"Aliceee!" teriak Karen menyadarkanku dari pikiran-pikiranku. "hmmm?" jawabku sambil membersihkan meja. Kami sedang membersihkan meja-meja karena café sudah tutup dan waktunya kami pulang kerja."Aku dari tadi ngomong apa ?" tanya Karen. "Emang kau ngomong apa?" tanyaku. "Kan ga ngedengerin. Kamu dari pagi kenapa sih sering zoned out gitu. Lagi mikir apaan sih? Ada apa Alice?" tanya Karen lagi.
Memang benar apa yang Karen barusan katakan. Aku memang lagi banyak berpikir. Kejadian kemarin benar-benar tidak bisa aku lupakan. Aku benar-benar kaget. Aku tidak percaya. Dari kecil orangtu ku bercerita bahwa magic atau hal-hal mistis seperti itu tidak ada. Dan tiba-tiba saja aku bisa mengendalikan air?Apa itu kalau bukan magic? Ini hanya aku saja atau memang bumi ini kekurangan gravitasi? Kenapa aku tidak ikut melayang? Kepalaku pusing karena memikirkan hal-hal itu semua.
"ALICE!!! Kan bengong lagi. Kau kenapa sih? Kau sakit?" tanya Karen menyadarkanku lagi dari pikiran-pikiranku."Aku tidak apa-apa Karen, sungguh. Aku hanya....er....uhh...sedikit capek aja" jawabku kepada Karen, menyangkal bahwa aku memang sedikit pusing karena terlalu banyak pikiran.
"Alice, apa kau masih memikirkan mengapa orang tua mu belum memberimu kabar lagi?" tanya Karen sambil berjalan menuju parkiran mobil bersamaku setelah kami sudah mematikan lampu-lampu dan mengunci pintu café. "Ya...mungkin saja. ." jawabku ragu-ragu. Aku masih tidak siap untuk menceritakan kejadian kemarin kepada Karen. Dia pasti akan membawaku ke rumah sakit jiwa. Membuktikannya kepadanya?
Akupun masih tak yakin apa sekarang aku masih bisa mengendalikan air sungai itu.
"Alice, aku yakin mereka terlalu sibuk. Tetapi memang benar-benar aneh sih. Sudah nyaris 1 minggu lebih orang tua mu tak memberi kabar. Tetapi itu tidak berarti kau dilupakan. Ingat baik-baik Alice. Jangan berpikiran negative" ujar Karen. "iya Karen, aku tidak berpikiran seperti itu kok. Aku hanya rindu dengan mereka" kataku sambil membuka pintu mobilku.
Tetapi aku tiba-tiba teringat "Oh ya Karen, sehabis ini aku harus ke toko buku dulu loh. Kau mau ikut tidak? Kalau tidak aku hanya menurunkanmu dirumah lalu aku langsung pergi" kataku kepada Karen. "Dirumah saja deh. Malas ke toko buku saja. Aku kira kau mau kemana gitu, malah ke toko buku. Ga seru bung" jawab Karen dan dia langsung masuk kedalam mobil.
Saat aku ingin masuk kedalam mobilku aku merasa ada yang mengawasiku dari kejauhan. Aku berbalik badan mengecheck apakah ada seseorang disekitarku, tapi hasilnya, nihil. Aku menggeleng-gelengkan kepala dan masuk kedalam mobil dan langsung menuju ke apartemen kami. Pikiranku benar-benar tidak beres. ..
___________________________________________________________________
"Telepon saja ya jika kau membutuhkan sesuatu." teriakku kepada Karen dari mobil yang sedang berjalan menuju pintu apartement kita. Dia berhenti membalikkan badan, "iya Alice, tenang saja. Kau nikmati saja toko buku yang menurutmu kayak Paradise itu. Tapi jangan sampai terlalu malam ya." kata Karen sambil menatapku. "Ya sudah aku tidak akan terlalu malam. Aku pergi dulu ya". Dengan itu aku pergi ke toko buku.
Aku sedang mencari buku favoritku, School Of Fear. Aku sedang mencari buku ketiga, tetapi tidak ada dalam rak buku bagian fantasy. Aku pun bertanya pada salah satu workers disini, "Permisi miss, buku ketiga school of fear ada tidak?". "Ada adik, tapi hanya satu dan itu sudah dipesan orang lain. Kalau mau tunggu sampai toko kami mendapat kiriman buku itu lagi" kata worker toko buku itu
."Miss boleh aku beli ga? Aku benar-benar butuh buku itu miss. Eh....itu....adik....laki-laki ku ingin sekali buku itu dan dia sedang nangis dirumah. Kasihan dia miss, ayolah miss. Siapa tau pemesan buku itu tiba-tiba tidak jadi? Kan rugi miss" jawabku kepadanya dengan ekspresi wajah sedikit sedih dibuat-buat. "maaf adik, tidak bisa" katanya lagi.
Aku menatapnya dan berpikir ih rese banget sih! Ga ada hati nurani! Harusnya dia tau kalo anak kecil mau sesuatu dia bakal nangis histeris dirumah. Kok ga berubah pikiran sih? Kasihani dikit kek! Berubah pikiran dong plis ! pikirku sambil menatapnya yang sedang menaruh buku-buku kedalam rak yang sesuai.
Tiba-tiba dia menatapku dan ekspresinya berubah menjadi kaget dan kasihan. "Adik tunggu sini ya, aku ambil dulu bukunya. Aku taruh dibelakang. Tunggu ya" katanya dengan senyum sedih. WEITS.OKAY WHAT IS GOING ON. KENAPA DIA TIBA-TIBA LANGSUNG BERUBAH 180 DERAJAT BEGITU? Pikirku. Wait, wait. Hold on. Rewind that part.
KENAPA DIA BISA BERUBAH PIKIRAN?
Ya memang aku mengharapkan dia berubah pikiran, tetapi begitu cepatnya dia berubah pikiran. Apa yang terjadi? Apa yang aku lakukan? Apa....aku...bisa...tadi....mengontrol pikiran orang juga? Kau adalah makhluk ter-idiot dan terbodoh sepanjang masa Alice, teriak pikiranku. Aku gila. Aku benar-benar sudah gila. I've gone mad. Aku bisa mengendalikan air dan sekarang aku bisa mengubah pikiran orang? Ini aku yang gila atau memang hanya kebetulan saja? .
Lalu pekerja itu balik dengan membawa buku School Of Fear yang ketiga. "Nih adik,bukunya. Cashier nya sebelah sana ya. Adikmu pasti akan tersenyum karena kakaknya memberikan buku kesukaannya. Kasihan dia nangis dirumah, kamu cepat-cepat ke cashier ya disebelah sana" katanya sambil tersenyum.
"uhh..iya...uhh...makasih ya miss. Miss benar-benar baik hati. Terima kasih miss" kataku dan aku berjalan menuju ke cashier.Hidup ini yang aneh atau semua orang didunia ini yang aneh? Saat aku membalikkan tubuhku aku melihat pekerja wanita itu sedang menggeleng-gelengkan kepala dan mengerjap-ngerjakan matanya dengan ekspresi yang bingung.
Oookaaayy mungkin aku barusan mengontrol pikirannya. AKU BENAR-BENAR ANEH. AKU BUTUH KE RUMAH SAKIT. Lalu aku kembali berjalan menuju cashier dan aku menabrak sebuah buku hingga jatuh.
Aku mengambil buku itu dan aku merasa tertarik untuk melihat apa isi buku ini. Buku ini tidak ada judul, hanya ada cover yang berwarna cokelat, dilapisi oleh kulit entah kulit apa itu dengan symbol yang aku tidak ketahui apa artinya, ditengah-tengah berwarna emas. Saat aku membuka aku terkejut karena aku membaca sebuah kalimat bertulisan dengan bahasa Yunani kuno. Aku membalik-balikkan halaman dan berhenti saat aku membaca halaman bertulisan "Kekuatan yang dimiliki menunjukkan jati dirimu sebenarnya"
Apaan ini? Aku membaca ada kekuatan api, menunjukan kamu adalah orang yang tangguh dan berani, angin menunjukkan kamu adalah orang yang diam-diam tetapi berbahaya, dan yang terakhir adalah tentang air. Aku membacanya , dan kata-katanya membuatku kaget. "Kekuatan air adalah kekuatan yang paling indah dan murni dari segalanya. Tidak semua orang bisa mengendalikkan air, hanya orang-orang yang berdarah penyihir murni dan terkuat yang dapat memiliki kekuaan tersebut. Mereka yang mempunyai kekuatan ini tidak pernah diremehkan, dan dihormati".
EITS. REWIND THAT PART AGAIN. PENYIHIR? TUNGGU DULU.
Apa -apaan ini? Aku membaca ulang kalimat-kalimat itu kembali. Jadi aku bisa mengendalikan air sungai dekat apartementku karena aku penyihir? Ini mustahil! Kalau begitu orang tua ku itu penyihir juga? Ini benar-benar lucu. Super lucu. Gila, mau ngakak guling-guling. Mereka hanyalah pengusaha di California dan aku adalah anak pengusaha itu. Aku bukan penyihir. Ini aneh, teriak didalam pikiranku.
Aku melempar buku itu ke rak buku terdekat dan melanjutkan perjalananku menuju cashier sambil menggeleng-gelengkan kepala. Tetapi jika apa yang dikatakan buku itu benar, siapakah aku sebenarnya? Dan siapakah orangtua ku sebenarnya? Apakah mereka lebih dari seorang pengusaha? ... Hanya satu jawabannya.....
Aku benar-benar butuh ke rumah sakit. Aku sudah gila
Note from author : 3 chapter in 1 day people ! Hope you enjoy. Chapter berikutnya akan di post secepatnya ;) x
DONT FORGET TO VOTE AND COMMENT GUYS !! :D
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomansaAlice Varlemont adalah gadis yang berusia 19 tahun anak dari pengusaha kaya di California, Maria Varlemont dan Rodrick Varlemont. Begitulah pikirnya. Tetapi semuanya berubah ketika suatu hari dia bisa mengontrol kekuatan air di sungai dekat aparteme...