"Mik cabut" kata gue dengan terburu-buru menyeruput minuman gue dan menyampirkan tas ransel gue ke bahu.
Mikha yang syok karena kedatangan cowok itupun hanya bisa bungkam dan menuruti keinginan Alexa.
Tiba-tiba lengan gue terasa berat. Seseorang sedang menahan langkah gue. "Wait Lexa"
"Lepasin gue kak.." suara gue melemah.
"Gue mau ngobrol bentar sama lo. Please bentar aja. Mik, Lexa sama gue bentar."
"Gak bisa kak. Gue sama Alexa balik dulu. Gue gak akan biarin lo ngobrol sama Lexa" amarah Mikha.
"Oke. Gue lepasin. Tapi besok lo mau kan ketemu gue di taman deket sekolah?"
"Ogah. Udah yuk Lex" tarik Mikha. Alexa hanya bisa diam seribu bahasa.
***
"Udah gila ya itu orang! Sumpah gue syok banget dia tiba-tiba nongol. Lo tau? Tadi gue mau bilang kalo dia datang karena kuliah lagi libur. Rupanya dia udah disebelah gue aja. Kesel banget gue! Bisa-bisanya dia ngajak lo ketemuan lagi!"
Alexa hanya bergeming mendengarkan celotehan Mikha.
"Lo tuh ya! Untung ada gue. Kalo gak lo bakalan mau nerima ajakan dia! Lo kenapa sih diem aja?! Argh!"
"Jadi mau lo gue gimana? Gue emosi-emosi trus bikin satu cafe liatin kita? Bikin malu?"
"Ya gak gitu juga Lex. Pokoknya ini terakhir lo ketemu dia!"
"Hm"
"Jawab iya Lex!"
"Iya Mikhoy"
"Mending kita ke tempat Peny aja deh kuy" kata Mikha bersemangat. Aneh banget nih anak tadi mencak-mencak sekarang hepi-hepi. Gak jelas banget kan.
Mikha dan Alexa menyetop taksi dan bergegas pergi ke rumah Peny. Taksi itu membelah kota yang tidak terlalu padat.
Akhirnya mereka tiba di rumah yang minimalis bercat kuning pastel dengan berbagai macam pohon dan bunga yang memperindahnya. Rimbun.
"Oi Pen! Ngapain lo? Disetrap diluar?" Tanya Mikha ketika tiba di halaman rumah, melihat Peny yang duduk di terasnya.
Peny menghirup kopi panasnya "Ada-ada aja lo. Gue lagi nikmatin Indonesia sebelum gue pindah ke luar negeri."
"Enak banget lo gila gak perlu capek-capek intensif. Udah mau muntah gue baca soalnya" kata Alexa sambil menoyor kepala Peny.
Tawa kami pun pecah.
"Hai Philip ganteng!" Teriak Alexa kepada Philip, adek Peny yabg beda setahun, adek kelas paling ganteng di angkatannya. Sementara yang diteriakin senyum-senyum malu.
"Udahlah jadian aja kalian" celetuk Mikha.
"Hush! Sembarangan aja. Mana ada tuh Sahabatku Adek Iparku"balas Peny.
Memang Peny tidak suka kalau sahabatnya ada yang suka sama adeknya. Apalagi Philip. Peny melarang adeknya mendekati sahabatnya karena nanti akan jatuh cinta. Bahkan Peny akan menyita hp adeknya bilamana ketahuan chat dengan sahabatnya.
Dasar kakak posesif.
"Lagian gue lagi gak niat pacaran" kata-kat barusan mengingatkan Alexa pada kejadian barusan. Seketika itu juga wajahnya pucat.
"Kenapa lo kak? Sakit? Pucat gitu mukanya" kata Philip khawatir.
"Dia kembali..." ucap Alexa melemah.
Mata Peny membulat. Ia tentu jelas tahu siapa yang dimaksud oleh Alexa. Karena hanya dia satu-satunya yang mampu membuat Alexa seperti ini.
"Lo harus ceritakan semuanya ke gue!"Peny menarik tangan Alexa dan Mikha menuju kamarnya. "Dan lo anak kecil, mending lo main ps aja sana. Ini urusan cecan-cecan" lanjut Peny pada adeknya.
Philip mendengus kesal mendengar pernyataan kakaknya. Ia sangat penasaran apa yang membuat Alexa segitu pucatnya. Tapi tentu saja ini bukan urusannya. Dia bukan siapa-siapanya Alexa yang berhak mendengar keluh kesahnya.
Andai aja kalau Peny, kakaknya tidak sahabatan dengan Alexa. Kalau tidak..... Ah sudahlah! Berandai-andai memang menyenangkan. Tapi itu semua hanya imajinasi, tidak akan kenyataan.
Brak!
Pintu kamar Peny ditutup dengan keras dan terburu-buru.
"Jadi ceritain gimana caranya lo bisa ketemu dia lagi" kata Peny memecahkan keheningan sesaat.
Kling!
Bunyi pesan masuk dari hp Alexa menghentikan pertanyaan Peny barusan.
Alexa penasaran dan membuka aplikasi pesan. Jarang-jarang iya mendapatkan pesan kecuali dari bunda dan papanya untuk menyuruhnya pulang ke rumah. Tapi Alexa yakin sekali tadi dia sudah ijin pada orang tuanya jadi tidak mungkin orang tuanya mengirimnya pesan singkat.
From: Past
Alexa?
Bisa ketemuan? Ada hal yang perlu gue jelasin.
Tubuh Alexa membeku ketika membacanya.
Kedua temannya merebut hp Alexa yang hampir jatuh karena si empunya hp yang tidak benar-benar menggengamnya.
"Apa-apaan dia ini?!!" Emosi Mikha.
"Lex? You okay?" Kata Peny mengguncang pelan bahu Alexa yang masih bengong.
Bulir-bulir bening yang menetes perlahan dari pelupuk mata Alexa. Kemudian tetesan air mata itu mengalir semakin deras. Membasahi pipi putih milik Alexa.
Sontak kedua temannya memeluknya erat. Seakan memberikan seluruh tenaga mereka agar sahabatnya mampu bertahan.
"Keluarin aja semua Lex. Biar lo lega" kata Peny halus sambil mengelus rambut hitam panjang sedikit bergelombang di bawahnya milik Alexa.
"Brengsek! Berani-beraninya dia ngehubungin lo! Punya nyali juga dia! Gue habisin tau rasa dia!" Amarah Mikha.
Bahu Alexa bergetar. Hidungnya memerah. Matanya mulai membengkak.
Semua rasa yang dulu pernah ada bersatu menjadi rindu, kecewa, sedih.
Satu hal yang Alexa sadari bahwa seharusnya ia tidak seperti ini. Ini akan menyiksa dirinya.
Alexa terlalu takut untuk menerimanya kembali. Tentu saja itu akan membuka memori masa lalunya yang tidak menyenangkan.
Dia Kevin Joseph.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Mind
RomancePernah tidak suatu kali kamu berpikir tentang cinta pertamamu yang datang pas SMA? Manis. Membuatmu kembali mengingat segala yang pernah terjadi. Apa jangan-jangan aku melewatkan cinta pertamaku hanya karena aku tidak berani mengungkapkannya?