kikuk.

Dia tetap meletakkan tangannya dikedua sisi pinggangku dengan posisi yang sama tidak berubah dan berkata dengan senyuman yang lebar “Seharusnya aku yang minta maaf. Aku juga tidak melihatmu. Kau nyaris saja jatuh. Aku benar-benar minta maaf” . “Tidak, tidak apa-apa. Sungguh. Aku baik-baik saja haha” jawabku kepada manusia tampan itu.

Kami kembali saling menatap selama beberapa detik , matanya yang cokelat benar-benar menghipnotisku sehingga aku tidak sanggup bergerak. Matanya menatap lurus kedalam mataku seolah-olah dia sedang membaca seluruh kehidupanku dan melihat lurus kedalam jiwaku, dan tiba-tiba aku mempunyai pikiran bahwa sepertinya aku mengenalnya.

Kehadirannya tidak asing dan kehadirannya membuat aku tenang, nyaman, dan aman. Aku tiba-tiba tersadar bahwa aku harus segera kembali ke toko sepatu dimana Karen masih berada. Aku sudah pergi cukup lama dan Karen pasti akan panik, mengira aku tersesat. Aku memecah moment tatap-menatap kami dengan berkata “Aku harus pergi sekarang” dan menggerakan tubuhku dari genggamannya.

Dia melepaskan tangannya dari kedua sisi pinggangku dengan tatapan kecewa. Apakah dia tidak mau aku pergi? Apakah tatapannya tadi menunjukkan bahwa dia kecewa bahwa aku harus pergi? Ada apa ini? Ada apa denganku? Apa perasaan aneh ini? Apa yang terjadi? Kenapa aku terus bertanya kepada diriku sendiri? Aku harus pergi menemui Karen sekarang. Sadar Alice, focus! Dia hanya seorang lelaki dengan wajah yang sangat tampan hanya itu. Sadarlah! Teriakku dalam pikiranku.  “oh oke. Maaf ya…?” tanya nya kepadaku.

“Alice. Namaku Alice” ujaku dengan senyuman. Dia membalas senyumanku dan berkata “Alice. Nama yang sangat indah. Cocok denganmu. Maaf ya Alice” . Tubuhku merasa lemah saat dia menyebutkan namaku dengan suaranya yang berat., namaku lebih terasa indah dan bermakna saat dia mengucapkan namaku.

“ya, tidak apa-apa. Aku juga minta maaf hehe. Aku pergi dulu ya. Terima kasih kau tadi menopangku sehingga aku tidak jatuh. Aku pasti akan malu besar haha…….ya….aku….uhh…aku….harus….itu…pergi. Bye”. kataku dengan sedikit terbata-bata. “Bye Alice. Sampai jumpa nanti” katanya dengan senyumannya yang mengalihkan duniaku. Dengan itu, aku melambaikan tangan, tersenyum, dan berbelok kearah toko sepatu tempat Karen berada.

Apakah dia tadi berkata “sampai jumpa nanti”? “nanti”? apa maksudnya dari “nanti”? Apakah aku akan bertemunya lagi? Apakah aku salah dengar? Dan kenapa aku lupa bertanya namanya? Kenapa aku sangat bodoh? Aku tenggelam dalam pikiranku sehingga aku tidak melihat apa yang ada didepanku. Aku menabrak sebuah tembok dan jatuh ke lantai. Untungnya tidak banyak orang………………

Note from author : Ally Gawrys sebagai Karen ada disamping :) ! Hope you enjoy. DONT FORGET TO VOTE AND COMMENT!! THANK YOU :)

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang