Kita sudah berputar-putar di udara selama setengah jam dan pemandangannya super breathtaking. Braison dengan lancar mengatur sapu ini seperti pesawat terbang tanpa atap dan sayap. 15 menit kemudian kami mendarat di ruma-
wait.
a second.
Kita mendarat bukan dirumah.
Kita mendarat di sebuah hutan yang sangat hijau dan indah. Seperti hutan yang sering dilihat di film animasi hollywood.
SANGAT INDAH.
Saat kami turun dari kendaraan kami aku bertanya pada Braison dengan tampang bingung. "uh...kenapa kita mendarat disini...bu-bukannya kita harusnya dirumah ? eh-maksudku dirumah mu". Braison tersenyum sambil melihat kearah hutan indah yang besar ini. "Kau mau diam dirumah hanya nonton tv dan makan chips atau latihan ditempat yang indah, segar dan unik?"
dasar anak pintar.
"Lebih baik disini sih..ya tapi nanti kalo kita tersesat gitu gimana? Kan hutan ini luas dan entah dimana ujungnya dan kalo misalnya kitalagi jalan terus tiba-tiba ada binatang buat kita gimana kita bakal mati disini terus kalo misalny ada ga-" Braison menutup mulutku sebelum aku selesai bicara. "Tenaaang Alice astaga. memang mungkin kita bakal tersesat? kau kan penyihir aku juga, mungkin kah seorang penyihir tersesat di hutan? hutan itu bagian hidup dari penyihir juga loh. jadi relaaax aja oke?" jawab Braison dengan santai sambil tersenyum.
Aku menyipitkan mata ku dan menatapnya sesaat. Kami masih saling kontes tatap-menatap setelah tangan Braison lepas dari mulutku. Setelah sesaat akhirnya aku menyerah, "Fine, lead the way. Tapi kalau sampai kitab tersesat ak-"
"Kita gaakan tersesat Alice cantik tenang aja enjoy pemandangan disini okeii ?" kata Braison.
DID HE SAY IM BEAUTIFUL.
pfft snap out of it. dia hanya bercanda pasti.
"Okelah. Sekarang kita arahnya kemana ini ? Kau tau kita mau kemana?" tanya ku pada Braison
kau tau apa yang dia katakan.
"Tidak" kata Braison sambil tersenyum kepadaku.
Aku menatap tajam Braison sambil menaikan sebelah alisku untuk mematiskan dia apakah dia benar-benar tidak tahu atau hanya bercanda.
Braison tertawa kencang saat meliat ekspresi wajahku. Aku membuang muka dan melihat pohon disekelilingku. "HAHAHAHAHA !! Ya tau lah Alice, kalau pun aku ga tau, juga tidak masalah. Kan hutan ini mengandung berbagai macam hal yang tidak separuh manusia pernah kunjungi sampai kedalamnya jadi destinasi kita banyak disini. dan kita ga akan tersesat oke? santai aja, kalau kamu tidak santai, semakin lama kkta sampai ditempat yang akan kita kunjungi." jelas Braison. Aku menatap Braison yang sedang menatapku dengan ekspresi yang tidak bisa terbaca. entah dia khawatir atau sedikit jengkel karena aku protes seperti anak beurmur 7 tahun yang takut ke hutan. Aku tidak mau menjadi anak yang lemah. Apalagi dimata Braison. Aku penyihir, apa yang harus ku takuti. Dan disampingku sekarang ada Braison jadi kenapa aku harus ragu-ragu dan takut walaupun dia ada disini?
"Baiklah, aku akan santai. Hanya sedikit paranoid aja karena aku belum pernah ke hutan,Tapi tenang ! Aku ga akan lari sambil teriak ketakutan histeris kok. Ini hanya hutan. Hutan ini sangat bagus dan sangat cocok untuk dikunjungi dan untuk relax" balas ku sambil tersenyum kepada Braison.
Braison kembai membalas senyumku dan kami melanjutkan perjalanan kami ke tempat tujuan yang Braison katakan.
"Jadi apa tempat yang akan kita datangi di hutan ini?" tanyaku pada Braison.
"Kau akan lihat nanti" jawab Braison sambil tersenyum tipis
__________________________________________________________________
"OH MY GOD OH MY GOD OH MY GOD OH MY GOD OH MY GOD JESUS CHRIST FATHER IN HEAVEN HELP ME" teriakku sambil berlari menjauh dari Braison.
Braison tertawa hingga mukanya merah dan sambil berguling-guling ditanah karena melihat ekspresi ku. Muka ku merah karena menahan marah sambil sembunyi dibalik pohon yang tidak jauh dari aku.
"HAHAHAHAHAHAHA! aduh Alice kau sangat lucu hahahaha !!... aku tidak pernah tertawa sebahagia ini HAHAHAHAHAHA!!"
yea, it must be good for you, you hot bastard.
Braison masih belum berhenti tertawa. "Itu gak lucu Braison ! oh ayolah !!" teriakku sambil mengangkat kedua tanganku karena frustasi dan malu. Braison berhenti tertawa sedikit dan menatapku "ayolah, itu ekspresi dan hal paling lucu yang pernah kau lakukan ! berteriak histeris sambil berteriak OH MY GOD OH MY GOD OH MY GOD HAHAHAHA !! muka mu benar-benar priceless abis hahaha" kata Braison sambil tertawa kembali.
"Siapa sih yang ga akan lari ketakutan kalo pas lagi jalan dia menemukan ular yang sedang menggeliat-menggeliat ditanah ?? Ular itu bisa saja membunuhku dan kau malah tertawa ! Ini tidak lucu" kataku sambil menatap tajam ke arah Braison.
"Oh ayolah, ular itu tidak berbahaya. Dia hanya ular kecil yang sedang mencari mangsa. Dia bukan jenis ular berbahaya Alice. Ayo keluar dari balik pohon itu atau aku yang akan melakukannya" kata Braison sambil tersenyum lebar.
"Kau mengharapkan aku untuk kesana sementara ular itu masih ada disana? KAU GILA !" teriakku
"Sudah kubilang tidak berbahaya. Jangan disingkirkan kasihan dia nanti terganggu saat mencari mangsanya ayolah Alice. Kalau kau tidak kesini aku yang akan melakukannya" kata Braison dengan santai sambil menaikkan bahu.
"HAHAHA lucu braison coba saja kalu bisa, dan aku pastikan kau tidak akan bisa me-" sebelum aku selesai berbicara aku sudah berada di bahu Braison dan muka ku diberi pemandangan bokongnya.
nice....
just nice....
"BRAISON !!! Turunkan aku sekarang lah !" teriakku sambil berusaha turun dari bahunya dan gerapannya.
"Tidak setelah kau tenang" jawab Braison sambil tertawa
"Kau akan mendapatkan balasannya nanti Braison, lihat saja" kataku dibahu Braison. Muka ku sedikit memerah karena malu melihat ass nya Braison. Dan sepertinya Braison mengetahui itu. Dia tertawa dan berkata,
"Aku tidak sabar untuk menantinya Alice" jawab Braison dengan ekspresi jahil dan tidak sabar sambil tertawa.
NOTE : YAAAAY CHAPTER TEN DIPOST JUGA HARI INI. PANJANG KAN ? TOLD YA. tadinya mau dipost besok cuman besok sibuk ya udah post hari ini aja sekalian. lagi ada ide neeeh. lagi bosen juga sih. enjoy :D !!
DONT FORGET TO VOTE AND COMMENTS THANK YOUUU :)xxx
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomanceAlice Varlemont adalah gadis yang berusia 19 tahun anak dari pengusaha kaya di California, Maria Varlemont dan Rodrick Varlemont. Begitulah pikirnya. Tetapi semuanya berubah ketika suatu hari dia bisa mengontrol kekuatan air di sungai dekat aparteme...