Babak Telungpuluh Enem (36)

2.5K 221 20
                                    

#Yang punya kuota lebih boleh tuh baca chapter ini sambil dengerin klip di mulmed..biar lebih menghayati..hik hik#

Queeny pov

Sepanjang perjalanan gue ga bisa mikirin apapun..
Gue shock...kenapa selama ini Papa nyembunyiin penyakitnya dari gue?

Dan gue yang ga tau apa~apa malahan membencinya...
Hubungan gue ma Papa belakangan ini emang memburuk.

Dean kek ngerti apa yang gue rasain.. dia memegang tangan gue, seakan pengin nyalurkan kekuatannya.

"Dean..lo udah tau ini sejak lama ya?"tanya gue curiga.

"Cukup lama. Tapi papamu memintaku tak memberitahumu dulu."

"Sampai kapan? Sampai Papa sekarat gini baru gue dikasih tau?" Sindir gue kesal. Airmata gue mulai mengalir tanpa bisa dikendalikan lagi.

"Mengapa kalian selalu nipu gue terus menerus?!"

"Maafkan aku, Queeny.. Selama ini aku mengharap Papamu lah yang akan menjelaskan semuanya padamu. Dialah yang berhak mengatakan itu.. tapi kini kurasa keadaannya tak memungkinkan."

Jadi Dean tahu segalanya tapi dia menyembunyikannya atas permintaan Papa.

"Sakit apa Papaku?"

"Kanker darah. Stadium tiga."

Berarti udah cukup parah..
Mengapa Papa bisa menyembunyikan semua ini dari gue? Pengin gue protes..tapi protes pada siapa? Kondisi Papa udah kayak gini..mana tega gue marah padanya?

"Papamu melakukan itu karena ia terlalu mencintaimu.. ia tak ingin membebani pikiranmu. Dan ia ingin mempersiapkan dirimu supaya bisa hidup lebih baik setelah ditinggalkannya," kata Dean menjelaskan.

"Itu sebabnya kalian merancang skenario ini untuk gue?" Tanya gue getir.

"Begitulah.."

Jadi dia ga punya perasaan apapun pada gue..dia cuma memenuhi permintaan Papa. Apalagi Dean udah punya istri..dia pasti mencintai istrinya.

Ga sadar air mataku gue terus menetes.. gue pun mulai terhisak~hisak.

Dean menarik gue kedalam pelukannya.. gue pengin berontak. Tapi dia megangin gue erat~erat..

Akhirnya gue hanya pasrah..gue menangis dalam pelukan Dean.

★★★★

Saat gue datang, Papa masih tidur.
Tubuhnya yang tergolek di ranjang rumah sakit dipasangin selang~selang yang terhubung pada infus dan peralatan medis lainnya.

Gue duduk di kursi dekat ranjang..dalam keheningan gue natap wajah Papa.
Kenapa dalam waktu begitu singkat wajah Papa berubah banyak?

Ia terlihat cekung, tirus, pucat dan kek ga ada sinar kehidupan.
Entah mengapa gue takut banget...gue takut Papa sewaktu~waktu ninggalin gue!

Gue mulai nangis terhisak~hisak lagi...hari ini entah berapa banyak airmata yang gue keluarin, tapi mengapa airmata gue keluar ga ada abis~abisnya?

Papa mungkin mendengar suara tangis gue..ia membuka matanya dan menatap gue sedih..

"Queeny.."panggil Papa lemah.

"Papa..Queeny pulang."kata gue sambil berusaha menghapus airmata gue..tapi kenapa susah banget menghapusnya?

Papa tersenyum tulus, tangannya yang kurus kering menggapai kearah gue .

Gue langsung menangkap dan menopang tangan itu. Kulit Papa terasa kering..dan hampir ga ada daging dibalik kulit lusuh itu.

03. Ganteng tapi Udik! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang