Chapter Six

75 4 0
                                    

Aku merasa hangat. Kehangatan disekujur tubuhku. Hal terakhir yang kuingat ialah aku mendengar penjelasan Braison dan…….oh shit. Aku tertidur. IDIOT NYA AKU. Kenapa aku bisa tertidur ? …..

This isn’t good.

Aku langsung membuka mataku dan langsung berhadapan dengan wajah Braison yang sedang tidur terlelap. Wajahnya sangat tenang dan benar-benar sangat tampan saat dilihat dengan jarak yang sangat dekat. Wajahnya benar-benar seperti dibuat oleh tangan Tuhan sendiri. Posture wajahnya benar-benar perfect. Strong jawbones, straight nose, benar-benar perfect. Benar-benar sangat tampan…

Stop it Alice.

Aku berusaha bangun dari tempat tidurku tetapi tangannya merangkul pinggangku sehingga aku tidak bisa bergerak lebih jauh. Jika aku bergerak, dia akan bangun. Jika aku tidak bangun dari tempat tidur ini, aku hanya akan membuat dia takut karena saat matanya terbuka pasti aku sedang menatap wajahnya. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku kepada apapun saat aku melihat wajahnya. Dan jika dia tahu aku menatap wajahnya terus saat dia tidur, aku mempermalukan diriku sendiri didepan dia. Dia akan mengira aku aneh.

Aku mengangkat tangannya yang halus dan hangat secara perlahan-lahan.

Slowly…..

Slowly………

Almost there……….

Almost there Alice……

Dan tiba-tiba dia membuka matanya. Matanya yang indah berwarna cokelat menatap lurus ke wajahku.

Aku diam.

Krik.

Braison juga diam.

Krik.

Satu dunia ini pun ikutan diam.

Krik.

Hening.

Krik.

Kami saling tatap menatap selama beberapa detik dan aku langsung memecah keheningan, “Uhh, maaf membangunkanmu. Aku hanya ingin ke….toilet….”. “Kenapa kau tidak membangunkanku jika kau sudah bangun? Aku tidak masalah.” katanya dengan suara yang yang super wow very deep. “Uhh..aku hanya ingin bersikap sopan….?” Balasku yang terdengar seperti pertanyaan. Dia tertawa. Oh my god his gorgeous smile and laughter that could light up my world. Aku tersadar dari pikiranku saat dia bangun menjadi posisi duduk dan mengangkat tangannya dari posisi dipinggangku untuk meng-stretching badannya yang super hot dengan very big muscles dan abs.

Apakah aku sudah bilang bahwa dia itu tidak pakai baju sekarang, hanya memakai celana jeans hitamnya?

Ya , let me tell you now. He’s shirtless right know.

My innocent eyes………

Aku menyadari bahwa aku sedang menatap tubuhnya selama beberapa detik, pipiku menjadi memerah karena sadar. “Uhh aku mau ke toilet dulu” kataku sambil sedikit terbata-bata. “ya silahkan, aku akan menyiapkan sarapan.” katanya sambil tersenyum dan bangun dari ranjang bersamaan dengan ku. “Kau bisa masak?” tanyaku dengan kagum.

“Ayahku yang mengajarkanku. Katanya jika kau mau hidup sendiri, kau harus bertahan hidup dengan memasak agar kau bisa makan. Bukankah itu yang dikatakan para orangtua kepada anaknya? Bagaimana dengamu? Apakah kau bisa masak?” tanyanya dengan senyumnya yang indah

“Jawabannya sangat memalukan. Sungguh. Lebih baik aku tidak menjawab” kataku dengan sedikit tertawa sambil menuju pintu toilet. Dia tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Jika kau sudah selesai, turun saja kebawah.” katanya sambil berjalan keluar dan menutup pintu kamar. Aku langsung masuk kedalam kamar mandi dan menutup pintunya. Dan saat aku melihat sekeliling kamar mandinya, aku langsung bengong.

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang