5. Bermain Nakal

35.3K 1.8K 557
                                    

Tidak ada yang lebih dahsyat daripada gabungan gerimis hujan di luar dan selimut hangat di dalam kamar. Tidur lelap dan mimpi ditemani seorang gadis. Demikian prinsip pemuda yang saat ini tengah meringkuk di atas tempat tidur. Menikmati gairah mimpi tanpa ingin diganggu. Sayangnya semua itu hanya bisa menjadi angan kelabu. Ia lupa mengunci pintu.

Cahaya dari luar seketika menerangi kamarnya yang temaram. Langkah kecil dan suara bernada cempreng mengacaukan suasana hening yang membungkus Arga seperti kepompong.

"Mas," seorang wanita paruh baya menepuk bahu Arga, "Bangun Mas Arga."

"Hm." Arga menyahut dengan gumaman yang tidak jelas.

"Mas bangun. Salat subuh, Mas!"

Lagi-lagi tidak ada reaksi. Arga malah semakin aktif menarik selimut tebalnya mendekati telinga. Menulikan pendengarannya dari suara ribut.

Wanita bercelemak putih itu terpaksa mengambil tindakan lebih tegas. Dengan gesit wanita itu menyingkap selimut Arga hingga tubuh setengah telanjang bagian dadanya terlihat.

"Astaghfirullahal adzim!" Wanita itu memekik keras, membuat Arga seketika terkejut.

"Apaan sih? Berisik." Sambil menggerutu, Arga bangun.

Arga terduduk dengan paksa, menyeka mata yang masih terpejam lengket, dan rambut acak-acakan.

Suara wanita itu ternyata ikut mencuri perhatian Ahmad yang saat ini secara kebetulan berada di samping kamar Arga.

"Ada apa, Bi?" Ahmad masuk ke dalam kamar dan mendekati Minah, sang pembantu rumah tangga.

"It-itu ..." Ahmad mengikuti arah pandang Minah, dan cukup terkejut dengan apa yang baru saja dilihat oleh matanya.

"Bibi boleh pergi." Perintah Ahmad langsung ditindaklanjuti oleh wanita berusia lanjut itu.

Sepeninggal Minah, Ahmad kembali fokus pada Arga. Pemuda itu masih duduk dengan mata mengantuk.

"Berapa usiamu Nak Arga?" Ahmad tersenyum kecil.

Arga menggaruk rambutnya yang tidak gatal, "Dua puluh, Om."

"Dua tahun lebih tua dari Nessa," Arga bersumpah mendengar nada geli pada suara pria itu saat berbicara.

Nessa? Kening Arga tiba-tiba terlipat. Arga yakin, tadi malam ia bermimpi tentang Nessa. Tapi mimpi apa ya? Arga lupa. Arga hanya ingat bahwa tadi malam ia berhasil melihat seluruh keindahan wajah Nessa tanpa selembar kain penutup kepala maupun cadar. Bentuk tubuh rampingnya pun susah untuk dilupakan. Jika mengingat itu, perut Arga tiba-tiba bergejolak, dan membuatnya harus melakukan hal tabu yang jarang Arga lakukan selama ini.

"Sekarang Om tanya, kamu masih ingin tidur dan melanjutkan mimpi-mu atau mandi dan salat berjamaah bersama kami?" Ahmad berdiri gagah di depan ranjang tidurnya. Tatapan matanya begitu tajam hingga menembus tubuh Arga yang masih dalam posisi mager berat. Tatapan mata itu kemudian turun ke bawah, membuat Arga ikut mengikuti arah pandang pria tua itu.

Saat Arga menundukkan kepala, tiba-tiba bola matanya membulat. Arga siap mengeluarkan segala makian termasuk umpatan kotor, namun diurungkannya segera dengan buru-buru meraih selimut, menyembunyikan milik-nya yang ternyata berada dalam posisi tegang dan ... basah?!

'Oh, God! Gue mimpi basah!'—batin Arga menggerutu.

"Aku tidak menyalahkanmu. Mimpi basah memang bisa terjadi oleh siapapun tanpa mengenal waktu," ucap Ahmad tanpa nada menggurui. Bahkan saat Arga memberanikan diri untuk menatap langsung matanya, Arga bisa merasakan bahwa pria itu seolah bisa membaca pikirannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fakboi Tobat?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang