|BAB - Pertemuan|
Cinta Sejati? Entahlah, aku tak mengerti. Tapi bagiku, jatuh cinta harus dibuktikan secara ilmiah. Harus ada bukti empiris yang cukup kuat menunjukkan bahwa aku benar-benar sedang jatuh cinta. Tapi, bagaimana caranya?
Sekarang aku tidak sekolah lagi. Lupa akan hukum fisika yang di gombalkan oleh Pak Muhid, ketika mengajar dulu. Beliau seringkali menyatukan hukum fisika dengan cinta. Dan itu, aku sangat menyukai. Pelajaran itu jadi lebih asyik dan menarik.
Mungkin jatuh cinta dapat di buktikan dengan mengecek detak jantung kita. Saat ku hitung detak jantungku di waktu normal setiap menitnya, dan ku hitung detak jantungku ketika melihatnya, aku menemukan perbedaan yang cukup signifikan.
Detak jantung normalku setiap menit mencapai; 60. Sedangkan detak jantungku setiap kali bersua dengannya, kira-kira; 71. Lebih 11 detak jantung. Aku mulai membuktikan, bahwa aku sedang menemukan cinta sejati.
"Permisi, mbak," sapaku lembut.
Gadis itu menghentikan langkahnya, menoleh ke arahku, "Ya, ada apa ya Mas?"
"Aku... aku mau..." Ah, macam mana ini, kenapa suaraku tiba-tiba hilang di kerongkongan.
"Ya, ada apa mas?" Gadis berkerudung itu mengulangi kalimatnya lagi, menatapku aneh.
"Aku hanya ingin mengucapkan terima-kasih. Yah, terima kasih." Aku mamainkan jari-jemari, sesekali membenarkan rambut. Sudah lama aku tidak merasakan grogi seperti ini, padahal dulu aku seorang playboy yang pandai merayu wanita, tapi sekarang bakat itu lenyap begitu saja saatdibuat berdiri di hadapannya. Kikuk.
"Terima kasih? Terima kasih untuk apa toh mas?" Gadis itu menatapku tidak mengerti.
"Terima kasih sudah menolongku beberapa hari yang lalu. Di pertigaan gang. Apa mbaknya masih ingat?" Aku menggaruk-garuk kepala, tanda grogi.
Gadis itu memurar bola matanya ke atas, membayangkan sesuatu. "Oh, Mas-nya yang kemarin babak belur itu ya?"
"Ya, benar. Terima kasih ya... Aku berhutang budi pada Mbak."
"Tidak usahlah berhutang budi, lagipula kan kebetulan aku melintas di gang itu. Sesama manusia, kita di wajibkan saling tolong menolong, seperti apa yang pernah disampaikan oleh Hadist Riwayat Muslim." Gadis itu mulai menjelaskan isinya.
"Barangsiapa yang berusaha
melapangkan suatu kesusahan kepada seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia,
maka Allah akan melapangkannya dari suatu kesusahan di hari kiamat dan barang siapa yang berusaha memberi kemudahan bagi orang yang kesusahan, maka Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang berusaha menutupi kejelekan orang Islam, Allah akan menutupi kejelekannya di dunia dan akhirat. Allah selalu membantu hamba-Nya selama hamba itu menolong sesama saudaranya."Aku menatap takzim gadis berkerudung itu. Subhanllah. Baru pernah aku bertemu gadis yang cantik, sholehah, serta baik. Perangainya benar-benar membuatku terpukau.
"Permisi ya Mas, aku mau pulang dulu." Gadis itu pamit, melangkah pergi. Aku masih terpatung di tempat yang sama.
Mana mungkin aku seorang pendosa ini pantas menjadi kekasihnya. Saat tersadar, gadis itu sudah menghilang di hadapanku, aku lekas menoleh ke belakang, langkahnya sudah cukup jauh. Aku bergegas mengambil langkah, mengikutinya dari belakang. Aku harus tahu, dimana dia tinggal, setidaknya aku tahu, agar bisa berjumpa dengannya lagi, kelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
IKHLAS
Teen FictionApakah kau akan memilih untuk mati, ketika kau diusir dari keluarga yang telah membesarkanmu. Ataukah hanya bisa menangis sedu, meratapi, dan bersembunyi di balik rintik hujan. Mencari jawaban atas semua itu. Hidup tanpa arah dan tujuan. Hingga suat...